Anda di halaman 1dari 29

HEPATITIS B

Audya Cahya K
162010101041
Hepatitis B
- Penyakit infeksi akut yang menyebabkan
peradangan hati yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis B.

- Infeksi HBV mempunyai 2 fase akut dan kronis:


1. Akut: infeksi muncul segera setelah terpapar
virus.
2. Kronik: bila infeksi menjadi lebih lama dari 6
bulan
Epidemiologi
 Hepatitis B merupakan penyakit endemis di seluruh dunia.
 Di area dengan prevalensi tinggi seperti Asia Tenggara, Cina, dan
Afrika, lebih dari setengah populasi pernah terinfeksi oleh virus
hepatitis B.
 Prevalens HBsAg di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 3-
20%, dengan frekuensi terbanyak antara 5-10%. Pada umumnya di luar
Jawa angka ini lebih tinggi. Di Jakarta prevalens HBsAg pada suatu
populasi umum adalah 4,1%.
 Menurut WHO, Indonesia tergolong dalam Negara dengan prevalens
infeksi VHB sedang sampai tinggi.
Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam
family Hepadnaviridae.

Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang


disebut "Partikel Dane".

Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti
(core).
Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat
Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg).
Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein.

Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari,


rata-rata 80-90 hari.
 Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan
infiltrat pada hepatosit oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degrenerasi dan nekrosis sel perenchym hati.

 Respon peradangan menyebabkan pembengkakkan dalam memblokir


sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini
menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan ke
dalam kantong empedu bahkan ke dalam usus, sehingga meningkat dalam
darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan
kulit hapatoceluler jaundice.
 Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbulnya sakit
dengan gejala ringan.

 Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih
gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian.

 Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya
gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier
penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau
kanker hati.
Faktor Predisposisi

Faktor host (penjamu)

Faktor agent

Faktor lingkungan
Semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor
penjamu meliputi:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Mekanisme pertahanan tubuh
4. Kebiasaan hidup
5. Pekerjaan
 Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk
DNA virus.

 Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg,


HBcAg, dan HBeAg.

 Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus


dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang
menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya
Keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan:

a. Lingkungan dengan sanitasi jelek


b. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
c. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
d. Daerah unit laboratorium
e. Daerah unit bank darah
f. Daerah tempat pembersihan
g. Daerah dialisa dan transplantasi.
h. Daerah unit perawatan penyakit dalam
Sumber penularan virus Hepatitis B berupa:
a. Darah
b. Saliva
c. Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B
d. Lain-lain: alat makan, alat kedokteran yang
terkontaminasi virus hepatitis B.
Cara penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa
misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus
hepatitis B dan pembuatan tattoo
b. Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang
tercemar virus hepatitis B.
Secara epidemiologik penularan infeksi virus
hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:
A. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi
virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif
kepada anak yang dilahirkan yang terjadi
selama masa perinatal. Resiko terinfeksi
pada bayi mencapai 50-60 %.
B. Penularan horizontal; yaitu penularan
infeksi virus hepatitis B dari seorang
pengidap virus hepatitis B kepada orang lain
disekitarnya, misalnya: melalui hubungan
seksual.
 Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis,
manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :

1. Hepatitis B akut
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan
gambaran ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3
fase yaitu:
1. Fase Praikterik (prodromal)
2. Fase ikterik
3. Fase penyembuhan
2. Hepatitis B kronik
Manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga
mekanisme untuk menghilangkan VHB tidak efektif.

Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami


Hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6
bulan tidak menunjukkan perbaikan.
 Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan
diagnosis adalah:

1. Tes antigen-antibodi virus Hepatitis B:


a. HbsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B )
b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)
c. HbeAg
d. Anti-Hbe
e. HbcAg (antigen core VHB)
f. Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B)
2. Viral load HBV-DNA. Apabila positif menandakan bahwa
penyakitnya aktif dan terjadi replikasi virus. Makin
tinggi titer HBV-DNA kemungkinan perburukan
penyakit semakin besar.
3. Faal hati.
SGOT dan SGPT dapat merupakan tanda bahwa penyakit
hepatitis B-nya aktif
Hepatitis B akut

• Tatalaksana hepatits B akut tidak


membutuhkan terapi antiviral dan
prinsipnya adalahsuportif.
• Pasien dianjurkan beristirahat cukup
pada periode simptomatis.
• Lamivudin 100 mg/hari dilaporkan
dapat digunakan pada hepatitis
fulminan akibat eksaserbasi akut HVB.
Hepatitis B Kronik
• Pada HBV kronis, tujuan terapi
adalah untuk mengeradikasi infeksi
dengan menjadi normalnya nilai
aminotransferase, menghilangnya
replikasi virus dengan terjadinya
serokonversi HBeAg menjadi antiHBe
dan tidak terdeteksinya HBV-DNA
lagi.
Hepatitis B Kronik
Rekomendasi APASL (Asia Pacific Association for Study of the Liver),
anak dengan HBV dipertimbangkan untuk mendapat terapi antiviral
bila nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas normal selama lebih dari 6
bulan, terdapat replikasi aktif (HBeAg dan/atau HBV DNA
positif).

Interferon dan lamivudin telah disetujui untuk digunakan pada


terapi hepatitis B kronis. Bila hanya memakai interferon (dosis 5-10
MU/m2, subkutan 3x/minggu) dianjurkan diberikan selama 4-6
bulan, sedangkan bila hanya digunakan lamivudin tersendiri
diberikan paling sedikit selama 1 tahun atau paling sedikit 6 bulan
bila telah terjadi konversi HBeAg menjadi anti HBe.
 Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B
sebelum paparan.

a. Vaksin rekombinan ragi


 Mengandung HbsAg sebagai imunogen
 Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HbsAg pada >
95% pasien dewasa muda sehat setelah pemberian komplit 3 dosis
 Efektivitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV

b. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV. Pemberian IM (deltoid) dosis dewasa


untuk dewasa, untuk bayi, anak sampai umur 19 tahun dengan dosis anak
(1/2 dosis dewasa), diulang pada 1 dan 6 bulan kemudian.
c. Indikasi
 Imunisasi universal untuk bayi baru lahir
 Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun, bila belum
divaksinasi
 Grup resiko tinggi : Pasangan dan anggota keluarga yang kontak
dengan karier hepatitis B, pekerja kesehatan dan pekerja yang
terpapar darah, resipien transfusi darah, pasien HD.
HEPATITIS E
Hepatitis E termasuk salah satu jenis penyakit hepatitis.
Penyakit ini adalah infeksi hati akut berpotensi serius yang
disebabkan oleh virus HEV. Berbeda dengan jenis hepatitis
lain, penyebaran virus hepatitis E terjadi saat seseorang
mengonsumsi air atau yang terkontaminasi virus HEV.
Penularan Hepatitis E juga dapat terjadi melalui transfusi
darah, ibu hamil ke janin, serta hewan yang terinfeksi virus
HEV.
Faktor Resiko
Hepatitis bisa menyerang siapa saja, tetapi terdapat beragam faktor
yang meningkatkan risiko yang membuat seseorang lebih rentan terhadap
virus hepatitis E, antara lain:

 Kebersihan pribadi yang buruk;


 Virus hepatitis E masuk ke feses ketika BAB;
 Berhubungan intim tanpa menggunakan kondom dan seks bebas
(berganti-ganti pasangan);
 Tinggal dengan seseorang yang menderita infeksi HEV kronis; dan
 Bepergian ke wilayah dengan tingkat infeksi HEV yang tinggi.
 Infeksi dan gejala dari penyakit ini disebabkan oleh HEV
(Hepatitis E Virus) dan bisa ditularkan melalui makanan
atau air yang sudah terkontaminasi oleh feses pengidap
hepatitis E. Selain dari makanan dan minuman, penularan
hepatitis E juga bisa terjadi lewat transfusi darah, antara
ibu dengan janin jika si ibu terinfeksi, serta hubungan seks
tanpa pengaman. Jika seseorang terjangkit hepatitis E,
maka orang tersebut akan mengalami infeksi hati akut.
Gejala
Pada umumnya, gejala HEV muncul sekitar 2–7 minggu setelah terpapar virus,
dan biasanya berlangsung selama sekitar 2 bulan. Berikut ini gejala umum
hepatitis E:
 Menguningnya warna kulit dan mata;
 Urine berwarna gelap seperti teh;
 Nyeri sendi dan perut;
 Hilang nafsu makan;
 Pembengkakan hati;
 Gagal hati akut;
 Mual dan muntah;
 Sering merasa lelah;
 Demam

Anda mungkin juga menyukai