PERKEMBANGAN SILVIKULTUR

DI WILAYAH TROPIS

PROF. DR. IR. MARJENAH, M.P., IPU. ASEAN ENG.

2019
 1. KEADAAN UMUM
SILVIKULTUR MERUPAKAN TEKNIK PEKERJAAN UNTUK MEWUJUDKAN KEINGINAN POLITIK HUTAN YANG
DITENTUKAN OLEH KEPENTINGAN UMUM, TUJUAN PERUSAHAAN, DAN KEADAAN SETEMPAT DI TEMPAT
PENGELOLAAN HUTAN BERADA. KEPENTINGAN UMUM TERCERMIN DENGAN FUNGSI HUTAN, TUJUAN
PENGELOLAAN ADALAH MEMAKSIMALKAN MANFAAT, SEDANGKAN KEADAAN SETEMPAT ADALAH DAYA
DUKUNG TAPAK (IKLIM, TANAH, VEGETASI), DAN DAYA DUKUNG SOSIAL MASYARAKAT SEKITAR HUTAN.
PANDANGAN MASYARAKAT YANG KELIRU TENTANG HUTAN ALAMI BIASANYA YAITU SEBAGAIMANA DIBAWAH
INI.
(1) BAHWA HUTAN TAK PERNAH HABIS, ATAU PERMINTAAN PENDUDUK TERHADAP KAYU MASIH SEDIKIT.
(2) PENGETAHUAN TENTANG HUTAN SANGAT KURANG, PADAHAL MERUPAKAN SYARAT MUTLAK
PENGENDALIAN PRODUKSI. BAHKAN WILAYAH-WILAYAH HUTAN YANG JAUH DARI PEMUKIMAN MASIH BELUM
TERPETAKAN.
3) KURANG TAHU PENTINGNYA HUTAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. KESADARAN AKAN
PENTINGNYA KEBERADAAN HUTAN BARU MUNCUL BIASANYA SETELAH HUTANNYA TIDAK ADA LAGI DAN
BENCANA MULAI TIMBUL.
PENYEBAB KETIDAKLESTARIAN PENGELOLAAN HUTAN TROPIS:
• KEKURANGAN TENAGA PROFESIONAL YG BERBAKTI (DI DALAM HUTAN).
• TEORI KEHUTANAN TIDAK DAPAT DIIMPOR LANGSUNG DARI WILAYAH YG TELAH MAJU, KRN
TGT KONDISI LOKAL.
• PERAMBAHAN BELUM TERKENDALI.
• TATAGUNA LAHAN MASIH BELUM MANTAP DAN BELUM ADA KEKUASAAN YG MAMPU
MENAHAN KONVERSI HT ALAM.
 2. MODAL AWAL SILVIKULTUR
HUTAN PRIMER/KLIMAKS:
• TAPAK BERVARIASI -→ STRUKTUR, TIPE BERAGAM -→ TIDAK ADA RESEP UMUM
• JENIS PH TERLAMPAU BANYAK (40-80 PER HA) → PROD PER HA KECIL.
• STRUKTUR DIAMETER J-TERBALIK, STRUKTUR JENIS KOMERSIAL TIDAK TERATUR.
• BANYAK PH BESAR CACAT → PROD KECIL.
• JENIS KY YG LAKU DIJUAL SEDIKIT → ONGKOS PROD PER M3 TINGGI.
• RIAP NOL.
• PERMUDAAN TIDAK TERATUR, SEDIKIT?
• PRASARANA BELUM ADA: ONGKOS PRODUKSI PER M³ MAHAL.

HT SEKUNDER:
• GUNDUL KRN ALAMI DAN ANTROPOGEN
• KOMPOSISI TERGANTUNG TAPAK DAN UMUR.
• TEGAKAN MUDA SERAGAM TETAPI TIDAK NIAGAWI.
• RIAP AWAL BESAR, LAMBAT LAUN MENGECIL.
TEGAKAN TINGGAL TEBANGPILIH:
• WILAYAH HT ALAM TERLUAS DAN PUSAT PERHATIAN KEHUTANAN DI INDONESIA.
• STRUKTUR MIRIP HT KLIMAKS (HURUF J TERBALIK)
• PERMUDAAN LEBIH BANYAK KRN ADA RUMPANG BUATAN.

• VEG PIONIR, PERAMBAT BERKEMBANG -→ PERLU PEMELIHARAAN PH BINAAN.

PERTIMBANGAN BUDIDAYA:
• TAPAK DAN PRODUKTIVITASNYA: TANAH PASIR TDK TEBANGHABIS.
• JML PERMUDAAN KALAU CUKUP TIDAK MENANAM, TDK KONVERSI.
• TUJUAN/POLITIK: FUNGSI MANA YG DIUTAMAKAN UTK SETIAP TGK.
• KEMAMPUAN PENGELOLAAN: KALAU KURANG TNG TEKNIS JANGAN SILV INTENSIF.
• PERTIMBANGAN PAY BACK PERIOD: JENIS MANA?
• AKSESIBILITAS HT: SORTIMEN MANA?
• KETERSEDIAAN TNG KERJA: PDD JARANG JANGAN SIL INTENSIF.
• PASAR: TEBANGPILIH, TEBANGHABIS, PENJARANGAN.
TARGET BUDIDAYA:
• KOMPOSISI LEBIH SERAGAM DR ASLINYA.
• HASILKAN KY/HASIL SERAGAM DL JUMLAH BANYAK.
• MUTU DAN NILAI HASIL HARUS LEBIH TINGGI DR HT ASLINYA.
 3. PERBAIKAN TEGAKAN
ADALAH PENGUBAHAN STRUKTUR DAN ATAU KOMPOSISI TGK HT SECARA BERTAHAP UTK
MEMPRODUKTIFKAN HT ALAMI. HARUS HATI-HATI KRN SEBAGIAN BESAR KATION BASA (CA, MG, K)
BERADA DL PHYTOMASSA. VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN HARUS DIPERTAHANKAN.

INTI KEGIATAN:
• PEMBAGIAN KE DL BLOK.
• POTONG SEMUA PERAMBAT.
• BUNUH SEMUA POHON CACAT, SELAMA TDK MENIMBULKAN RUMPANG BESAR.
• PEMACUAN RIAP POHON UNGGULAN DENGAN MEMBUNUH PENYAINGNYA (TERES, RACUN).
• PEMBEBASAN DIULANG BILAMANA TAJUK POHON UNGGULAN KEMBALI TERDESAK/ TERNAUNG
POHON LAIN, DILANJUTKAN DG PENJARANGAN PILIHAN.

KAIDAH POKOK:
TEBAS/TEBANG SEPERLUNYA, KEKERASAN SEDANG TAPI SERING.
PENGAYAAN:
• BILA TIDAK ADA PERMUDAAN (BEKAS API)
• BUAT LARIKAN TANAM 2 M BERSIH, TIMUR-BARAT, 5 M KIRI-KANAN DITERANGI, POTONG PERAMBAT, SEMAK.
• JARAK ANTAR LARIKAN 10 M, JARAK TANAMAN 5 M, TINGGI BIBIT 1 M.
• PERAWATAN TANAMAN TH PERTAMA 2-3 KALI, SELANJUTNYA MAKIN JARANG SAMPAI TINGGI 10 M.

UNTUNG-RUGI PENGAYAAN:
• TANPA TEBANGHABIS, PERLINDUNGAN IKLIM MIKRO DAN TANAH.
• DAPAT MENANAM JENIS HT KLIMAKS YG SERING TDK TAHAN DI TEMPAT GUNDUL.
• TGK AKHIRNYA DPT MEMBENTUK BBRP STRATUM TAJUK.
• JML BIBIT SEDIKIT, BIAYA PEMBIBITAN+PENGANGKUTAN MURAH.
• RINTIS BERSIH TUMBUH RUMPUT, TEMPAT SATWA, TANAMAN DIRUSAK.
• KELEMAHAN PENGAYAAN: TANAMAN GELAP, KRN PEKERJA MALAS MERACUN PH.
 4. PERTIMBANGAN UMUM SILVIKULTUR
SILVIKULTUR PD UMUMNYA DILAKUKAN DI DLM TEGAKAN PRODUKSI BERDASARKAN:
• KEAD VEG HT ALAM: KLIMAKS, SEKUNDER, TGK TINGGAL, BKS LADANG.
• TUJUAN PENGUSH: KY VINIR, KY BANGUNAN, KY SERAT, KY ENERGI

• KRN TUJUAN PENGUSH HANYA SATU: KY PERTUK, MAKA SILV HT ALAM HANYA DITENTUKAN OLEH
KEADAAN AWAL VEG HT SAJA.
• BERISI CUKUP PH SIAP PANEN: PANEN DULU → TB PILIH, TBJALUR, TB RUMPANG. KEMUDIAN
PEMBEBASAN PH BINAAN.
• TDK CUKUP PH PANEN, SEDIKIT PERMUDAAN: PENGAYAAN, PEMBEBASAN.
 5. SISTEM TEBANGPILIH (SELECTIVE LOGGING,
SELECTIVE FELLING)
BATAS DIAMETER, PERACUNAN-PENERESAN. BILA BATAS D BESAR HASIL KECIL, BILA BATAS D KECIL, SIKLUS
TEBANG PANJANG.

ETAT LUAS = LUAS KWS PRODUKSI / JML TH ROTASI → SATUAN HA/TH.

KWS NON PRODUKSI:

• BEKAS LADANG YG DIKUASAI PENDUDUK SETEMPAT.

• KWS PELESTARIAN PLASMA NUTFAH 100 HA PER RKL.

• KEBUN BENIH 100 HA PER RKL.

• PETAK UKUR PERMANEN (PUP) 24 HA PER RKL.

• BANGUNAN (PERUMAHAN, JALAN, TPK, TPN., PERSEMAIAN).

• RAWA TIDAK PRODUKTIF.

• HT KERANGAS (PODSOL), HT BATUKAPUR, TNH BERBATU (LITOSOL).

• KAWASAN LINDUNG (SEMPADAN PERAIRAN, LERENG SANGAT CURAM > 40%).

• KELEMAHAN ETAT LUAS: POTENSI TGK TIDAK MERATA, HASIL TIDAK MERATA,
PERLU TGK PERMANEN DG LUAS AKURAT, SEMUA POHON LAIK GUNA HARUS
DIPANEN.
ETAT VOLUME: HIMPUNAN RIAP DIBAGI ROTASI, DIKALIKAN FAKTOR PENGAMAN
(0,8), DIKALIKAN FAKTOR EKSPLOITASI 0,7.

• JPT = EL X POTENSI X 0,8 X 0,7 → M³/TH

HA M³/HA
• JPT = JATAH PRODUKSI TAHUNAN
 6. THE MALAYAN SHELTERWOOD SYSTEM (MSS)
• SISTEM PENEBANGAN BERTAHAP UNTUK MENGOPTIMALKAN
SUASANA IKLIM MIKRO BAGI PEREMAJAAN ALAMI.
• PADA TH 30AN SD 50AN DI MALAYSIA SEMENANJUNG.
• HASIL PANEN BERTAHAP, HASIL SEDIKIT. KEBANYAKAN HASIL
KAYU NON KOM.
• TGK TINGGAL BAGUS.
• PROSEDUR PANJANG, PERLU BANYAK SILVIKULTURIS.
 Ringkasan tahap kegiatan the Malayan Shelterwood System.

Waktu Kode Kegiatan

n-x P Tebang pole, jenis-jenis II (non niagawi), gsd <
20 cm.
N S1 Tebang pembijian pertama, jenis-jenis nonkom
n+1 C1 Potong pemanjat, jenis-jenis nonkom
n+3 S2 Tebang pembijian kedua, jenis-jenis nonkom
n+4 C2 Potong pemanjat kedua dan peneresan.
n+5 F Tebang utama, jenis-jenis komersial
n+6/+7 C3 Pembersihan setelah penebangan
n+10 T Penjarangan pertama atau TSI (timber stand
improvement)
PENEBANGAN POLE (P)
• TUJUAN: MENYIAPKAN KONDISI YANG NYAMAN BAGI REGENERASI MERANTI DENGAN MEMBUKA TAJUK
BAWAH. DENGAN CARA PENEBANGAN TIANG JENIS-JENIS NON NIAGAWI YANG BERGARISTENGAH
SETINGGI DADA (GSD) < 20 CM. WAKTUNYA TIDAK TERIKAT, TERGANTUNG KEPERLUAN. PENGAWASAN
HARUS KETAT AGAR JENIS-JENIS NIAGAWI TIDAK DITEBANG. TETAPI PADA UMUMNYA POHON-POHON UN-
TUK CALON LAPISAN TAJUK ATAS TERDAPAT SANGAT SEDIKIT. KEBANYAKAN TIANG HIDUP SELAMANYA PA-
DA LAPISAN TAJUK BAWAH ATAU PERTENGAHAN (BUKAN JENIS-JENIS YANG MENCAPAI TINGGI DOMINAN).
PENEBANGAN TIANG INI DILARANG PADA HUTAN YANG TELAH BANYAK SEMAINYA.
TEBANG PEMBIJIAN S1 DAN S2 (SEEDING FELLING)
• TUJUAN: MEMBUKA RUMPANG SECUKUPNYA UNTUK MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA SEMAI-SEMAI
YANG TELAH ADA.
• DIANJURKAN UNTUK MEMBUAT RUMPANG-RUMPANG YANG MENYEBAR DENGAN GARISTENGAH RUM-
PANG 7-12 M YANG AKAN MENGHASILKAN KONDISI PENYINARAN YANG TERBAIK. DIPEROLEH
KESIMPULAN BAHWA PEMBUKAAN TAJUK DEMIKIAN HANYA MENOLONG SEMAI-SEMAI YANG TELAH ADA,
TETAPI TIDAK MENOLONG PERKECAMBAHAN BIJI-BIJI YANG BARU JATUH.
CLEANING OPERATIONS (C1 DAN C2)
• PEDOMANNYA DAPAT DIIKHTISARKAN SEPERTI DI BAWAH INI.
(1) POTONG SEMUA PEMANJAT, JAHE-JAHEAN, PISANG-PISANG LIAR, EUPATORIUM, DAN LAIN-
LAIN.
(2) KALAU TERDAPAT SUDAH BANYAK SEMAI, POTONG SEMUA PANCANG DARI JENIS-JENIS NON
KOMERSIAL SAMPAI DIAMETER 5 CM. KALAU SEMAI KURANG, PANCANG NON KOMERSIALPUN HARUS
DIBIARKAN HIDUP DENGAN JARAK MINIMAL 3 M DARI SEMAI NIAGAWI.
(3) PERACUNAN TIANG-TIANG JENIS TIDAK NIAGAWI SAMPAI DIAMETER 30 CM, KECUALI POHON-
POHON YANG MEMANG DIPERLUKAN ATAS PERTIMBANGAN SILVIKULTUR ATAU LAINNYA.
(4) PERACUNAN SEMUA POHON YANG SEMESTINYA SUDAH DITEBANG PADA S1 TETAPI BELUM DI-
LAKSANAKAN OLEH KONTRAKTOR KARENA SULIT DIJUAL.
PENEBANGAN UTAMA (F=FINAL FELLING)
PADA DUA ATAU TIGA TAHUN SETELAH PENEBANGAN PEMBIJIAN, KALAU JUMLAH SEMAI
DIANGGAP SUDAH MEMADAI, SISA POHON-POHON BOLEH DITEBANG.

CLEANING (C3)
3-4 TAHUN SETELAH PENEBANGAN UTAMA (F) HARUS ADA PEMBERSIHAN YANG BERISI:
(1) PERACUNAN SEMUA POHON YANG TIDAK DIHARAPKAN.
(2) PEMOTONGAN PEMANJAT.
(3) PENJARANGAN SEMAI BILA TERLAMPAU RAPAT.
PERSYARATAN MSS ADALAH:
(1) HARUS ADA PEMASARAN BAGI TIANG DAN JENIS-JENIS TIDAK NIAGAWI.
(2) PERMUDAAN HARUS SUDAH ADA SEJAK AWAL ATAU DAPAT TERBENTUK DI ANTARA KEDUA
PENEBANGAN PEMBIJIAN.
(3) WILAYAH HUTAN HARUS MEMILIKI JARINGAN JALAN YANG CUKUP UNTUK
PENYELENGGARAAN DAN PEMERIKSAAN BERBAGAI KEGIATAN.
KELEMAHAN SISTEM INI ADALAH PENEBANGAN BERTINGKAT YANG HANYA MENGHASILKAN
KAYU SEDIKIT-SEDIKIT, YANG TIDAK LAGI EKONOMIS BILA DIKUMPULKAN. SATU LAGI KELEMAHAN
MSS ADALAH PENEBANGAN AKHIR BARU DILAKSANAKAN PADA SAAT PERMUDAAN TELAH MEN-
JADI TIANG. KERUSAKAN PERMUDAAN YANG TELAH BESAR UKURANNYA SELALU LEBIH PARAH
DAN TAK DAPAT PULIH LAGI.
 7. THE MALAYAN UNIFORM SYSTEM
• UNIFORM SYSTEM: TEBANG SEKALIGUS UTK MEMBUAT
TGK HAMPIR SEUMUR. KEMBALI KE PERMUDAAN KECIL.
• TERNYATA PERMUDAAN CUKUP.
• PANEN SEKALIGUS LEBIH MENGUNTUNGKAN.
• PERMUDAAN ALAM MAMPU BERSAING DG VEGETASI
PIONIR.
 Waktu Kegiatan
n-7 - n-2 Setelah pembuahan lebat diperlukan meracun pohon-pohon dengan
tajuk lebat dan memotong perambat.
n-3 - n-4 Pemotongan palm kalau diperlukan.
n-1,5 - 0,5 Milliacre sampling untuk menguji apakah cukup semainya.
n-1,5 - 0,5 Sensus pohon yang akan ditebang.
n (sampai n+1) Penebangan pohon2 ekonomis tidak lebih dari 2 tahun. Peracunan
semua pohon yang tidak dikehendaki.
n+4 sp.5 LS1/4 Quarter chain square sampling untuk menetapkan tindakan
selanjutnya (tidak diperlukan bila semai berlimpah). Diikuti:
a. Pemotongan tiang atau perambat penyaing.
b. Peracunan pohon2 yang tidak diharapkan.
c. Membetulkan kekeliruan.
n+10 LS1/2 Half chain square sampling, selalu harus dilaksanakan. Tegakan
dianggap memiliki permudaan cukup bila > 60% plot2 berisi
permudaan.
 8. THE PHILIPPINE SELECTIVE LOGGING SYSTEM
MENINGGALKAN PH SEHAT UNTUK ROTASI TEBANG BERIKUTNYA -> KELESTARIAN PRODUKSI KAYU
HARAPAN/DUGAAN: PH KECIL LEBIH MENJAMIN KELESTARIAN PRODUKSI DIBANDINGKAN DG MENUNGGU
SEMAI DAN PANCANG. TARGET SIKLUS TEBANG 30,35,40 TH TGT KESIAPAN TGK TINGGAL. PENYARADAN
DG CABLE YARDING.

TATAKERJA:
• TATABATAS SETUP: UNIT ADMINISTRASI TERKECIL. DITANDAI DI PETA, KEMUDIAN DI LAPANG DG BATAS
ALAM. RADIUS MAKSIMUM HIGHLEAD YARDING 250 M.
• PENCUPLIKAN DAN PENGHITUNGAN: UTK STRUKTUR DIAM. PLOT 0,1 HA UTK 2 HA. PETAKUKUR DG JALUR
LEBAR 20 M. DIAMETER PH 15 CM PER KELAS D. PH PANEN 70% DARI KLS D 15-65 CM DAN 40% DARI 
65 CM. PH PANEN DISEBUT MARKING GOAL.
• PENANDAAN POHON TINGGAL (CAT LINGKAR): RADIUS MAKS 40 M SEKITAR SPAR TREE KOSONGKAN,
ARAH REBAH COCOK DG ARAH KABEL DAN MINIMALKAN KERUSAKAN PH TINGGAL, JANGAN ADA PH
TINGGAL PD JALUR KABEL.
• INV TEGAKAN: KERUSAKAN, POTENSI TEGAKAN TINGGAL, DENDA.
 9. PENGELOLAAN HUTAN ALAMI DI INDONESIA
• HT ALAM+TANAMAN 3 FUNGSI: LINDUNG, KONSERVASI, PRODUKSI.
• HT PRODUKSI DG SISTEM2 SILVIKULTUR, DI LUAR P JAWA KETINGGIAN  500 M DPL.
AWAL 64 JHA HP + HPT, TERMASUK 27 JHA HPK.

• SEJAK UUPMA, UUPMDN 1967 DIMULAI HAK PENGUSAHAAN HUTAN 20 TH (PP21/70).

FORESTRY AGREEMENT -> SK HPH/IUPHHK
• HT ALAM DIKELOLA DG SISTEM TPTI (1972, 1989, 1993): PENATAAN, PEMELIHARAAN,
PEMANENAN.

• HPHTI DIMULAI 1984 DENGAN DASAR PP 7/1990 DL HP.

• SISTEM SILV YG TELAH ADA: SISTEM TPTI, SISTEM TPTJ (SK DJPH 220/1997), TPTII
(2004).
 Pilar Pengelolaan Hutan berkelanjutan

PILAR FUNGSI FUNGSI FUNGSI

LINDUNG KONSERVASI PRODUKSI

PERLINDUNGAN SISTEM 50% 25% 15%

PENYANGGA KEHIDUPAN
PENGAWETAN 30% 50% 15%
KEANEKARAGAMAN JENIS
TUMBUHAN DAN SATWA BESERTA
EKOSISTEMNYA
PEMANFAATAN SECARA LESTARI 20% 25% 70%
SUMBERDAYA HAYATI DAN
EKOSISTEMNYA
 FAKTA PENGELOLAAN
HUTAN ALAM
1. Luas hutan alam dan produksi kayu menurun.
2. Riap rendah (+/- 0,4 cm per tahun)
3. Penurunan pendapatan negara
4. Penurunan jumlah industri pengolahan kayu
5. Penurunan serapan tenaga kerja di sektor kehutanan
6. Penurunan keragaman hayati
PRINSIP PENGUSAHAAN
HUTAN

1. SUSTAINABILITY
2. PROGRESSIVE YIELD
 TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT