Anda di halaman 1dari 22

Modul

Analisis Sistem Tenaga Listrik


Oleh:
Al Imran, S.T., M.T.

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik


Universitas Negeri Makassar
2008
I. KONSEP DASAR
Tujuan Bab ini :

 Mengulangi beberapa pegertian dasar dari rangkaian


listrik bolak-balik
 Mempelajari cara menyatakan nilai tegangan, arus,
impedansi, dan daya dalam satuan Per Unit (pu)
1.1. Pendahuluan
• Suatu tegangan atau arus sinusoidal ditentukan oleh 2
parameter : Nilai Maksimum dan sudut fase.
• Untuk tegangan, suatu tegangan sesaat:

v(t )  Vmax cos( wt   )


• Nilai Maksimum = Vmaks dan Sudut fase = δ dengan
referensi cos wt.

• Nilai efektif atau nilai rms (root mean square) =


Vmaks
V
2
 Bentuk Fasor nilai rms dari tegangan :

V  V : Bentuk polar


V  Ve j : Bentuk Eksponensi al
V  V cos   jV sin  : Bentuk Rektangula r

 Contoh :
v  141,4 cos( wt  300 )
dan
i  7.07 cos wt
Nilai efektifnya :
141,4 7,07
V  100 volt dan I  5A
2 2
 Bentuk Fasor dari nilai efektif adalah :

V  10030  86,6  j50 volt


0

I  50  5  j 0 ampere
0

• Diagram Fasornya :
j V sin δ

V cos δ
1.2. Notasi Subskrip Tunggal
 Simpul-Simpul (nodes) dapat ditandai dengan huruf-
huruf, dan tegangan pada simpul dapat ditulis dengan
menggunakan huruf-huruf tersebut sebagai subskrip
tunggal, yang menyatakan tegangan simpul tersebut
terhadap referensi.

Gambar 2
 Contoh tegangan sesaat va dan tegangan fasor Va
menyatakan tegangan simpul a terhadap simpul
referensi o.
 Demikian juga vb dan Vb pada simpul b.

 Jadi :
va = vt vb = vL
Va = Vt Vb = V L

Vt  VL
IL 
ZA
Vt  E g  I L Z g
1.3. Notasi Subskrip Ganda
 Pada penulisan arus, subskrip ganda menyatakan arah
arus.
 Pada Gambar 2, arus sesaat iL positif jika arus tersebut
benar-benar mengalir dari a ke b.
 Dalam notasi subskrip ganda, arus ini dinyatakan dengan
iab. Arus iab = - iba.

 Pada penulisan tegangan, huruf pada subskrip pertama


menyatakan tegangan titik tersebut terhadap titik yang
dinyatakan oleh subskrip kedua.
 Contoh, pada Gambar 2 tegangan sesaat vab adalah
tegangan pada titik a terhadap titik b, dan bahwa vab
positif selama setengah perioda ketika a berada pada
potensial yang lebih tinggi dari b.
 Tegangan fasornya adalah Vab dan
Vab = Iab ZA
1.4. Daya pada Rangkaian AC Satu Fase
 Daya (dalam watt) yang diserap oleh suatu beban pada
setiap saat sama dengan jatuh tegangan (voltege drop)
pada beban tersebut (dalam volt) dikali dengan arus
yang mengalir melewati beban (dalam ampere).

 Misalkan terminal-terminal beban dinyatakan oleh


titik-titik a dan n, dan jika tegangan dan arus
dinyatakan dengan
van = Vmaks cos t dan ian = Imaks cos (t-)
maka daya sesaat adalah:
p = van ian = Vmaks Imaks cos t cos (t-)
KUANTITAS PER UNIT
 Besaran –besaran listrik seperti :
 Daya (kW, MW, kVA, MVA)
 Tegangan (V, kV)
 Arus (A, kA)
 Impedansi (Ω)
Sering dinyatakan dalam satuan Per Unit (pu) atau satuan
persentase (%) menggantikan satuan-satuan di atas untuk
memudahkan perhitungan dalam sistem tenaga.

Nilai Sebenarnya
Nilai pu 
Nilai Dasar
 Contoh :
Jika sebagai tegangan dasar dipilih 120 kV, maka tegangan-
tegangan 108 kV, 120 kV, dan 126 kV berturut-turut akan
menjadi 0,90 pu; 1,00 pu; dan 1,05 pu atau 90%, 100%, dan
105%.
KUANTITAS PER UNIT
 Tegangan, arus, impedansi, dan daya mempunyai
hubungan sedemikian rupa sehingga pemilihan nilai
dasar untuk dua saja dari besaran tersebut dengan
sendirinya sudah menentukan nilai dasar dari
besaran-besaran lainnya.
 Jika nilai dasar tegangan dan daya sudah dipilih, maka
nilai dasar impedansi dan arus dapat ditentukan.
 Impedansi dasar adalah impedansi yang akan
menimbulkan jatuh tegangan (voltage drop) pada
dirinya sendiri sebesar tegangan dasar jika dialiri arus
sebesar arus dasar.
Kuantitas PU Pada Sistem 1 Fase
 Jika nilai daya dasar dan tegangan dasar telah
ditentukan, arus dasar dan impedansi dasar dicari
dengan persamaan :
Daya Dasar (kVA 1 )
Arus Dasar (A) 
Tegangan Dasar (kVLN )
Tegangan Dasar (VLN )
Impedansi Dasar () 
Arus Dasar (A)
atau :

Impedansi Dasar () 


Tegangan Dasar (kVLN )
2

Daya Dasar (MVA 1 )


Kuantitas PU Pada Sistem 1 Fase
Daya Dasar (MW1 )  Daya Dasar (MVA 1 )

Impedansi dari suatu elemen rangkaian (pu)


Impedansi Sebenarnya ()

Impedansi Dasar ()
Kuantitas PU Pada Sistem 3 Fase
Daya Dasar (kVA 3 )
Arus Dasar (A) 
3 x Tegangan Dasar (kVLL )

Impedansi Dasar () 


Tegangan Dasar (kVLL )
2

Daya Dasar (MVA 3 )

Daya Dasar (MW3 )  Daya Dasar (MVA 3 )

Impedansi dari suatu elemen rangkaian (pu)


Impedansi Sebenarnya ()

Impedansi Dasar ()
Mengubah Dasar Kuantitas PU
2
 Tegangan Dasarlama (kV)   Daya Dasarbaru (MVA) 
Z baru (pu)  Zlama (pu) x   x  
 Tegangan Dasar baru ( kV)   Daya Dasarlama (MVA) 
Contoh 1.
 Misalnya jika pada suatu sistem 3 Ф, ditentukan :
Daya dasar 3Ф = 30.000 kVA
Tegangan dasar LL = 120 kV, maka
30.000
Daya dasar 1   10.000 kVA
3
120
Tegangan dasar LN   69,2 kV.
3
Jika tegangan antar saluran (LL) sebenarnya sebesar 108 kV,
108
tegangan saluran ke netral (LN) adalah  62,3 kV, maka :
3
108 62,3
* Tegangan per unit    0,90 pu.
120 69,2
Contoh 1.
Jika daya total 3 sebesar 18.000 kW
Daya per fase adalah 6.000 kW, dan
18.000 6.000
* Daya per unit    0,60 pu
30.000 10.000
Contoh 2.
 Tegangan terminal dari
sebuah beban terhubung Y
yang terdiri dari 3 impedansi
yang sama besar sebesar
20300 Ohmadalah 4,4 kV antar
saluran. Impedansi pada
masing –masing saluran dari
ketiga saluran yang
menghubungkan beban ke
rel dari sebuah substation
adalah ZL  1,4750  .
Tentukan tegangan antar
saluran pada rel substation.
Contoh 2.
 Penyelesaian :
4400
Besarnya tegangan ke netral pada beban :  2540 V
3
Jika Van , yaitu tega ngan pada beban, dipilih sebagai referensi, maka :
25400 o
Van  25400 V dan I an 
o
 127,0  - 30 o
A
2030 o

Tegangan saluran ke netral pada substation :


Van  I an Z L  25400o  (127,0 - 30o x 1,475o )
 25400 o  177,845o
 2666  j125,7
 26702,70 o V.
dan besarnya tegangan antar saluran pada rel substation adalah
3 x 2,67  4,62 kV.
Contoh 2.
Contoh 2.
 Metode per unit:
Dengan mengambil :
Tegangan dasar, kVLL  4,4 kV atau kVLN  4400 kV.
3
4400
Arus dasar  127 A, maka Impedansi dasar  3  20,0 
127
2030o
Impedansi beban (pu)   1,030 o pu
20,0
1,475o
Impedansi saluran (pu), Z L   0,0775o pu
20,0
Van  1,00o  (1,030 o x 0,0775o )
 1,0495  j0,0495  1,0512,70o pu
VLN  1,051 x 4400  2760 V, atau 2,67 kV
3
VLL  1,051 x 4400  4620 V, atau 4,62 kV.
Contoh 3.
 Sebuah generator mempunyai reaktansi X’’ sama
dengan 0,25 pu dengan dasar 18 kV, 500 MVA seperti
yang tertera pada name plat generator tersebut.
Hitunglah X’’ dengan dasar yang baru, 20 kV dan 100
MVA.
 Penyelesaian:
 18   100 
X ''  0,25 x  x   0,0405 pu
 20   500 
atau dengan mengubah nilai pu lama ke dalam ohm
dan membaginya dengan impedansi dasar yang baru,
2
0,25 x 18
X ''  500  0,0405 pu
20 2
100

Anda mungkin juga menyukai