Anda di halaman 1dari 10

BAB II

ZAKAT DAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF


HUKUM ISLAM

Disusun oleh
 Yunita Andriani Putri
 Tri Aziah Suci Ningrum
 Sintya

Dosen Pembimbing : Aimi S.Pdi., M.Pd.i

Politeknik Negeri Sriwijaya


DIII- Teknik Kimia 2019/2020
A.Pengertian Zakat dan Pajak
• Zakat menurut bahasa adalah suci dan subur. Zakat menurut istilah syara’ ialah kadar
harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa
syarat. Zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran.
Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau belum, berakal atau
gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah memenuhi batas nisabnya.
Adapun perbedaan antara pajak dan zakat ini diantaranya:

Pertama, zakat merupakan manifestasi ketaatan ummat terhadap


perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW sedangkan pajak merupakan ketaatan seorang
warganegara kepada ulil amrinya (pemimpinnya).
Kedua, zakat telah ditentukan kadarnya di dalam Al Qur’an dan Hadits, sedangkan
pajak dibentuk oleh hukum negara.
Ketiga, zakat hanya dikeluarkan oleh kaum muslimin sedangkan pajak dikeluarkan
oleh setiap warganegara tanpa memandang apa agama dan keyakinannya.
Keempat, zakat berlaku bagi setiap muslim yang telah mencapai nishab tanpa
memandang di negara mana ia tinggal, sedangkan pajak hanya berlaku dalam batas
garis teritorial suatu negara saja.
Kelima, zakat adalah suatu ibadah yang wajib di dahului oleh niat sedangkan pajak
tidak memakai niat. Dan sesungguhnya masih banyak lagi hal-hal yang membedakan
antara zakat dan pajak.
Kewajiban Membayar Zakat dan Pajak

1.Landasan Kewajiban Membayar Zakat


Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan
Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan dan
zakat Fitrah.
Landasan kewajiban membayar zakat diantaranya:

(AL QUR'AN)
Surat Al-Baqaraah ayat 43: Artinya: "Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan
ruku'lah bersama dengan orang-orang yang ruku'".
Surat At-Taubah ayat 103: Artinya: "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan do'akanlah mereka
karena sesungguhnya do'amu dapat memberikan ketenangan bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Surat Al An'aam ayat 141: Artinya: "Makanlah buahnya jika telah berbuah dan
tunaikan haknya (kewajibannya) dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan
zakatnya)".
(AS-SUNNAH)
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abdullah
bin Umar: Artinya: "Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat tiada Tuhan kecuali
Allah dan Muhammad saw utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat,
menunaikan haji dan puasa Ramadhan".
Hadist diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali ra: Artinya: "Sesungguhnya Allah
mewajibkan (zakat) atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta mereka dengan
batas sesuai kecukupan fuqoro diantara mereka. Orang-orang fakir tidak akan
kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali
karena ulah orang-orang kaya diantar mereka. Ingatlah bahwa Allah akan menghisab
mereka dengan keras dan mengadzab mereka dengan pedih".
2.Landasan Kewajiban Membayar Pajak
Dasar membayar pajak itu hukumnya adalah wajib, berdasarkan kepada ayat
Al-Qur’an Surat At-Taubah : 29. "Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka
tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (Agama Allah), yaitu orang-orang
yang diberi Al-kitab kepada mereka, sampai mereka membayar "Jizyah"
dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk."
Pembebanan kewajiban membayar pajak hanyalah terhadap kaum laki-laki
dan kaum Hawa yang normal, sedangkan orang yang tidak mampu,
dibebaskan dari kewajiban tersebut. Pembebanannya pun disesuaikan
dengan status sosial dan kondisi keuangannya.
C.Pendapat para ulama tentang kewajiban membayar Zakat
dan Pajak

Pajak yang diakui dalam sejarah fiqh Islam dan sistem yang dibenarkan
harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

1. Benar–benar harta itu dibutuhkan dan tak ada sumber lain.


Pajak itu boleh dipungut apabila negara memang benar – benar
membutuhkan dana, sedangkan sumber lain tidak diperoleh. Demikianlah
pendapat Syeikh Muhammad Yusuf Qardhawy.
2. Pemungutan Pajak yang Adil.

Apabila pajak itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber lain
yang memadai, maka pengutipan pajak, bukan saja boleh, tapi wajib
dengan syarat. Tetapi harus dicatat, pembebanan itu harus adil dan
tidak memberatkan. Jangan sampai menimbulkan keluhan dari
masyrakat. Keadilan dalam pemungutan pajak didasarkan kepada
pertimbangan ekonomi, sosial dan kebutuhan yang diperlukan rakyat
dan pembangunan.
3. Pajak hendaknya dipergunakan untuk membiayai kepentingan umat,
bukan untuk maksiat dan hawa nafsu.
4. Persetujuan para ahli/cendikiawan yang berakhlak.
Kepala negara, wakilnya, gubernur atau pemerintah daerah tidak boleh
bertindak sendiri untuk mewajibkan pajak, menentukan besarnya,
kecuali setelah dimusyawarahkan dan mendapat persetujuan dari para
ahli dan cendikiawan dalam masyarakat. Sedangkan mengenai
pembayaran zakat, para ulama telah sepakat akan kewajiban zakat dan
bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.

Anda mungkin juga menyukai