2
2
I. LATAR BELAKANG
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, Pemerintahan
memiliki sejumlah urusan yang bersifat wajib dimana salah
satu diantaranya urusan dibidang penataan ruang ( PP No. 38
/2007 )
Jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan pemerintahan bentuknya berupa standar
pelayanan minimal (SPM) ( PP 65/2005)
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib
yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.
( UU 32/2004)
Urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar (PP 38/2007)
Pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan
dasar sesuai dengan SPM bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang terdiri atas jenis pelayanan, indikator
kinerja dan target (Permen PU No.14/PRT/M/2010) 3
3
I. LATAR BELAKANG
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, Pemerintahan
memiliki sejumlah urusan yang bersifat wajib dimana salah
satu diantaranya urusan dibidang penataan ruang ( PP No. 38
/2007 )
Jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan pemerintahan bentuknya berupa standar
pelayanan minimal (SPM) ( PP 65/2005)
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib
yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.
( UU 32/2004)
Urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar (PP 38/2007)
Pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan
dasar sesuai dengan SPM bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang terdiri atas jenis pelayanan, indikator
kinerja dan target (Permen PU No.14/PRT/M/2010) 4
4
II. MAKSUD DAN TUJUAN
SPM Bidang Penataan Ruang diselenggarakan untuk
mendukung penyediaan pelayanan dasar kepada
masyarakat di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam
perencanaan program pencapaian target SPM.
5
5
III. DEFINISI STANDAR PELAYANAN MINIMAL
6
6
III. DEFINISI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ( LANJUTAN)
• Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif
yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak
dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses, keluaran,
hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar.
• Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target
jenis pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan ruang
secara bertahap sesuai denagn indikator dan nilai yang ditetapkan.
• Standar Pelayanan Minimal disusun oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga Pemerintah Non-Departemen sesuai dengan urusan
wajibnya.
• Penerapan Standar Pelayanan Minimal dilakukan oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri.
• Pemerintah melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan
SPM oleh Pemerintah daerah dalam rangka menjamin akses dan
7
mutu pelayanan dasar kepada masyarakat. 7
IV. PRINSIP-PRINSIP STANDAR PELAYANAN MINIMAL (PP No. 65 Tahun 2005)
8
8
V. STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENATAAN RUANG (
PERMEN PU No. 14 Tahun 2010)
Ruang Lingkup
1) Jenis Pelayanan Dasar
Jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan
2) Indikator dan Nilai
Tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian
suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat
pelayanan.
3) Batas Waktu Pencapaian
Periode yang ditentukan dalam Peraturan Menteri untuk mencapai target
pelayanan dasar sesuai dengan indikator dan nilai yang ditetapkan.
pemerintahan daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat
target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu
pencapaian SPM sesuai dengan peraturan menterI
4) Pengorganisasian Penyelenggaraan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal dilakukan oleh Pemerintah Daerah
9
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri. 9
IV. STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENATAAN RUANG (
Permen PU 14/2010 ) lanjutan
SPM BIDANG PENATAAN RUANG
10
10
V. STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENATAAN RUANG
(PERMEN PU No. 14 Tahun 2010) lanjutan
Ruang Lingkup
BIDANG JENIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BATAS WAKTU KETERANGAN
PELAYANAN INDIKATOR NILAI PENCAPAIAN
DASAR
1 2 3 4 5
Penataan I. Informasi 1. Tersedianya informasi mengenai 100% 2014 Dinas/SKPD yang
Ruang Penataan Rencana Tata Ruang (RTR) Wilayah (Kabupaten/Kota membidangi Penataan
Ruang Kabupaten/Kota beserta rencana dan Kecamatan) Ruang
rincinya melalui peta analog dan
90 % 2014 (Kelurahan)
peta digital
II. Pelibatan 1. Terlaksananya penjaringan aspirasi 100% 2014 Dinas/SKPD yang
Peran masyarakat melalui forum konsultasi membidangi Penataan
Masyarakat publik yang memenuhi syarat inklusif Ruang
Dalam dalam proses penyusunan RTR dan
Proses program pemanfaatan ruang, yang
Penyusunan dilakukan minimal 2 (dua) x setiap
RTR disusunnya RTR dan program
pemanfaatan ruang.
11
11
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENATAAN RUANG
(PERMEN PU No. 14 Tahun 2010)
Ruang Lingkup
BIDANG JENIS PELAYANAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BATAS WAKTU KETERANGAN
DASAR INDIKATOR NILAI PENCAPAIAN
1 2 3 4 5
Penataan III. Izin 1. Terlayaninya masyarakat 100% 2014 Dinas yang
Ruang Pemanfaatan dalam pengurusan izin (Kabupaten/Kota) membidangi Perizinan
Ruang pemanfaatan ruang sesuai
dengan Perda tentang RTRW
Kabupaten/Kota beserta
rencana rincinya.
IV. Pelayanan 1. Terlaksanakannya tindakan 100% 2014 Dinas/SKPD yang
Pengaduan awal terhadap pengaduan (Kabupaten/Kota, membidangi Penataan
Pelanggaran masyarakat tentang dan Kecamatan) Ruang
Tata Ruang pelanggaran di bidang
penataan ruang, dalam
waktu 5 (lima) hari kerja.
V. Penyediaan 1. Tersedianya luasan RTH 25% 2014 Dinas/SKPD yang
Ruang Terbuka publik sebesar 20% dari luas membidangi Penataan
Hijau (RTH) wilayah kota/kawasan Ruang
Publik perkotaan
12
12
VI. PENERAPAN SPM PENATAAN RUANG
Prasyarat dalam Penerapan SPM
13
13
Wujud Pelayanan Dasar (1)
UNIT
WUJUD
PELAKSANA
Peta Analog Unit
Peta RTRW (rencana struktur & pola ruang) dan Pelayanan
INFORMASI PENATAAN RUANG
PELAKSANA
Konsultasi Publik dalam proses penyusunan Unit
RTR dan program pemanfaatan ruang masing- Pelayanan
masing minimal 2 kali Tata Kota
Syarat :
Stakeholder yang terlibat : perwakilan dari
pemerintah, masyarakat, swasta, atau LSM
Kualitas pertemuan : diskusi yang dinamis
dan interaktif, gagasan stakeholders dapat
terfasilitasi.
Jumlah pertemuan konsultasi publik
minimal 2 (dua) kali pada waktu awal dan
akhir dalam setiap proses penyusunan
rencana tata ruang dan program
pemanfaatan ruang.
Wujud Pelayanan Dasar (3)
UNIT
WUJUD
PELAKSANA
rincinya
UNIT
WUJUD
PELAKSANA
PELANGGARAN TATA RUANG
UNIT
WUJUD
PELAKSANA
Tersedianya luasan RTH Publik sebesar 20% dari Unit
luas wilayah kota/kawasan perkotaan hingga tahun Pelayanan
2030 Tata Kota
Contoh Perhitungan :
Kabupaten A terdiri dari 30 kecamatan dan 100 kelurahan. Pada tahun 2014 tersedia 1
peta analog RTRW Kabupaten A di tingkat Kabupaten, 20 peta analog RTRW kabupaten
A di tingkat Kecamatan, dan 50 peta analog RTRW Kabupaten A di Tingkat Kelurahan.
Maka Nilai SPM Informasi Peta Analog pada akhir tahun pencapaian adalah :
2014 (Kabupaten) = 1/1 x 100% = 100%
2014 ( Kecamatan) = 20/30 x 100% = 66,67%
2014 (Kelurahan) = 50/100 x 100% = 50%
20
CARA PERHITUNGAN SPM PETA DIGITAL
Contoh Perhitungan :
Kabupaten A terdiri dari 30 kecamatan dan 100 kelurahan. Pada tahun 2014 tersedia 1
peta digital RTRW Kabupaten A di tingkat Kabupaten, 10 peta digital RTRW kabupaten A
di tingkat Kecamatan, dan 15 peta digital RTRW Kabupaten A di Tingkat Kelurahan.
Maka Nilai SPM Informasi Peta Digital pada akhir tahun pencapaian adalah :
2014 (Kabupaten) = 1/1 x 100% = 100%
2014 (Kecamatan) = 10/30 x 100% = 33,33%
2014 (Kelurahan) = 15/100 x 100% = 15%
21
CARA PERHITUNGAN SPM KONSULTASI PUBLIK
SPM Konsultasi Publik ∑ akhir tahun pencapaian SPM Jumlah Konsultasi Publik
Penyusunan Rencana = X 100%
Tata Ruang ∑ seluruh kabupaten/kota Jumlah Konsultasi Publik
SPM Konsultasi Publik ∑ akhir tahun pencapaian SPM Jumlah Konsultasi Publik
Penyusunan Program = X 100%
Pemanfaatan Ruang ∑ seluruh kabupaten/kota Jumlah Konsultasi Publik
Contoh Perhitungan :
Kota A sedang menyusun RTRW dan program pemanfaatan ruang. Pada prosesnya,
hanya dilakukan konsultasi publik sebanyak 1 kali untuk penyusunan rencana tata ruang
dan 1 kalo untuk penyusunan program pemanfaatan ruang sampai akhir tahun 2014.
Maka Nilai SPM konsultasi publik penyusunan rencana tata ruang dan program
pemanfaatan ruang pada akhir tahun pencapaian adalah :
2014 (Penyusunan Rencana Tata Ruang) = ½ x 100% = 50%
2014 (Penyusunan Program Pemanfaatan Ruang) = ½ x 100% =50%
22
CARA PERHITUNGAN SPM PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN RUANG
SPM Perda ∑ akhir tahun pencapaian SPM Jumlah Perda ttg RTRW Kab/Kota
Tentang RTRW = X 100%
∑ kabupaten/kota Jumlah Perda ttg RTRW Kab/Kota
Kabupaten/kota
Contoh Perhitungan :
Kota A sudah memiliki Perda RTRW dan terus berjalan sebagai dasar pemberian
izin hingga masa berakhirnya rencana (termasuk tahun 2014)
Maka Nilai SPM Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota pada akhir tahun
pencapaian adalah :
23
CARA PERHITUNGAN SPM PELANGGARAN BIDANG PENATAAN RUANG
SPM Tindakan ∑ akhir tahun pencapaian SPM Jumlah Kasus yang tertangani
Awal Pengaduan = X 100%
∑ kabupaten/kota/kecamatan Jumlah Kasus yang seharusnya
Pelanggaran di
ditangani
Bidang PR
Contoh Perhitungan :
Di Kota A sampai tahun 2014 terdapat 100 kasus pengaduan dan
kesemuanya dapat dilakukan tindakan awal penanganan kasus.
Maka Nilai SPM Tindakan Awal Pengaduan Pelanggaran di Bidang Penataan Ruang
pada akhir tahun pencapaian adalah :
24
CARA PERHITUNGAN SPM PENYEDIAAN RTH PUBLIK
SPM Penyediaan = ∑ akhir tahun pencapaian SPM Luasan RTH publik yang tersedia
X 100%
RTH Publik ∑ wil.kota/kawasan perkotaan Luasan RTH publik yang seharusnya
Contoh Perhitungan :
Sampai tahun 2014, Kota A memiliki jumlah luasan RTH Publik sebesar 50 Ha
dari luas wilayah kota, sedangkan RTH publik ideal untuk kota tersebut adalah 150 Ha,
maka Nilai SPM penyediaan publik pada akhir tahun pencapaian adalah :
25
VII. Kendala Penerapan
1. Masih adanya Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang hingga
saat ini belum menyelesaikan Perda RTRWnya.
kota/kabupaten ( Sumenep, Lumajang, Jember dan Kota
Surabaya)
2. Ketersediaan lahan untuk pengembangan RTH Publik
terbatas, sedangkan RTH Publik eksisting relatif
sedikit/belum mencukupi.
3. Ketersediaan SDM yang mampu memberikan informasi
perpetaan (GIS) masih terbatas dan belum menjangkau
hingga kelurahan
4. Pelayanan tata kota dan pengaduan masyarakat masih
terbatas pada level kabupaten/kota, belum menjangkau
sampai kelurahan
5. Pemahaman masyarakat tentang penataan ruang masih
terbatas, dan keterlibatan/peran sertanya relatif minim. 26
VIII. WEWENANG PENETAPAN
Wewenang dan atau penetapan SPM Bidang Penataan Ruang
dilakukan oleh Pemerintah dengan memperhatikan kondisi dan
kemampuan daerah provinsi dan kabupaten/kota yang menjadi
urusannya.
27
27
IX. KESIMPULAN