Anda di halaman 1dari 45

Referat

EPISTAKSIS

Oleh
Ikrima Kamillah (712017023)

Pembimbing
dr. Meilina Wardhani , Sp. THT-KL

1
Pendahuluan

Epistaksis bagian anterior


Epistaksis adalah perdarahan akut anak dan dewasa muda
yang berasal dari lubang hidung, Epistaksis posterior orang tua
rongga hidung atau nasofaring. dengan riwayat penyakit
hipertensi atau arteriosklerosis.

Epistaksis terbanyak dijumpai


pada usia 2-10 tahun dan 50-80 Tidak ada perbedaan yang bermakna
tahun, sering dijumpai pada antara laki-laki dan wanita.
musim dingin dan kering.

2
ANATOMI

3
Anatomi

4
Anatomi

Gambar 1 : Dinding Lateral Kavum Nasi

5
Vaskularisasi

6
Fisiologi
Hidung mempunyai 3 fungsi dan 1 refleks :

■ Fungsi respirasi
■ Fungsi penghidu
■ Fungsi fonetik
■ Refleks Nasal

7
Fungsi respirasi
Fisiologi
 Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut
lendir. Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga
berkisar 370C.
 Fungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya
pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan
konka dan septum yang luas.
 Partikel debu, virus, bakteri, dan jamur yang terhirup
bersama udara akan disaring di hidung oleh: rambut
(vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir.
 Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-
partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflex bersin.

8
Fisiologi
Fungsi Penghidu

 Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap dengan


adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka
superior dan sepertiga bagian atas septum.
 Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi
dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat.
 Fungsi hidung untuk membantu indra pencecap adalah untuk
membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam
bahan.

9
Fisiologi
Fungsi Fonetik
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika
berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga
terdengar suara sengau (rhinolalia).

Terdapat 2 jenis rhinolalia yaitu rhinolalia aperta yang


terjadi akibat kelumpuhan anatomis atau kerusakan tulang
di hidung dan mulut. Yang paling sering terjadi karena
stroke dan rhinolalia oklusa yang terjadi akibat sumbatan
benda cair (ketika pilek) atau padat (polip, tumor, benda
asing) yang menyumbat.(5,6)

10
Fisiologi
Refleks Nasal

 Mukosa hidung merupakan reseptor reflex yang berhubungan


dengan saluran cerna,kardiovaskuler dan pernapasan.
 Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan reflex bersin dan
napas berhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan
sekresi kelenjar liur, lambung, dan pancreas.

11
EPISTAKSIS

12
Definisi

■ Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal


dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring.
■ Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala
dari suatu kelainan yang hampir 90 % dapat
berhenti sendiri.
■ Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala
yang sangat mengganggu dan dapat mengancam
nyawa. Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi
untuk mengobati epistaksis secara efektif.

13
Etiologi
■ perdarahan hidung diawali oleh pecahnya
pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung.
■ 80 % perdarahan berasal dari pembuluh darah
Pleksus Kiesselbach (area Little).
■ Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian
anterior, di belakang persambungan mukokutaneus
tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis.
■ Epistaksis dapat ditimbulkan oleh :
1. Faktor lokal
2. Faktor sistemik

14
Lokal
•Trauma
•Infeksi Lokal
•Neoplasma
•Pengaruh Lingkungan
•Deviasi Septum

15
Trauma
■ Mengorek hidung,
■ benturan ringan,
■ bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras,
■ atau akibat trauma yang lebih hebat seperti
kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas
■ akibat adanya benda asing tajam atau trauma
pembedahan.

16
Faktor Lingkungan
Kelembaban
Zat-zat korosif
udara yang
rendah

Iritasi mukosa
dehumidifikasi
mukosa nasal

Kekeringan
mukosa

Pembuluh darah mudah pecah


17
Infeksi Lokal
■ Pada infeksi hidung dan sinus paranasal
seperti rhinitis atau sinusitis.
inflamasi yang akan memudahkan
merusak mukosa terjadinya
perdarahan di
Infeksi hidung.
peningkatan
permeabilitas
pembuluh darah
setempat

18
Neoplasma
Epistaksis sedikit dan intermiten, kadang-
kadang ditandai dengan mukus yang
bernoda darah.
Hemangioma, angiofibroma dapat
menyebabkan epistaksis berat

Pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang


abnormal dan pembentukan pembuluh
darah yang baru (neovaskularisasi) yang
bersifat rapuh sehingga memudahkan
terjadinya perdarahan

19
Deviasi Septum

Pembuluh
Deviasi Turbulensi darah pecah
Krusta
septum udara meskipun
trauma ringan

20
Sistemik
•Kelainan Darah
•Penyakit Kardiovaskuler dan lainnya
•Infeksi Akut
•Gangguan Hormonal
•Alkoholisme

21
Kelainan Darah
Trombositopenia

Leukimia

Hemofilia

Pengaruh obat-obatan

22
Penyakit Kardiovaskuler dan
lainnya
Hipertensi

Arteriosklerosis

Sirosis Hepatis

Diabetes Melitus

23
Gangguan Hormonal
Wanita hamil,
menarche, menopause

Estrogen dan
progesteron yang tinggi

Mukosa bengkak dan


pembuluh darah rapuh

Epistaksis

24
Alkoholisme

25
Sumber Perdarahan
■ Epistaksis anterior
Berasal dari pleksus Kisselbach di septum bagian anterior
atau dari arteri etmoidalis anterior.
Perdarahan pada septum anterior biasanya ringan karena
keadaan mukosa yang hiperemis atau kebiasaan mengorek
hidung, terjadi pada anak, seringkali berulang dan dapat
berhenti sendiri
■ Epistaksis Posterior
Berasal dari artei etmoidalis posterior atau arteri
sfenopalatina.
Perdarahan lebih hebat, jarang dapat berhenti sendiri.
Terjadi pada pasien hipertensi atau penyakit kardiovaskuler
karena pecahnya arteri sfenopalatina
26
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Kapan mulainya pendarahan, perdarahan
keluar dari depan atau belakang hidung
• beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya
perdarahan,
• penyebab perdarahan dan upaya yang telah
dilakukan untuk menghentikan pendarahan
Anamnesis • riwayat perdarahan hidung sebelumnya,
• riwayat penyakit lain seperti hipertensi, arteri
koroner dan Diabetes
• Riwayat penggunaan obat sebelumnya
• Riwayat keluarga dengan kelainan perdarahan
• Riwayat pengobatan.

27
Pemeriksaan Fisik
•Pengukuran tekanan darah
•Rinoskopi anterior
•Rinoskopi posterior
•Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi
posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung

28
Rhinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan
dengan cara teratur dari
anterior ke posterior.

Vestibulum, mukosa hidung


dan septum nasi, dinding
lateral hidung dan konkha
inferior harus diperiksa
dengan cermat.

29
Pemeriksaan Penunjang

Rontgen sinus dan CT-


Endoskopi hidung
Scan atau MRI

Rontgen sinus dan CT-Scan untuk melihat atau


atau MRI penting menyingkirkan
mengenali neoplasma atau kemungkinan penyakit
infeksi. lainnya

30
Prinsip PENATALAKSANAAN
utama dalam menanggulangi
epistaksis, yaitu :

memperbaiki
menghentikan
keadaan
perdarahan
umum

mencegah
mencegah
berulangnya
komplikasi
epistaksis

31
Perbaikan keadaan umum

Keadaan • Penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila


Umum penderita sangat lemah atau keadaan syok

32
Perdarahan
Epistaksis ringan
pada anak
Anterior
• duduk dengan kepala ditegakkan,
• cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa
menit.

• Gulungan kapas yang telah dibasahi dengan anestetik lokal


Perdarahan dan dekongestan lalu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam
anterior hidung.
• Bila perdarahan tidak berhenti, pemasangan tampon diulangi
• tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras
Epistaksis anterior, Argenti 20-30% / Asam Triklorasetat 10% atau dengan
Bila sumber telah
terlihat Elektrokauter
• analgesia topikal sebelum dilakukan kaustik

Perdarahan • Tampon anterior


masih terus
berlangsung • Tampon rol anterior

33
Tampon Anterior

34
Perdarahan Posterior
Diatasi dengan tampon
posterior /Tampon Bellocq.

Kasa-ukuran 3x2x2 dan 3


buah benang, 2 buah pada
satu sisi dan satu lagi pada
sisi lainnya

35
Pengganti tampon Bellocq

■ Balon Intranasal
Balon diletakkan di nasofaring dan
dikembangkan dengan air

36
Perdarahan Posterior… cont’d
■ Obat-obat hemostatik  tidak terlalu efektif

■ Ligasi Arteri  untuk epistaksis yang berat, dimana tidak


dapat diatasi dengan tampon posterior

37
Medikamentosa
■ Selama pemasangan tampon (3-4 hari), kenyamanan pasien
akan terganggu
– pemberian sedatif dan analgesik
■ Pertimbangan untuk pemberian antibiotik broad spektrum
– untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat kuman
patogen selama pemasangan tampon.

38
■ Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya epistaksis antara
Pencegahan
lain:
– Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat
dibeli, pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat
tetes larutan ini dapat mencampur 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas,
didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
– Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
– Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan
masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6cm ke dalam hidung.
– Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
– Bersin melalui mulut.
– Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.
– Batasi penggunaan obat – obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
aspirin atau ibuprofen.
– Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan
menyebabkan iritasi.

39
KOMPLIKASI
Komplikasi akibat epistaksis
•syok
•anemia
•tekanan darah turun mendadak
menyebabkan iskemi cerebri,
insufisiensi koroner dan infark miocard

40
•Tampon anterior
•sinusitis
Komplikasi •air mata yang berdarah (bloody tears)
akibat •septikemia.
pemasangan •Tampon posterior
tampon •otitis media
•haemotympanum
•laserasi palatum mole dan sudut bibir

41
Prognosis
■ Sembilan puluh persen kasus epistaksis anterior
dapat berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi
dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan
hebat, sering kambuh dan prognosisnya buruk.

42
Kesimpulan
1. Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang
hidung, rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan
suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang
hampir 90 % dapat berhenti sendiri.

2. Epistaksis disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi dalam


2 kelompok besar yaitu faktor lokal dan sistemik

3. Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya


yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior.

43
Kesimpulan
4. Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan
perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya
epistaksis. Penegakan diagnosis berdsarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
5. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada epistaksis adalah:
a. Memencet hidung
b. Pemasangan tampon anterior dan posterior
c. Kauterisasi
d. Ligasi (pengikatan pembuluh darah)
6. Epsitaksis dapat dicegah dengan antara lain tidak memasukkan
benda keras ke dalam hidung seperti jari, tidak meniup melalui
hidung dengan keras, bersin melalui mulut, menghindari obat-
obatan yang dapat meningkatkan perdarahan, dan terutama
berhenti merokok.

44
45

Anda mungkin juga menyukai