Anda di halaman 1dari 33

AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI (AKS)

PADA LANSIA
A. PENGERTIAN

Aktifitas kehidupan sehari-hari adalah kegiatan


melakukan pekerjaan sehari-hari. Berbagai
kemunduran fisik mengakibatkan kemunduran
gerak fungsional baik kemampuan mobilitas
meliputi penurunan kemampuan mobilitas di
tempat tidur, berpindah, jalan, ambulasi, dan
mobilitas dengan alat adaptasi.
B. KLASIFIKASI
Kemunduran gerak fungsional dapat
dikelompokkan menjadi tiga tingkat
ketergantungan berikut :
1. Mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan
tugas tanpa bantuan orang lain.
2. Bergantung sebagian, yaitu lansia mampu
melakukan tugas dengan beberapa bagian
memerlukan bantuan orang lain.
3. Bergantung sepenuhnya, yaitu lansia tidak
dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang
lain.
Menurut Scheuder, ketergantungan dibagi
menjadi :
1. Kebergantungan mengurus diri pribadi.
2. Ketergantungan domestik.
3. Ketergantungan sosial dan finansial.
C. TEORI AKTIVITAS
Teori aktifitas dikembangkan oleh palmore (1965)
dan Ikman et al (1972), yang menyatakan, bahwa
penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
seorang lansia merasakan kepuasan dalam
melaksanakan aktifitas dan mempertahankan
aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun
kualitas dari aktivitas tersebut lebih penting dari
kuantitas dari aktifitas itu sendiri. Dari satu segi
aktifitas lansia dapat menurun, akan tetapi dilain
segi dapat dikembangkan, misal peran baru lansia
sebagai relawati; kakek/nenek; ketua RW, dan
lain-lain.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa
proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk
tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan
perilaku mereka semasa mudanya.
Pokok-pokok teori aktifitas adalah :
1. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi
sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di
masyarakat.
2. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan
seorang lansia.
Penerapan teori aktifitas akan berdampak positif bagi
lansia, sehingga lansia lebih dapat berintegrasi
sepenuhnya di lapangan (masyarakat).
D ETIOLOGI
Penurunan disebabkan oleh :
1. Persendian kaki dan pergerakan yang
terbatas.
2. Waktu beraksi lansia yang lambat.
3. Keadaan tubuh yang tidak stabil waktu
berjalan.
4. Keseimbangan tubuh yang jelek.
5. Gangguan peredaran darah, penglihatan,
pendengaran, dan perabaan.
E. PREDISPOSISI
Faktor yang mempengaruhi penurunan ADL
adalah :
1. Kondisi fisik, misalnya penyakit menahun,
gangguan mata dan telinga.
2. Kapasitas mental.
3. Status mental seperti kesedihan dan depresi.
4. Penerimaan terhadap berfungsinya anggota
tubuh.
5. Dukungan anggota keluarga.
F. PENGUKURAN ADL

Untuk mengukur ADL digunakan suatu skala


"rating scale'' yang didasarkan pada
keterampilan menjalankan fungsi biologis, yang
memerlukan pekerjaan sistem syaraf dan
anggota gerak dari lansia tersebut. Rating
scale yang digunakan diadaptasikan oleh
Shirloy S. Travis dari Index of Independence in
ADL (Sidney Batz).
Tingkatan yang digunakan dalam pengukuran oleh travis-
Travis Ass. Essement Scale Rating Functional Ability-
adalah :
Level 0 Mandiri.
Level 1 Ketergantungan bila mandi.
Level 2 Ketergantungan bila mandi dan ketergantungan
Level 3 Ketergantungan bila mandi, berpakaian, di
toilet.
Level 4 Ketergantungan bila mandi, berpakaian,
di toilet, dan berpindah pindah.
Level 5 Ketergantungan bila mandi, berpakaian,
di toilet, transfer, BAB dan BAK.
Level 6 Ketergantungan bila mandi, berpakaian,
di toilet, transfer, BAB dan BAK, makan.
G. PERAWATAN PENURUNAN ADL

Tahap yang dilakukan pada perawatan lansia yang


mengalami ganggunn ADL adalah sebagai berikut:
1. Diukur terlebih dahulu fungsi menjalankan
kegiatan sehari-hari.
2. Terapkan tujuan perawatan -goal.
3. Susun rencana perawatan.
4. Lakukan rencana perawatan.
5. Evaluasi.
H. TIM REHABILITASI
Untuk mengembalikan fungsi ADL, diperlukan
suatu tim khusus yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu. Di lnggris misalnya, suatu tim
rehabilitasi terdiri dari berbagai unsur (Loan M.
Bircherall, 1992) :
1. Geriatric nurse practitioner.
2. Licensed practical nurse.
3. Occupational therapy.
4. Home economic in rehabilitation.
5. Registered professional nurse.
6. Home-care personel.
7 Respirotory therapist.
8. Spech langguage phatologist.
9. Medical social worker.
10. Principal informal worker.
11.Anggota keluarga dari lansia tersebut.
Di Indonesia sendiri rehabilitasi ADL banyak
dilakukan oleh fisioterapis yang bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lain.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

A. PENGKAJIAN
Meliputi aspek:
1. Fisik
Wawancara
a. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia.
b. Kekuatan fisik lansia: otot, sendi, penglihatan,
dll.
c. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam
lansia.
d. Perubahan fungsi tubuh yang sangat
bermakna dirasakan.
e Masalah-masalah seksual yang dirasakan.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan fungsional
tubuh yang dapat mempengaruhi pada
aktifitas dari lansia itu sendiri.
b. Pendekatan yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik, yaitu:
1). Head to toe.
2). Sistem tubuh.
2. Psikologis
Untuk mengetahui kemampuan lansia
dalam menyesuaikan diri, antara aktivitas
dengan kondisi fisik dan bagaimana lanisia
merespon hal tersebut.
3. Sosial Ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lansia.
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu
luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa saja yang diikuti lansia.
e. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
f. Seberapa besar ketergantungannya.
g. Apakah dapat menyalurkan hobi/keinginan
dengan fasilitas yang ada.
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan
ibadah sesuai keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur
mengikuti/terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan.
Pengkajian Dasar
a. Pulse (denyut nadi)
1). Kecepatan, volume, irama.
2). Apikal, radial, pedal.
b. Respirasi (pernafasan)
1). Kecepatan, irama dan
kedalaman.
2). Teratur tidaknya pernafasan.
c. Tekanan darah
1). Saat baring, duduk, berdiri.
2). Hipotensi akibat posisi duduk.
d. Berat badan perlahan-lahan hilang
pada tahun-tahun terakhir.
Sistem persyarafan:
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Mata, ketajaman penglihatan menurun
karena proses menua.
Sistem kardiovaskuler:
Auskultasi denyut nadi apikal, periksa
pembengkakan JVP, pusing, atau kelainan
yang lain (nyeri).
Sistem gastrointestinal:
a. Kaji status gizi dan pemasukan diet.
b. Kaji apakah ada gangguan
pencernaan.
Sistem genitourinarius:
a. Distensi kandung kemih,
inkontinensia.
b. Kaji pola seksualitas pad a lansia :
1). Kurang minat menjalankan
hubungan seksual.
2). Adanya kecacatan sosial yang
mengarah ke aktivitas sosial.
Sistem kulit:
a. Kulit
1). Temperatur, tingkat kelembaban.
2.). Keutuhan, luka, luka terbuka.
3). Turgor (kekenyalan kulit).
4). Perubahan pigmen.
b. Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem muskuloskektal:
a. Kontraktur
1). Atrofi otot.
2). Mengecilnya tendo
3). Ketidakadekuatan gerakan sendi.
b. Tingkat mobilisasi
1). Ambulasi dengan/tanpa
bantuan/peralatan.
2). Keterbatasan gerak.
3). Kekuatan otot.
4). Kemampuan melangkah/berjalan.
c. Gerakan sendi
Psikososial:
Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya
ketergantungan.
B. DLAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobi1itas fisik berhubungan


dengan penurunan kekuatan sendi.
2. Potensial cedera fisik berhubungan dengan
penurunan fungsi tubuh.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dalam perencanaan
beserta keluarga.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan
lainnya (fisioterapi misalnya).
3. Tentukan priorotas:
Keamanan atau rasa aman adalah
kebutuhan utama yang harus dipenuhi
dalam upaya meningkatkan ADL
Perencanaan:
Tujuan tindakan keperawatan lansia pada hal
ini diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar (prioritas) akan keamanan dan
keselamatan dalam melakukan ADL.
Meningkatkan keamanan dan keselamatan
pada lansia dalam melakukan ADL:
Penyebab kecelukaan pada lansia :
1. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2. Fungsi penginderaan yang menurun.
3. Pencahayaan yang berkurang.
4. Lantai licin dan tidak rata.
5. Tangga tidak ada pengaman.
6. Kursi atau tempat tidur yang mudah
bergerak.
Tindakan mencegah kecelakaan:
1. Klien/lanjut usia:
a. Biarkan lanjut usia menggunakan alat
bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
b. Latih lanjut usia untuk pindah dari
tempat tidur ke kursi.
c. Biasakan menggunakan pengaman
tempat tidur
c. Bila mcngalami masalah fisik, misalnya
reumatik, latih klien untuk menggunakan
alat bantu berjalan.
d. Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk
anut usla yang menggunakan obat
penenang/diuretika.
e. Menggunakan kaca mata bila berjalan atau
melakukan sesuatu.
f. Usahakan ada yang menemani jika
bepergian
2. Lingkungan
a. Tempatkan klien di ruangan kusus dekat
kantor sehingga mudah diobservasi bila lanjut
lansia tersebut dirawat.
b. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan
cara menggunakannya.
c. Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
d. Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar
lanjut usia menempatkan alat-alat yang selalu
digunakannya.
e. Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin, dan
basah.
f. Kunci semua peralatan yang menggunakan
roda untuk lanjut usia yang menggunakannya.
g. Pasang pegangan di kamar mandi.
h. Hindari lampu yang redup dan menyilaukan.
i. Jika pindah dari ruang terang ke gelap
ajarkan klien untuk memejamkan mata
sesaat.
j. Gunakan sandal/sepatu yang beralaskan
karet.
k. Gunakan perabotan yang penting–penting
saja di ruang lanjut usia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai