Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama anestesi umum pengendalian jalan
nafas umumnya dapat dilakukan dengan
menggunakan :

1. Teknik laringoskopi
2. Intubasi Endotrakeal
Teknik Laringoskopi dan intubasi endotrakeal

Rangsangan pada epifaring serta laringofaringeal

Rangsangan mekanik dan kimia

Respon refleks pada sistem kardiovaskular serta pernafasan

Respons ini dapat mencapai tingkat maksimum dalam 1 menit dan
berakhir dalam 5-10 menit setelah intubasi
Teknik Laringoskopi dan intubasi endotrakeal

Rangsangan pada epifaring serta laringofaringeal

Rangsangan Kimia

Peningkatan aktivitas simpatoadrenergik berupa pelepasan
katekolamin

Peningkatan tekanan darah, takikardia dan bahkan aritmia

Takikardia menyebabkan lebih banyak beban pada jantung
Takikardia
Menyebabkan lebih banyak beban pada
jantung bila dibandingkan dengan
Peningkatan Tekanan Darah.

Hal ini dikarenakan


1. Peningkatan konsumsi oksigen dari miokardium
2. Menurunkan pengisian diastolik
3. Akhirnya mengurangi aliran darah koroner
Peningkatan Tekanan Darah
Sedangkan peningkatan tekanan darah dapat menghasilkan respon

hipertensi
Hipertensi berlebihan,
berlebihan, terutama
terutama padapada pasien
pasien hipertensi
hipertensi
▼▼
Serangan serangan
jantungjantung
atauatau strokeserebral
stroke serebral
Berbagai metode farmakologis & non-
farmakologis telah digunakan untuk mengurangi
respon perubahan hemodinamik terhadap
laringoskopi & intubasi endotrakeal.
Metode nonfarmakologis
untuk mengurangi respon kardiovaskular terhadap
laringoskopi & intubasi endotrakeal.5

1. Intubasi secara halus & lembut dengan durasi laringoskopi yang


lebih singkat
2. Penggunaan LMA sebagai pengganti intubasi endotrakeal4
3. Blok saraf Glossofaringeal dan laringeal superior telah digunakan
untuk mengurangi respon kardiovaskular terhadap laringoskopi &
intubasi endotrakeal
Metode farmakologis
untuk mengurangi respon kardiovaskular terhadap laringoskopi &
intubasi endotrakeal

1. Penggunaan anestesi inhalasi6


2. Lidokain 7,8,9 topikal dan intravena,
3. Narkotik 10,11,12,
4. β-Blocker 13,14,15
5. Calcium channel Blockers 16,17,18
6. Vasodilator 19,20
Fentanyl
Merupakan opioid yang umum digunakan bersama dengan agen
hipnotik untuk menurunkan respon perubahan hemodinamik akibat
laringoskopi dan intubasi endotrakeal. 21,22.
Fentanyl
• Lebih potensial pada reseptor opioid µ daripada analgesik opioid yang
pada umumnya digunakan
• Kemampuannya untuk menekan respon mekanik terhadap stimulasi
jalan nafas dengan stabilitas kardiovaskular, telah menjadikan fentanyl
analgesik pilihan pada premedikasi anestesi
• Onset aksi yang cepat dengan durasi yang relatif lebih pendek, tidak
menyebabkan pelepasan histamin
• Batas keamanan membuat fentanyl obat yang ideal sebagai
premedikasi anestesi yang umum digunakan terutama dalam
mengurangi perubahan hemodinamik laringoskopi dan intubasi
endotrakeal.23
Fentanyl
Pada penelitian Kautto,
Mereka mendapatkan penggunaan fentanyl 2 μg /kg BB IV dapat
menurunkan respon hemodinamik setelah laringoskopi dan intubasi
endotrakeal.49
Fentanyl
Akan tetapi penggunaan fentanyl dapat menyebabkan berbagai efek
samping seperti :
- Kekakuan otot
- Bradikardia
- Mual dan muntah
- Depresi pernafasan pasca operasi pun dapat terjadi dalam prosedur
bedah durasi pendek.25
Remifentanil
• Adalah agonis opioid μ selektif dengan analgesik potensi yang mirip
dan menurut beberapa sumber 2 kali lebih poten dibandingkan
dengan fentanil (15 - 20 kali lebih kuat dari alfentanil)
• Waktu keseimbangan otak-otak (effect-site equilibration) mirip
dengan alfentanil.26,27,28
• Meskipun secara kimiawi berhubungan dengan golongan fentanyl dari
turunan fenilpiperidin kerja pendek, remifentanil secara struktural
unik karena ikatan esternya.
• Struktur ester Remifentanil membuatnya rentan terhadap hidrolisis
oleh plasma nonspesifik dan esterase jaringan untuk metabolit tidak
aktif.
Remifentanil
Jalur metabolisme yang unik mengarah pada :
- Aksi cepat
- Efek tepat
- Cepat dapat dititrasi karena onset dan offset yang cepat
- Kurangnya akumulasi
- Pemulihan yang cepat setelah penghentian administrasi.
Remifentanil
• Penggunaan klinis remifentanil mencerminkan farmakokinetik unik
dari obat ini, yang memungkinkan untuk mempertahankan
konsentrasi yang memadai untuk menekan respons stres, dan
pemulihan cepat.
• Dalam kasus di mana efek analgesik besar diinginkan sementara,
remifentanil mungkin berguna.
• Onset yang cepat dan durasi tindakan yang singkat menjadikan
remifentanil pilihan yang berguna untuk menekan respons sistem
saraf simpatis transien terhadap laringoskopi langsung dan intubasi
trakea pada pasien berisiko.29
Remifentanil
• Pada penelitian yang dilakukan Bouvet, dkk, pemberian remifentanil
4μg/kg BB IV sebagai premedikasi untuk menurunkan perubahan
hemodinamik setelah laringoskopi yang dikaitkan dengan maksimum
penurunan denyut jantung dan t
• Tekanan arteri rata-rata <30%, sebuah temuan yang juga berlaku
untuk kelompok lain.
• Intubasi trakea dicoba 190 detik setelah awal induksi.30
1.2 Rumusan masalah

Bagaimana efektivitas remifentanil 4 μg/kg BB IV dibandingkan


fentanyl 2 μg/kg BB IV sebagai premedikasi untuk menurunkan
perubahan respon hemodinamik setelah intubasi endotrakeal
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
• Mengetahui efektivitas remifentanil 4μg/kg BB IV dibandingkan
fentanyl 2 μg/kg BB IV sebagai premedikasi untuk menurunkan
perubahan respon hemodinamik setelah dan intubasi endotrakeal
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perubahan nadi setelah intubasi endotrakeal pada pasien yang
dilakukan premedikasinremifentanil 4μg/kg BB IV dibandingkan fentanyl 2
μg/kg BB IV sebelumnya.
2. Mengetahui perubahan tekanan sistolik setelah intubasi endotrakeal pada
pasien yang dilakukan premedikasi remifentanil 4μg/kg BB IV dibandingkan
fentanyl 2 μg/kg BB IV sebelumnya.
3. Mengetahui perubahan tekanan diastolik setelah intubasi endotrakeal pada
pasien yang dilakukan premedikasi remifentanil 4μg/kg BB IV dibandingkan
fentanyl 2 μg/kg BB IV sebelumnya.
4. Mengetahui perubahan tekanan arteri rerata setelah intubasi endotrakeal
pada pasien yang dilakukan premedikasi remifentanil 4μg/kg BB IV
dibandingkan fentanyl 2 μg/kg BB IV sebelumnya.
5. Menganalisis perubahan nadi, tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan
arteri rerata setelah intubasi endotrakeal pada pasien yang dilakukan
premedikasi remifentanil 4μg/kg BB IV dibandingkan fentanyl 2 μg/kg BB IV
sebelumnya.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Aplikasi klinis
Apabila terdapat perbedaan yang bermakna antara efektivitas
penggunaan remifentanyl 4μg/kg BB IV dibandingkan fentanyl 2 μg/kg
BB IV sebagai premedikasi untuk menurunkan perubahan respon
hemodinamik setelah intubasi endotrakeal, maka diharapkan metode
premedikasi untuk menurunkan perubahan respon hemodinamik
setelah laringoskopi dan intubasi endotrakeal dapat diterapkan di RSUP
Dr Kariadi Semarang.
1.4.2 Pengembangan ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
tentang metode premedikasi untuk menurunkan perubahan respon
hemodinamik setelah laringoskopi dan intubasi endotrakeal.

1.4.3 Dasar Penilitian selanjutnya


Sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan fentanyl 2
μg/kg BB IV dibandingkan remifentanil 4 μg/kg BB IV sebagai
premedikasi untuk menurunkan perubahan respon hemodinamik
setelah laringoskopi dan intubasi endotrakeal.
1.5 Keaslian Penelitian
No
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil

1. L. Bouvet, A. Stoian Optimal remifentanil dosage for Remifentanil 1-5 μg/kg BB Remifentanil 4 μg/kg BB IV
et all provoiding excellent intubating merupakan dosis optimal dalam
condition when co-adminstered intubasi dengan propofol
with a single dose of propofol

2. T. Mencke, R. Intubating conditions and side Remifentanil 0.3μg/kg BB , Remifentanil 0.3 μg/kg BB dengan
Maria, et all effect of propofol, remifentanil sevoflurane 1 MAC, rocurinium 0.45mg/kg lebih
dan sevoflurane compared with Rocuronium 0.45mg/kg efeketif dalam inbutasi endotrakeal
propofol, remifentanil and
rocuronium
3. Vijayalakshmi B. Attenuation of Hemodynamic Single 2 µg/kg IV bolus of Fentanyl dikombinasikan dengan
nitrogliserin tidak melemahkan
Channaiah, et all Response to Laryngoscopy and fentanyl, two puffs of respons pressor hemodinamik lebih
Endotracheal Intubation with Pre dari single fentanyl .
nitroglycerin sub lingual spray
Induction IV Fentanyl Versus
(400 µg/spray)
Combination of IV Fentanyl and Sub
Lingual Nitroglycerin Spray

Anda mungkin juga menyukai