Anda di halaman 1dari 72

P3A0 Post Sectio

-Yogi Rahman-
Caesarean dengan
Preeklampsia Berat dan Dr. Hendrian Widjadja, Sp.OG
multiple kongenital
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Tanggal Lahir : 01 juni 1979
Alamat : lebenteng 05/02, tarub
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 17 Januari 2020
Keluhan Utama Nyeri pada bagian luka bekas operasi dan kaki
bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 17 januari 2020 jam 10.30 WIB, pasien
mengaku datang karena di rujuk dari poliklinik dr. Hendrian SpOG karena tekanan darah yang
tinggi dan kaki pasien bengkak, saat itu kehamilan ke 3, melahirkan 2x semuanya hidup, anak
terkecil umur 11 tahun lahir normal dengan berat badan 3.900 gram panjang badan (-) anc rutin di
praktek dan bidan dan saat ini usia kehamilan memasuki 37 minggu.

Pasien belum merasakan kencang-kencang, gerak janin aktif, riwayat alergi tidak ada, riwayat
penyakit dahulu dan keluarga tidak ada, keadaan umum baik, tekanan darah: 150/80 mmhg, rr:
22x/m, nadi :84x/m, suhu: 36,30 dan diberikan mgs04 20% 1gr/jam, injeksi dexametason 2x2
ampul.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa kebas, pusing tidak ada dan
pandangan jelas, keadaan umum baik, TD:170/90mmhg, rr:22x/m, nadi:91x/m, suhu:36,50 dan
terapi dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20 januari 2020. Pada tanggal 19 januari
2020 pasien merasakan kesemutan pada tangan, pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-
kenceng tidak ada dan gerak janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr: 21x/m, nadi: 89x/m,
suhu: 36,60, hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380, akan dilakukan operasi SC oleh dr.Hendrian SpOG
dan berkolaborasi dengan dr.Soemartono SpAn pada tanggal 20 januari 2020 paisen disuruh
puasa dari jam 00.00.
Pada tanggal 20 Januari 2020 jam 09.30 pasien melahirkan anaknya dengan sectio sesarea bayi
lahir menangis laki-laki dengan berat badan 1.900 gram dan panjang badan 42cm. Saat ini pasien
merasa kaki sulit digerakan dan badan terasa dingin.
Riwayat Penyakit Pasien mengaku tidak memiliki penyakit
hipertensi, kencing manis, asma, alergi penyakit
Dahulu paru, jantung, ginjal dan hati.
Riwayat Penyakit Pasien menyangkal adanya penyakit hipertensi,
kencing manis, penyakit paru, jantung, ginjal
Keluarga dan hati dalam keluarga. Ibu pasien
menyangkal riwayat hipertensi pada kehamilan.
Menarke di usia (-), siklus haid teratur 28 hari,
biasanya berlangung selama 6 hari, jumlah
Riwayat Menstruasi ganti pembalut yaitu 3-4 kali sehari, selalu
disertai nyeri saat haid, HPHT 18-05-2019, HPL
25-02-2020
Riwayat Pernikahan Menikah tahun 2003, merupakan pernikahan
pertama, telah berlangsung selama 16 tahun
Riwayat Kehamilan ANC rutin di praktek dan bidan
Riwayat Obstetri Merupakan kehamilan ke 3, melahirkan anak
pertama dan kedua normal
Riwayat Ginekologi Riwayat penyakit pada saluran reproduksi dan
pengobatannya disangkal.
Riwayat Kontrasepsi Riwayat penggunaan alat kontrasepsi suntik 3
bulan
Riwayat Pengobatan Pasien biasa mengkonsumsi vitamin
Makan 3-4 kali sehari, nafsu makan baik. Menu
makanan bervariasi, sesekali makan sayur,
Riwayat Kebiasaan daging, dan disertai dengan makan buah.
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, tidak
merokok, dan jarang berolahraga.
Riwayat Sosial Pasien merupakan ibu rumah tangga. Sumber
penghasilan didapatkan dari suami, suami
Ekonomi bekerja bedagang. Pasien menggunakan
Asuransi BPJS
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Kesadaran: compos mentis Kesan
Umum sakit: tampak sakit sedang

Tanda Vital
Tekanan darah: 160/100 mmHg Nadi:
89x/menit
Pernapasan: 22x/menit Suhu:
36,7oC

Antropometri
Berat badan:63 kg Tinggi badan: 148cm (Berat
badan sebelum hamil: 51kg)
Kepala Normosefali, tidak terdapat jejas
Mata: pupil isokor, reflex pupil +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga: deformitas (-), hiperemis (-), edema (-),
serumen (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-)
Hidung: deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-
), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan: Uvula di tengah, arkus faring simetris,
T1/T1, hiperemis (-), post nasal drip (-)
Mulut: sianosis (-), mukosa kering (-), karies (-), gusi
berdarah (-), lidah kotor (-), bercak kemerahan pada
mukosa (-), strawberry tounge (-)
Leher Tidak terdapat pembesaran KGB,
pembesaran tiroid, dan tidak ada
peningkatan JVP
Toraks Paru-paru:
Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris,
pemakaian otot bantu pernafasan (-), retraksi
intercostal (-), sela iga melebar (-
), kelainan kulit (-), tipe pernapasan torako-
abdominal Palpasi: gerak dinding simetris, nyeri
tekan (-), benjolan (-), vocal fremitus tidak melemah
atau meningkat di kedua lapang paru.
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru. Batas paru
hepar dan paru lambung dalam batas normal.
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/- mengi
-/-

Jantung:
Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung
dalam batas normal
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-
)
Abdomen
Terba supel, tinggi fundus uteri 2 jari diatas pusat,
nyeri pada sekitar luka bekas operasi
Genitalia Inspeksi : tidak ada rembes air ketuban, tidak ada lendir
darah

Ekstremitas Ekstremitas Atas:


Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT < 2 detik,
akral hangat +/+, edema +/+, clubbing finger (-),
flapping tremor (-/-), ptekie (-), kuku putih (-/-), papul
(-) vesikel (-)

Ekstremitas Bawah:
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT < 2 detik,
akral hangat (+/+), edema (+/+), ptekie (-), jejas (-/-),
papul (-) vesikel (-), reflex patella (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 21/12/2019
JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
HASIL SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 13,9 ribu/uL 4,4 – 11,3
Eritrosit 4.37 juta/uL 4,1 – 5,1
Hemoglobin 12,5 g/dL 11,2 – 15,7
Hematokrit 37 % 37 - 47
Trombosit 411 ribu/uL 150 – 521
MCV 85,4 fL 80 – 96
MCH 28,6 Pg 28 – 33
MCHC 33,5 g/dL 33 – 36
RDW 14,4 % 11,5 – 14,5
KIMIA KLINIK
GDS 91 mg/dl 82 - 115
SGOT 16,2 U/L <34 u/l
SGPT 12,4 U/L <34 u/l
Ureum 11,2 mg/dl 15.0-40
Kreatinin 0,70 mg/dl 0.60-1.10
SERO IMUNOLOGI
HIV 3 TEST
HIV (Rapid test) ONCOPROBE Non reaktif Non reaktif
HBsAg Negatif Negatif
Pemeriksaan Penunjang
URIN
Urinalisis Laboratorium
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Agak keruh Jernih
Kimia Urin
pH 7,0 6.0 – 9.0
Protein (3+) Negative
Reduksi Negative Negative
Mikroskopis (Sedimen)
Leukosit 4-5 /lpb +1/<4, +2/5-9,
+3/10-29, +4/
Eritrosit 8-10 /lpb +1/<4, +2/5-9,
+3/10-29, +4/
Epitel POS (2+) +1/<4, +2/5-9,
+3/10-29, +4
Silinder Negative
Bakteri POS (+1) Negative
Kristal + (AMORF)
Jamur Negative Negative
Pemeriksaan Penunjang
Khusus

Berat jenis 1,015 1,005 – 1,030

Bilirubin Negative Negative

Urobilinogen Negative Negative

Keton Negative Negative

Nitrit Negative Negative

Eritrosit 2+ (++)/25 Negative


Ery/uL

Leukosit 2+ (++)/75 Negatif


Leu/uL
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23/12/2019 (post SC 2 jam)
JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
HASIL SATUAN

HEMATOLOGI
Leukosit 13,1 ribu/uL 4,4 – 11,3
Eritrosit 4.06 juta/uL 4,1 – 5,1
Hemoglobin 12,1 g/dL 11,2 – 15,7
Hematokrit 34 % 37 - 47
Trombosit 102 ribu/uL 150 – 521
MCV 84,2 fL 80 – 96
MCH 29,8 Pg 28 – 33
MCHC 35,4 g/dL 33 – 36
RDW 15,0 % 11,5 – 14,5
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 17 januari 2020 jam 10.30
WIB, pasien mengaku datang karena di rujuk dari poliklinik dr. Hendrian SpOG
karena tekanan darah yang tinggi dan kaki pasien bengkak, saat itu kehamilan ke
3, melahirkan 2x semuanya hidup, anak terkecil umur 11 tahun lahir normal
dengan berat badan 3.900 gram panjang badan (-) anc rutin di praktek dan
bidan dan saat ini usia kehamilan memasuki 37 minggu.

Pasien belum merasakan kencang-kencang, gerak janin aktif, riwayat alergi tidak
ada, riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada, keadaan umum baik,
tekanan darah: 150/80 mmhg, rr: 22x/m, nadi :84x/m, suhu: 36,30 dan diberikan
mgs04 20% 1gr/jam, injeksi dexametason 2x2 ampul.
Resume
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa kebas, pusing tidak
ada dan pandangan jelas, keadaan umum baik, TD:170/90mmhg, rr:22x/m,
nadi:91x/m, suhu:36,50 dan terapi dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20
januari 2020. Pada tanggal 19 januari 2020 pasien merasakan kesemutan pada
tangan, pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-kenceng tidak ada dan gerak
janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr: 21x/m, nadi: 89x/m, suhu: 36,60,
hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380, akan dilakukan operasi SC oleh dr.Hendrian SpOG
dan berkolaborasi dengan dr.Soemartono SpAn pada tanggal 20 januari 2020 paisen
disuruh puasa dari jam 00.00.

Pada tanggal 20 januari 2020 jam 09.30 pasien melahirkan anaknya dengan sectio
sesarea bayi lahir menangis laki-laki dengan berat badan 1.900 gram dan panjang
badan 42cm. Saat ini pasien merasa kaki sulit digerakan dan badan terasa dingin.
A. DIAGNOSIS
P3A0 Post Sectio Caesarean dengan Preeklampsia Berat dan kelainan
kongenital
B. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
 IVFD RL
 Injeksi MgSO4 20% 4 gram 15 menit pertama dilanjutkan 1 gram/jam
 Injeksi Dexamethasone 2mg 2/12jam IV
 amlodipin tablet 10mg 1x1
 injeksi furosemid 2x1
Nonmedikamensa
 Observasi keadaan umum dan tanda vital, DJJ, HIS
 Persalinan section sesarea
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Prognosis Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
Follow Up

S O A P

20/12 Nyeri luka operasi, belum BAB, KU : baik, CM P3A0 dengan PEB  injeksi cefotaxime 1gr

/2019 tidak ada mual, muntah, TD : 160/100 mmHg N: 89x/mnt dan multiple 2x1

08.00 pandangan jelas. ASI keluar R:22x/mnt S:36,7oC kongenital  injeksi dexamethasone
sedikit. Kaki tangan oudem Abdomen : TFU 2 jari diatas puser, 3x1ampul

kontraksi uterus keras,  injeksi metronidazol

Genitalia : perdarahan pervaginam ± 30 cc 500 mg


 amlodipine 10 mg
tablet 1x1
 KSR tablet 2x1

21/12 Nyeri luka operasi, sudah KU : baik, CM P3A0 dengan  injeksi furosemid 1

/2019 BAB, tidak ada mual, TD : 160/100 mmHg N: 85x/mnt PEB dan multiple ampul 2x1IV

08.00 muntah, pandangan jelas. R:23x/mnt S:36,3oC kongenital  KSR tablet 2x1 oral
ASI keluar sedikit. Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi  HCT tab 1x1

uterus keras
Genitalia : perdarahan pervaginam ± 10 cc
Preeklampsia ialah suatu sindrom spesifik pada
kehamilan yang terjadi setelah usia kehamilan
Pre eklamsia 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan tekanan darah (140/90 mmHg)
yang disertai oleh proteinuria.
Epidemiologi
• Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi dalam
kehamilan masih merupakan salah satu dari limapenyebab utama
kematian ibu di dunia, yaitu berkisar 12%.

• Prevalensi hipertensi dalam kehamilan bervariasi di berbagai


tempat, yakni berkisar 2,6-7,3% dari seluruh kehamilan.

• Di negara-negara berkembang insidensi preeklampsia sekitar 3-


10% dan eklampsia 0,3-0,7% kehamilan.

• Di Indonesia, preeklampsia menempati urutan kedua sebagai


penyebab kematian ibu setelah perdarahan.
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum
diketahui penyebabnya, tetapi ada yang
menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi
pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu
Etiologi yang mempunyai faktor penyabab dari dalam
diri seperti umur karena bertambahnya usia
juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan
hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih
besar untuk menderita hipertensi karena
kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan,
riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia
Faktor Risiko
• Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eclampsia
• Riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35
tahun)
• Riwayat preeklampsia dalam keluarga
• Kehamilan kembar
• Hipertensi kronik
Manifestasi Klinis
• Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di tandai
dengan hipertensi dan oedem.

• Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti


edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi
proteinuria.

• Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit
kepala hebat.

• Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema
atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan,
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC
seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien buta.

• Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema


Patofisiologi
Klasifikasi
Preeklamsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menumnnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis
preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipenensi
disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan
Preeklamsia Berat tekanan darah sistolik ³ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ³ 110 mnHg disertai
proteinuria lebih 5g/24 jam.
Preeklamsia Berat
•Tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110 mmHg.Tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menl'alani tirah baring.

•Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.

•Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

•Kenaikan kadar kreatinin plasma. Gangguan visus dan serebral: penunrnan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur.

•Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)

•Edema pam-paru dan sianosis.

•Hemolisis mikroangiopatik.

•Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mml arau penunlnan trombosit dengan cepat.

•Gangguan fungsi hepar (kerusakanhepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate


aminotransferase

•Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.


Kriteria Diagnosis
Tatalaksana
Tatalaksana anti kejang
Obat antikejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium sulfat
(MgSO+7HzO)7 Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih efektif
dibanding fenitoin; berdasar Cochrane Review terhadap enam uji klinik, yang
melibatkan 897 penderita eclampsia. Magnesium sulfat menghambat atau
menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan
kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif
inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi
dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat
sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada pre-
eklampsia atau eklampsia. Banyak cara pemberian Magnesium sulfat.
Tatalaksana anti kejang
Kegunaan MgSO4 dalam pengurangan komplikasi ibu dan bayi dari eklampsia
sudah diketahui. Ini diberikan secara intravena, pertama dengan dosis
pemuatan 4 g selama 15-20 menit, yang dapat diulangi dengan dosis setengah
(2 g) jika kejang berulang, dan kemudian dengan dosis pemeliharaan 1 g / jam
selama 24 jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose
diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6 jam.Pengobatan MgSO4 harus dipantau di unit
perawatan intensif karena kegagalan organ dapat terjadi. Pemantauan ini
didasarkan pada pemeriksaan berulang untuk skor Glasgow 15, refleks tendon,
frekuensi pernapasan lebih dari 12 per menit, dan diuresis 0,30 mL / jam.
Manifestasi overdosis memerlukan penghentian infus, mempertimbangkan
injeksi kalsium glukonat, dan mengukur kadar magnesium darah
Tatalaksana Antihipertensi
Antihipertensi lini pertama adalah Nifedipin dengan dosis 10 -20
mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam
24 jam. Antihipertensi lini kedua Sodium nitoprusside;0,25 pg
i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 pg i.v./kg/ 5 menit,
Diazohside:30 - 60 mg i.v./5 menit; atau i.v. infus 1O mg/menit/
dititrasi. Nifedipin Dosis awal: 1,0 - 20 mg, diulangi 30 menit bila
perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam
Tatalaksana Post Partum
Pemantauan hemodinamik, neurologis, dan laboratorium diperlukan setelah
melahirkan untuk pasien dengan preeklampsia berat. Pemantauan hemodinamik
mencakup pengukuran tekanan darah yang sering untuk memungkinkan penyesuaian
pengobatan anti-hipertensi dan pemantauan sering diuresis dan berat sesuai asupan
(oliguria harus mendorong progresif resusitasi cairan dan terkadang penggunaan
diuretik). Pemantauan neurologis terdiri dari memeriksa tanda-tanda eklampsia yang
akan segera terjadi, termasuk sakit kepala, sinyal fosfen, tinitus, dan refleks tendon
cepat. Pemantauan klinis harus dilakukan beberapa kali sehari selama seminggu
setelah melahirkan, periode yang dianggap berisiko tinggi untuk komplikasi.

Pemantauan laboratorium harus dilakukan beberapa kali sehari dalam 72 jam pertama
setelah melahirkan dan setelah itu diadaptasi sesuai dengan perkembangan indeks. Ini
harus mencakup hitung darah lengkap, tes fungsi hati, dan pengukuran laktat
dehidrogenase. Pemulangan dari rumah sakit tidak dapat dipertimbangkan sampai
semua indeks klinis dan laboratorium telah kembali normal, dan pemantauan rutin
oleh dokter umum pasien diperlukan jika pengobatan untuk hipertensi akan
dilanjutkan setelah dipulangkan
Pencegahan Non Medical
Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat.
Cara yang paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Di Indonesia tirah
baring masih diperlukan pada mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
preeklampsia meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah terjadinya
preeklampsia dan men- cegah persalinan preterm. Hendaknya diet ditambah
suplemen yang mengandung

(a) minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3
PUFA,

(b) (b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, B-karoten, CoQro, N-Asetilsistein, asam


lipoik,

(c) (c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalsium


Pencegahan Medikal
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat meskipun belum ada
bukti yang kuat dan sahih. Pemberian diuretik tidak terbukti mencegah
tejadinya preeklampsia bahkan memperberat hipovolemia. Antihipertens tidak
terbukti mencegah terjadinya preeklampsia. Pemberian kalsium: 1.500 - 2.000
mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya
preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan zinc 2OO mg/hari, mag- nesium
365 mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia
ialah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole.
Dapat juga diberikan obat-obat antioksidan, misalnya vitamin C, vitamin E, B-
karoten, CoQro, N- Asetilsistein, asam lipoik.
Hidrosefalus
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan
chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebro spinal
(CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel
otak. Dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu
atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak
seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS.
Berdasarkan data dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia,
Epidemiologi pada tahun 2012, sebanyak 20 bayi
yang baru lahir menderita
Hidrosefalus hidrosefalus dari setiap 10.000
kelahiran di Indonesia.
Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis
Etiologi Hidrosefalus besar dapat dibagi menjadi dua,yaitu penyebab
prenatal dan postnatal.
Penyebab Prenatal
Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini sejak lahir atau segera setelah
lahir. Beberapapenyebabnya terutama adalah stenosis akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy
Walker, Holopresencephaly, Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari.Selain itu,
terdapatjuga jenis malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi in-
utero, lesi destruktif dan faktor genetic. akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker,
Holopresencephaly, Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari.Selain itu, terdapatjuga
jenis malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi in-utero, lesi
destruktif dan faktor genetic vermis serebelum, batang otak, dan ventrikel 4 disertai dengan
anomali inrtakranial lainnya. Hampir dijumpai di semua kasus myelomeningokel meskipun tidak
semuanya berkembang menjadi hidrosefalus (80% kasus).
Penyebab post natal
Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista
arakhnoid dan kista neuroepitelial merupakan kedua terbanyak
yang mengganggu aliran likuor. Perdarahan, meningitis, dan
gangguan aliran vena juga merupakan penyabab yang cukup
sering terjadi.
Klasifikasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran
tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta
kalsifikasi abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan
memberikan gambaran ukuran kepala yang lebih besar dari orang
normal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-vena
kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna
dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering
ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.
Pemeriksaan Radiologi
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat
ditegakkan degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari
ventrikel tetapi USG sangat jarang digunakan dalam mendiagnosis
hidrosefalus.
Pemeriksaan Radiologi
Dengan menggunakan CT Scan, kita dapat menentukan ukuran
dari ventrikel. Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat
ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor tersebut. Pada pasien
dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi dari ventrikel pada foto
CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang menyebabkan
terjadinya hidrosefalus. Dengan CT-Scan hidrosefalus sudah bisa
ditegakkan.
Pemeriksaan Radiologi
Dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosefalus, kita dapat
melihat adanya dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan
penyebab dari hidrosefalus tersebut. Jika terdapat tumor atau
obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor
tersebut. Selain itu pada MRI potongan sagital akan terlihat
penipisan dari korpus kalosum
Pencegahan Hidrosefalus
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan
penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta
menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
proses persalinan/kelahiran diusahakan dalam batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. tindakan
pembedahan saesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
Tatalaksana Hidrosefalus
medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus
khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg
BB/hari) dan hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam
jangka waktu yang lama karena berisiko menyebabkan gangguan
metabolik. Terapi ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus
ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk dilatasi
ventrikular posthemoragik pada anak
Tatalaksana Hidrosefalus
Operasi shunting sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini
untuk membuat saluran baru antara aliran likuor (ventrikel atau
lumbar) dengan kavitas drainase (seperti peritoneum, atrium
kanan, dan pleura). Komplikasi operasi ini dibagimenjadi tiga yaitu
infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional. Tindakan ini
menyebabkan infeksi sebanyak >11% pada anak setelahnya dalam
waktu 24 bulan yang dapat merusak intelektual bahkan
menyebabkan kematian
Pembahasan
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 17 januari 2020
jam 10.30 WIB, pasien mengaku datang karena di rujuk dari
poliklinik dr. Hendrian SpOG karena tekanan darah yang tinggi dan
kaki pasien bengkak, saat itu kehamilan ke 3, melahirkan 2x
semuanya hidup, anak terkecil umur 11 tahun lahir normal dengan
berat badan 3.900 gram panjang badan (-) anc rutin di praktek dan
bidan dan saat ini usia kehamilan memasuki 37 minggu.
Pembahasan
\

Pada pemeriksaan fisik didapat pasien belum merasakan kencang-kencang, gerak janin aktif,
riwayat alergi tidak ada, riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada, keadaan umum baik,
tekanan darah: 150/80 mmhg, rr: 22x/m, nadi :84x/m, suhu: 36,30 dan diberikan mgs04 20%
1gr/jam, injeksi dexametason 2x2 ampul. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
proteinuria +3. Berdasarkan semua pemeriksaan yang telah dilakukan ditegakan diagnosis
preeklampsia berat pada pasien karena kondisi pasien memenuhi kriteria yaitu peningkatan
tekanan darah disertai proteinuria. Berdasarkan onsetnya preeklampsia dibagi menjadi early
onset preeclampsia yang terjadinya dibawah 34 minggu dan late-onset preeclampsia bila
muncul diatas 34 minggu. Pasien ini termasuk late-onset preeclampsia karena usia kehamilan
pasien telah memasuki 37 minggu, berdasarkan kejadianya late-onset preeclampsia memang
lebih sering dibandingkan early onset preeclampsia.
Pembahasan
Setelah ditegakan diagnosis bahwa pasien ini adalah pasien preeklampsia
berat artinya pasien harus di observasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa monitoring cairan penting pada pasien preeklampsia, input cairan
pasien terpasang juga IVFD RL, diberikan MgSO4 20% 1gr/jam IV,
dexametason inj 2mg 2x12 jam iv, furosemid inj 2x1 iv dan pasien juga
dipasang foley catether untuk memantau keluaran urinya, karena pada
pasien preeklampsia dapat terjadi oliguria (urin <30cc/jam dalam 2-3 jam
atau <500cc/24 jam). Pada pasien tidak ditemukan oliguria dimana keluaran
urin >500cc/24jam.. Tatalaksana preeklampsia preeklampsia adalah
berdasarkan usia kehamilan dan keparahan preeklampsia.
Pembahasan
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa
kebas, pusing tidak ada dan pandangan jelas, keadaan umum baik,
TD:170/90mmhg, rr:22x/m, nadi:91x/m, suhu:36,50 dan terapi
dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20 januari 2020.
Pada tanggal 19 januari 2020 pasien merasakan kesemutan pada
tangan, pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-kenceng tidak
ada dan gerak janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr:
21x/m, nadi: 89x/m, suhu: 36,60, hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380,
akan dilakukan operasi SC oleh dr.Hendrian SpOG dan
berkolaborasi dengan dr.Soemartono SpAn pada tanggal 20
januari 2020 paisen disuruh puasa dari jam 00.00.
Pembahasan
Pada tanggal 20 januari 2020 jam 09.30 dengan kehamilan
diusia 37 minggu pasien melahirkan anaknya dengan sectio
sesarea bayi lahir menangis laki-laki dengan berat badan
1.900 gram dan panjang badan 42cm. Saat ini pasien merasa
kaki sulit digerakan dan badan terasa dingin. Pasien masih
terpasang IVFD RL, diberikan metrenidazol 500mg 3x1 IV,
dexketoprofen 300mg 3x1 IV, furosemid 1 ampul inj 2x1 IV,
KSR tab 2x1 oral, HCT 1x1, amlodipine 10mg tab 1x1 tab.
Pembahasan
Setelah persalinan pasien hanya mengeluhkan masih terasa lemas, nyeri pada luka
operasi, serta kaki yang masih sedikit bengkak, namun sudah lebih mengecil
dibandingkan bengkak kaki nya selama hamil, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya edema memang salah satu tanda preeklampsia. Pada wanita hamil
yang mengalami preeklampsia berat, volume ekstraseluler akan meningkat
sehingga akan menjadi edema yang lebih berat daripada wanita hamil yang
normal. Mekanisme terjadinya retensi air disebabkan terjadinya endothelial injury.
Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan
oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema
nondependen yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua lengan, atau
tungkai yang membesar. Pasien diberikan antibiotik sebagai pencegahan akan
infeksi setelah operasi.
Pembahasan
Pada tanggal 21 januari 2020 jam 09.30 pasien mengeluh nyeri dibekas luka,
keadaan umu baik, TD: 150/110 mmhg, suhu :36,90, rr:24x/m, nadi: 95x/m, TFU
setinggi puser, kontraksi uterus keras, PPV: 5cc, terapi yang diberikan furosemid inj
2x1, KSR 2x1, HCT 1x1 oral.

Pada tanggal 22 januari 2020 pasien tidak ada keluhan, keadaan umum baik, TD:
140/90, suhu :36,10, rr: 21x/m, nadi: 82x/m pasien sudah diperbolehkan pulang
dan diberikan terapi untuk dirumah yang harus digunakan amlodipine 1x10mg,
candesartan 1x8mg, emibion, asamnefenamat, cefadroxsil dan methylergometrin
Pembahasan
Saat ini pasien memiliki riwayat section sesarea, dimana wanita dengan riwayat section
sesarea memiliki risiko lebih tinggi mengalami rupture uterus pada persalinan
berikutnya. Terdapat peningkatan risiko rupture uterus tiga kali lipat pada wanita
dengan interval antar kehamilan kurang dari 6 bulan dibandingakan dengan yang 6
bulan atau lebih. Namun, interval antarkehamilan 6-18 bulan tidak meningkatkan risiko
rupture uterus atau morbiditas maternal secara bermakna.

Maka dari itu pada pasien ini harus dilakukan perencanaan untuk kehamilan
berikutnya, disarankan pada pasien untuk menggunakan kontrasepsi agar mencegah
terjadinya kehamilan sebelum 6 bulan. pada kasus ini pasien P3A0 dengan riwayat
section sesarea dan pasien sudah tidak ingin mempunyai keturunan lagi. Pilihan
kontrasepsi untuk pasien antara lain non hormonal seperti alat kontrasepsi dalam
Rahim (AKDR)/IUD, dan kontrsepsi hormonal dapat suntikan, pil, ataupun implant dan
pasien memilih (AKDR/IUD).
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai