Anda di halaman 1dari 36

Potensi endapan bahan galian dapat dimanfaatkan secara nyata

bila setelah diselidiki, dan menunjukkan adanya sejumlah


cadangan, kemudian dapat ditambang dan laku dijual.
Usaha pertambangan mengubah potensi menjadi komoditas
dengan melakukan :
 Eksplorasi
 Studi Kelayakan
 Pengembangan – Perencanaan Tambang
 Penambangan
 Pengolahan
PROSPEKSI

EKSPLORASI

STUDI KELAYAKAN

PERENCANAAN DAN
ARSIP
Tidak Untung PEMBANGUNAN
Untung

PENAMBANGAN

PENGANGKUTAN

PEMURNIAN

PEMURNIAN
 Kegiatan untuk mencari, menemukan dan mengestimasi jumlah
bahan galian.
 Mengubah potensi endapan bahan galian menjadi cadangan.
 Keberhasilan eksplorasi sangat menentukan dalam
perencanaan eksploitasi.
 Pengambilan endapan bahan galian yang dilakukan secara
ekonomis menuntut digunakannya secara intensif berbagai
disiplin ilmu mulai dari tahap eksplorasi sampai tahap
eksploitasi.
 Mencari dan menemukan cadangan bahan galian baru
 Mengendalikan (menambah) pengembalian investasi yang
ditanam, sehingga pada suatu saat dapat memberikan
keutungan yang ekonomis (layak).
 Mengendalikan (penambahan/ pengurangan) jumlah
cadangan, dimana cadangan merupakan dasar dari aktivitas
penambangan.
 Mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau industry
 Diversifikasi sumber daya alam
 Mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat
berkompetisi dalam persaingan pasar.
 Kegiatan untuk mengetahui keberadaan endapan bahan galian
dengan menggunakan metode tertentu.
 Mengetahui jenis bahan galian dan sebaran di permukaan.
 Mengetahui sebaran bahan galian ke arah dalam dan
bentuknya
 Mengetahui besaran dan nilai ekonominya (sumber daya
mineral dan cadangan)
 Adanya sumber (source)
 Adanya proses perpindahan (migration/ transportation)
 Adanya tempat/ wadah/ perangkap dimana bahan berharga
dapat terbentuk/ terkumpul (place)
 Tahapan eksplorasi (explorastion stages) adalah urutan
penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4
tahap.
 Kegiatan eksplorasi yang dilakukan di Indonesia mengacu
pada SNI 13-4726-1998 :
1. Survey Tinjau
2. Prospeksi
3. Eksplorasi Umum (general exploration)
4. Eksplorasi Rinci (detailed exploration)
 Tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional
terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, diantaranya
pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metode
tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan
yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi
(perhitungan).
 Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah
anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih
lanjut.
 Perkiraan kualitas sebaiknya hanya dilakukan apabila datanya
cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lainnya
yang mempunyai kondisi geologi yang sama.
 Merupakan tahapan eksplorasi dengan jalan mempersempit
daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial.
 Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk
mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung
seperti studi geokimia dan geofisika, paritan terbatas,
pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan.
 Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan
mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya,
estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data
geologi, geokimia dan geofisika.
 Tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi (gambaran) awal
dari suatu endapan yang teridentifikasi.
 Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi,
percontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan
pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas
dari suatu endapan.
 Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda
penyelidikan tak langsung.
 Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu
endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal
mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.
 Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk
menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi
rinci diperlukan.
 Tahapan Eksplorasi untuk mendeliniasi (menggambarkan)
secara rinci dalam tiga dimensi terhadap endapan mineral
yang telah diketahui dari percontohan singkapan, paritan,
lubang bor, dan terowongan.
 Jarak percontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk,
sebaran, kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari
endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat
ketelitian yang tinggi.
 Ujipengolahan dari pengambilan sampel massal (bulk
sampling) mungkin diperlukan.
a. Penyelidikan umum
- Diawali dengan studi pustaka (desk studi) mengenai
keadaan regional, tektonik, dan yang berkaitan dengan
paleogeographic setting suatu daerah penyelidikan.
- Bertujuan untuk memperoleh informasi dan menentukan
batasan luas daerah, melakukan penelitian/pengecekan
lapangan hasil studi pustaka disertai berupa pencarian
singkapan, pengambilan contoh batuan dan batubaranya.
b. Penyelidikan pendahuluan
- Dilakukan dengan memetakan daerah penyelidikan baik
dengan pemetaan topografi maupun foto udara sebagai
dasar untuk penyelidikan selanjutnya.
- Melakukan pemetaan geologi dengan menggunakan peta
permukaan dan foto udara untuk melakukan interpretasi
keadaan singkapan, struktur, dan kedudukan stratigrafi dari
batubara.
c. Penyelidikan detail
- Kegiatan eksplorasi lebih terpusat pada kegiatan pemboran
yang bertujuan untuk lebih mengetahui bentuk geometri
endapan batubara, kualitas lapisan batubara dan kemungkinan
adanya anomaly geologi yang mungkin akan menimbulkan
kesulitan dalam proses penambangan yang akan dilaksanakan.
- Dilakukan juga penyelidikan geofisika untuk mengetahui lebih
rinci kondisi bawah permukaan berupa stratigrafi dan struktur
geologi yang tidak terekam dalam kegiatan pemboran.

Studi kelayakan pengembangan endapan


batubara ke arah pembukaan tambang

Selama masa umur tambang, eksplorasi tetap


berjalan (commercial exploration programme)
 Metode Langsung
Menghasilkan gejala geologi yang dapat diamati dengan
mata geologist, >>> metode geologi

 Metode Tak Langsung


Menghasilkan satu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai
gejala geologi yang dilacak, >>>>> metode geofisika dan
metode geokimia.
METODE EKSPLORASI

Metode Geologi Metode Geofisika Metode Geokimia

Survey Geofisika Udara Penyontohan


Aliran Sungai
Survey Indra jauh
Survey gravitasi
Dari ruang angkasa : Citra Penyontohan
satelit berbagai Band Survey magnetik Tanah

Penyontohan
Dari foto udara : Analisis
Batuan
foto udara, citra radar, dll Survey Geofisika Darat

Survey Geologi Permukaan Survey seismik

Survey gravitas
Survey geologi tinjau
Survey magnetik
Survey geologi singkapan
Survey Geolistrik
Sumur Uji dan Paritan
Resistivitas IP

SP EM
Pemboran Explorasi

Survey Geologi Bawah Log Sumur


Permukaan
 Deskripsi Kondisi Lapisan Batubara Daerah Tawanga
Kecamatan Uluiwoi Kabupaten Konawe
 Model penampang resistivitas dua dimensi (2D) bawah
permukaan berpotensi batubara di Daerah Tawanga, Kab. Konut
 Penampang sounding resistivitas pada site TWGST6, Daerah
Tawanga-Kab. Konut
 Bentuk horse back : dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan
yang menutupinya melengkung ke arah atas akibat gaya kompresi.
Ketetebalan ke arah lateral lapisan batubara kemungkinan sama
ataupun menjadi lebih kecil atau menipis.
 Bentuk Pinch : dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian
tengah. Pada umumnya dasar lapisan batubara merupakan batuan
yang plastis misalnya batu lempung sedang di atas lapisan
batubara secara setempat ditutupi oleh batu pasir.
 Bentuk clay vein : terjadi bila di antara 2 bagian deposit
batubara terdapat urat lempung.
 Bentuk Burried hill : terjadi bila di daerah dimana batubara
semula terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan
batubara seperti terintrusi.
 Bnetuk Fault : terjadi bila di daerah dimana deposit batubara
mengalami beberapa seri patahan.
 Bentuk fold : terjadi bila di daerah dimana deposit batubara
mengalami perlipatan

Anda mungkin juga menyukai