Peb Yogi
Peb Yogi
-Yogi Rahman-
Caesarean dengan
Preeklampsia Berat dan Dr. Hendrian Widjadja, Sp.OG
multiple kongenital
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Tanggal Lahir : 01 juni 1979
Alamat : lebenteng 05/02, tarub
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 17 Januari 2020
Keluhan Utama Nyeri pada bagian luka bekas operasi dan kaki
bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 17 januari 2020 jam 10.30 WIB, pasien
mengaku datang karena di rujuk dari poliklinik dr. Hendrian SpOG karena tekanan darah yang
tinggi dan kaki pasien bengkak, saat itu kehamilan ke 3, melahirkan 2x semuanya hidup, anak
terkecil umur 11 tahun lahir normal dengan berat badan 3.900 gram panjang badan (-) anc rutin di
praktek dan bidan dan saat ini usia kehamilan memasuki 37 minggu.
Pasien belum merasakan kencang-kencang, gerak janin aktif, riwayat alergi tidak ada, riwayat
penyakit dahulu dan keluarga tidak ada, keadaan umum baik, tekanan darah: 150/80 mmhg, rr:
22x/m, nadi :84x/m, suhu: 36,30 dan diberikan mgs04 20% 1gr/jam, injeksi dexametason 2x2
ampul.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa kebas, pusing tidak ada dan
pandangan jelas, keadaan umum baik, TD:170/90mmhg, rr:22x/m, nadi:91x/m, suhu:36,50 dan
terapi dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20 januari 2020. Pada tanggal 19 januari
2020 pasien merasakan kesemutan pada tangan, pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-
kenceng tidak ada dan gerak janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr: 21x/m, nadi: 89x/m,
suhu: 36,60, hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380, akan dilakukan operasi SC oleh dr.Hendrian SpOG
dan berkolaborasi dengan dr.Soemartono SpAn pada tanggal 20 januari 2020 paisen disuruh
puasa dari jam 00.00.
Pada tanggal 20 Januari 2020 jam 09.30 pasien melahirkan anaknya dengan sectio sesarea bayi
lahir menangis laki-laki dengan berat badan 1.900 gram dan panjang badan 42cm. Saat ini pasien
merasa kaki sulit digerakan dan badan terasa dingin.
Riwayat Penyakit Pasien mengaku tidak memiliki penyakit
hipertensi, kencing manis, asma, alergi penyakit
Dahulu paru, jantung, ginjal dan hati.
Riwayat Penyakit Pasien menyangkal adanya penyakit hipertensi,
kencing manis, penyakit paru, jantung, ginjal
Keluarga dan hati dalam keluarga. Ibu pasien
menyangkal riwayat hipertensi pada kehamilan.
Menarke di usia (-), siklus haid teratur 28 hari,
biasanya berlangung selama 6 hari, jumlah
Riwayat Menstruasi ganti pembalut yaitu 3-4 kali sehari, selalu
disertai nyeri saat haid, HPHT 18-05-2019, HPL
25-02-2020
Riwayat Pernikahan Menikah tahun 2003, merupakan pernikahan
pertama, telah berlangsung selama 16 tahun
Riwayat Kehamilan ANC rutin di praktek dan bidan
Riwayat Obstetri Merupakan kehamilan ke 3, melahirkan anak
pertama dan kedua normal
Riwayat Ginekologi Riwayat penyakit pada saluran reproduksi dan
pengobatannya disangkal.
Riwayat Kontrasepsi Riwayat penggunaan alat kontrasepsi suntik 3
bulan
Riwayat Pengobatan Pasien biasa mengkonsumsi vitamin
Makan 3-4 kali sehari, nafsu makan baik. Menu
makanan bervariasi, sesekali makan sayur,
Riwayat Kebiasaan daging, dan disertai dengan makan buah.
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, tidak
merokok, dan jarang berolahraga.
Riwayat Sosial Pasien merupakan ibu rumah tangga. Sumber
penghasilan didapatkan dari suami, suami
Ekonomi bekerja bedagang. Pasien menggunakan
Asuransi BPJS
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Kesadaran: compos mentis Kesan
Umum sakit: tampak sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan darah: 160/100 mmHg Nadi:
89x/menit
Pernapasan: 22x/menit Suhu:
36,7oC
Antropometri
Berat badan:63 kg Tinggi badan: 148cm (Berat
badan sebelum hamil: 51kg)
Kepala Normosefali, tidak terdapat jejas
Mata: pupil isokor, reflex pupil +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga: deformitas (-), hiperemis (-), edema (-),
serumen (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-)
Hidung: deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-
), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan: Uvula di tengah, arkus faring simetris,
T1/T1, hiperemis (-), post nasal drip (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa kering (-), karies (-), gusi
berdarah (-), lidah kotor (-), bercak kemerahan pada
mukosa (-), strawberry tounge (-)
Leher Tidak terdapat pembesaran KGB,
pembesaran tiroid, dan tidak ada
peningkatan JVP
Toraks Paru-paru:
Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris,
pemakaian otot bantu pernafasan (-), retraksi
intercostal (-), sela iga melebar (-
), kelainan kulit (-), tipe pernapasan torako-
abdominal Palpasi: gerak dinding simetris, nyeri
tekan (-), benjolan (-), vocal fremitus tidak melemah
atau meningkat di kedua lapang paru.
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru. Batas paru
hepar dan paru lambung dalam batas normal.
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/- mengi
-/-
Jantung:
Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung
dalam batas normal
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-
)
Abdomen
Terba supel, tinggi fundus uteri 2 jari diatas pusat,
nyeri pada sekitar luka bekas operasi
Genitalia Inspeksi : tidak ada rembes air ketuban, tidak ada lendir
darah
Ekstremitas Bawah:
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT < 2 detik,
akral hangat (+/+), edema (+/+), ptekie (-), jejas (-/-),
papul (-) vesikel (-), reflex patella (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 21/12/2019
JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
HASIL SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 13,9 ribu/uL 4,4 – 11,3
Eritrosit 4.37 juta/uL 4,1 – 5,1
Hemoglobin 12,5 g/dL 11,2 – 15,7
Hematokrit 37 % 37 - 47
Trombosit 411 ribu/uL 150 – 521
MCV 85,4 fL 80 – 96
MCH 28,6 Pg 28 – 33
MCHC 33,5 g/dL 33 – 36
RDW 14,4 % 11,5 – 14,5
KIMIA KLINIK
GDS 91 mg/dl 82 - 115
SGOT 16,2 U/L <34 u/l
SGPT 12,4 U/L <34 u/l
Ureum 11,2 mg/dl 15.0-40
Kreatinin 0,70 mg/dl 0.60-1.10
SERO IMUNOLOGI
HIV 3 TEST
HIV (Rapid test) ONCOPROBE Non reaktif Non reaktif
HBsAg Negatif Negatif
Pemeriksaan Penunjang
URIN
Urinalisis Laboratorium
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Agak keruh Jernih
Kimia Urin
pH 7,0 6.0 – 9.0
Protein (3+) Negative
Reduksi Negative Negative
Mikroskopis (Sedimen)
Leukosit 4-5 /lpb +1/<4, +2/5-9,
+3/10-29, +4/
Eritrosit 8-10 /lpb +1/<4, +2/5-9,
+3/10-29, +4/
Epitel POS (2+) +1/<4, +2/5-9,
+3/10-29, +4
Silinder Negative
Bakteri POS (+1) Negative
Kristal + (AMORF)
Jamur Negative Negative
Pemeriksaan Penunjang
Khusus
HEMATOLOGI
Leukosit 13,1 ribu/uL 4,4 – 11,3
Eritrosit 4.06 juta/uL 4,1 – 5,1
Hemoglobin 12,1 g/dL 11,2 – 15,7
Hematokrit 34 % 37 - 47
Trombosit 102 ribu/uL 150 – 521
MCV 84,2 fL 80 – 96
MCH 29,8 Pg 28 – 33
MCHC 35,4 g/dL 33 – 36
RDW 15,0 % 11,5 – 14,5
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 17 januari 2020 jam 10.30
WIB, pasien mengaku datang karena di rujuk dari poliklinik dr. Hendrian SpOG
karena tekanan darah yang tinggi dan kaki pasien bengkak, saat itu kehamilan ke
3, melahirkan 2x semuanya hidup, anak terkecil umur 11 tahun lahir normal
dengan berat badan 3.900 gram panjang badan (-) anc rutin di praktek dan
bidan dan saat ini usia kehamilan memasuki 37 minggu.
Pasien belum merasakan kencang-kencang, gerak janin aktif, riwayat alergi tidak
ada, riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada, keadaan umum baik,
tekanan darah: 150/80 mmhg, rr: 22x/m, nadi :84x/m, suhu: 36,30 dan diberikan
mgs04 20% 1gr/jam, injeksi dexametason 2x2 ampul.
Resume
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa kebas, pusing tidak
ada dan pandangan jelas, keadaan umum baik, TD:170/90mmhg, rr:22x/m,
nadi:91x/m, suhu:36,50 dan terapi dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20
januari 2020. Pada tanggal 19 januari 2020 pasien merasakan kesemutan pada
tangan, pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-kenceng tidak ada dan gerak
janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr: 21x/m, nadi: 89x/m, suhu: 36,60,
hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380, akan dilakukan operasi SC oleh dr.Hendrian SpOG
dan berkolaborasi dengan dr.Soemartono SpAn pada tanggal 20 januari 2020 paisen
disuruh puasa dari jam 00.00.
Pada tanggal 20 januari 2020 jam 09.30 pasien melahirkan anaknya dengan sectio
sesarea bayi lahir menangis laki-laki dengan berat badan 1.900 gram dan panjang
badan 42cm. Saat ini pasien merasa kaki sulit digerakan dan badan terasa dingin.
A. DIAGNOSIS
P3A0 Post Sectio Caesarean dengan Preeklampsia Berat dan kelainan
kongenital
B. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
IVFD RL
Injeksi MgSO4 20% 4 gram 15 menit pertama dilanjutkan 1 gram/jam
Injeksi Dexamethasone 2mg 2/12jam IV
amlodipin tablet 10mg 1x1
injeksi furosemid 2x1
Nonmedikamensa
Observasi keadaan umum dan tanda vital, DJJ, HIS
Persalinan section sesarea
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Prognosis Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
Follow Up
S O A P
20/12 Nyeri luka operasi, belum BAB, KU : baik, CM P3A0 dengan PEB injeksi cefotaxime 1gr
/2019 tidak ada mual, muntah, TD : 160/100 mmHg N: 89x/mnt dan multiple 2x1
08.00 pandangan jelas. ASI keluar R:22x/mnt S:36,7oC kongenital injeksi dexamethasone
sedikit. Kaki tangan oudem Abdomen : TFU 2 jari diatas puser, 3x1ampul
21/12 Nyeri luka operasi, sudah KU : baik, CM P3A0 dengan injeksi furosemid 1
/2019 BAB, tidak ada mual, TD : 160/100 mmHg N: 85x/mnt PEB dan multiple ampul 2x1IV
08.00 muntah, pandangan jelas. R:23x/mnt S:36,3oC kongenital KSR tablet 2x1 oral
ASI keluar sedikit. Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi HCT tab 1x1
uterus keras
Genitalia : perdarahan pervaginam ± 10 cc
Preeklampsia ialah suatu sindrom spesifik pada
kehamilan yang terjadi setelah usia kehamilan
Pre eklamsia 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan tekanan darah (140/90 mmHg)
yang disertai oleh proteinuria.
Epidemiologi
• Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi dalam
kehamilan masih merupakan salah satu dari limapenyebab utama
kematian ibu di dunia, yaitu berkisar 12%.
• Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit
kepala hebat.
• Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema
atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan,
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC
seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien buta.
•Kenaikan kadar kreatinin plasma. Gangguan visus dan serebral: penunrnan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur.
•Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
•Hemolisis mikroangiopatik.
•Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mml arau penunlnan trombosit dengan cepat.
Pemantauan laboratorium harus dilakukan beberapa kali sehari dalam 72 jam pertama
setelah melahirkan dan setelah itu diadaptasi sesuai dengan perkembangan indeks. Ini
harus mencakup hitung darah lengkap, tes fungsi hati, dan pengukuran laktat
dehidrogenase. Pemulangan dari rumah sakit tidak dapat dipertimbangkan sampai
semua indeks klinis dan laboratorium telah kembali normal, dan pemantauan rutin
oleh dokter umum pasien diperlukan jika pengobatan untuk hipertensi akan
dilanjutkan setelah dipulangkan
Pencegahan Non Medical
Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat.
Cara yang paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Di Indonesia tirah
baring masih diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
preeklampsia meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya
preeklampsia dan men- cegah persalinan preterm. Hendaknya diet ditambah
suplemen yang mengandung
(a) minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3
PUFA,
Pada pemeriksaan fisik didapat pasien belum merasakan kencang-kencang, gerak janin aktif,
riwayat alergi tidak ada, riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada, keadaan umum baik,
tekanan darah: 150/80 mmhg, rr: 22x/m, nadi :84x/m, suhu: 36,30 dan diberikan mgs04 20%
1gr/jam, injeksi dexametason 2x2 ampul. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
proteinuria +3. Berdasarkan semua pemeriksaan yang telah dilakukan ditegakan diagnosis
preeklampsia berat pada pasien karena kondisi pasien memenuhi kriteria yaitu peningkatan
tekanan darah disertai proteinuria. Berdasarkan onsetnya preeklampsia dibagi menjadi early
onset preeclampsia yang terjadinya dibawah 34 minggu dan late-onset preeclampsia bila
muncul diatas 34 minggu. Pasien ini termasuk late-onset preeclampsia karena usia kehamilan
pasien telah memasuki 37 minggu, berdasarkan kejadianya late-onset preeclampsia memang
lebih sering dibandingkan early onset preeclampsia.
Pembahasan
Setelah ditegakan diagnosis bahwa pasien ini adalah pasien preeklampsia
berat artinya pasien harus di observasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa monitoring cairan penting pada pasien preeklampsia, input cairan
pasien terpasang juga IVFD RL, diberikan MgSO4 20% 1gr/jam IV,
dexametason inj 2mg 2x12 jam iv, furosemid inj 2x1 iv dan pasien juga
dipasang foley catether untuk memantau keluaran urinya, karena pada
pasien preeklampsia dapat terjadi oliguria (urin <30cc/jam dalam 2-3 jam
atau <500cc/24 jam). Pada pasien tidak ditemukan oliguria dimana keluaran
urin >500cc/24jam.. Tatalaksana preeklampsia preeklampsia adalah
berdasarkan usia kehamilan dan keparahan preeklampsia.
Pembahasan
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa
kebas, pusing tidak ada dan pandangan jelas, keadaan umum baik,
TD:170/90mmhg, rr:22x/m, nadi:91x/m, suhu:36,50 dan terapi
dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20 januari 2020.
Pada tanggal 19 januari 2020 pasien merasakan kesemutan pada
tangan, pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-kenceng tidak
ada dan gerak janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr:
21x/m, nadi: 89x/m, suhu: 36,60, hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380,
akan dilakukan operasi SC oleh dr.Hendrian SpOG dan
berkolaborasi dengan dr.Soemartono SpAn pada tanggal 20
januari 2020 paisen disuruh puasa dari jam 00.00.
Pembahasan
Pada tanggal 20 januari 2020 jam 09.30 dengan kehamilan
diusia 37 minggu pasien melahirkan anaknya dengan sectio
sesarea bayi lahir menangis laki-laki dengan berat badan
1.900 gram dan panjang badan 42cm. Saat ini pasien merasa
kaki sulit digerakan dan badan terasa dingin. Pasien masih
terpasang IVFD RL, diberikan metrenidazol 500mg 3x1 IV,
dexketoprofen 300mg 3x1 IV, furosemid 1 ampul inj 2x1 IV,
KSR tab 2x1 oral, HCT 1x1, amlodipine 10mg tab 1x1 tab.
Pembahasan
Setelah persalinan pasien hanya mengeluhkan masih terasa lemas, nyeri pada luka
operasi, serta kaki yang masih sedikit bengkak, namun sudah lebih mengecil
dibandingkan bengkak kaki nya selama hamil, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya edema memang salah satu tanda preeklampsia. Pada wanita hamil
yang mengalami preeklampsia berat, volume ekstraseluler akan meningkat
sehingga akan menjadi edema yang lebih berat daripada wanita hamil yang
normal. Mekanisme terjadinya retensi air disebabkan terjadinya endothelial injury.
Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan
oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema
nondependen yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua lengan, atau
tungkai yang membesar. Pasien diberikan antibiotik sebagai pencegahan akan
infeksi setelah operasi.
Pembahasan
Pada tanggal 21 januari 2020 jam 09.30 pasien mengeluh nyeri dibekas luka,
keadaan umu baik, TD: 150/110 mmhg, suhu :36,90, rr:24x/m, nadi: 95x/m, TFU
setinggi puser, kontraksi uterus keras, PPV: 5cc, terapi yang diberikan furosemid inj
2x1, KSR 2x1, HCT 1x1 oral.
Pada tanggal 22 januari 2020 pasien tidak ada keluhan, keadaan umum baik, TD:
140/90, suhu :36,10, rr: 21x/m, nadi: 82x/m pasien sudah diperbolehkan pulang
dan diberikan terapi untuk dirumah yang harus digunakan amlodipine 1x10mg,
candesartan 1x8mg, emibion, asamnefenamat, cefadroxsil dan methylergometrin
Pembahasan
Saat ini pasien memiliki riwayat section sesarea, dimana wanita dengan riwayat section
sesarea memiliki risiko lebih tinggi mengalami rupture uterus pada persalinan
berikutnya. Terdapat peningkatan risiko rupture uterus tiga kali lipat pada wanita
dengan interval antar kehamilan kurang dari 6 bulan dibandingakan dengan yang 6
bulan atau lebih. Namun, interval antarkehamilan 6-18 bulan tidak meningkatkan risiko
rupture uterus atau morbiditas maternal secara bermakna.
Maka dari itu pada pasien ini harus dilakukan perencanaan untuk kehamilan
berikutnya, disarankan pada pasien untuk menggunakan kontrasepsi agar mencegah
terjadinya kehamilan sebelum 6 bulan. pada kasus ini pasien P3A0 dengan riwayat
section sesarea dan pasien sudah tidak ingin mempunyai keturunan lagi. Pilihan
kontrasepsi untuk pasien antara lain non hormonal seperti alat kontrasepsi dalam
Rahim (AKDR)/IUD, dan kontrsepsi hormonal dapat suntikan, pil, ataupun implant dan
pasien memilih (AKDR/IUD).
Terimakasih