1. Khulaila (1041611092)
2. Meysiska Trisnaningtyas (1041611101)
3. Nafa Dila Indah P (1041611106)
4. Nabila Dwi Riftiani (1041611103)
5. Nunuk Nurwati (1041611117)
PRAFORMULASI
1. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT
BM 351,37
Metampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian
Kelarutan:
Larut dalam 1:1,5 air.
Stabilitas:
Terlindung dari cahaya.
OTT:
Tidak bercampur dengan akasia, apomorfin, aspirin, kloralhidrat, iodida.(Martindale 28 hal 251)
Penyimpanan
Sterilisasi :
Kelarutan:
Sangat mudah larut dalam air (1: <1).
(FI V hal 927)
Stabilitas:
Terdekomposisi pada panas , tidak disimpan dekat asam.
OTT:
Dengan iodine, asam, merkuri, dan garam perak (martindale hal 392)
Konsentrasi :
pH : 5-7
Fungsi : Pelarut
(Martindale 28, hal 621)
FORMULASI
1. Permasalahan dan penyelesaian
permasalahan :
Metampiron memeiliki stabilitas tidak stabil terhadap udara lembab dan terurai
bila terkena cahaya matahari (martindale 28 hal 251)
Penyelesaian :
Ampul harus berwarna coklat atau wadah bening yang dilapisi aluminium foil agar
ampul terlindungi dari paparan cahaya matahari.
Formula
(Martindale 28 hal 251)
R/ Metampiron 50 g
Na tiosulfat 100 mg
Aqua pro injeksi ad 100 ml
Formula kelompok 1
R/ Metampiron 50 g/100ml x2ml = 1 gram ~ 1000mg
Na. Tiosulfat 0,5%
Aqua pro injeksi ad 2 ml
Perhitungan tonisitas
0,52 − (𝑏1 . 𝑐1) PTB Dipiron = 0,110
𝑃𝑇𝐵 =
𝑏2 PTB Na Tiosulfat = 0,180
0,52−( 50×0,11 + 0,5×0,18 )
=
0,576
−5,07
=
0,576
𝑔𝑟𝑎𝑚
= −8,80 (Hipertonis)
100𝑚𝐿
Tidak perlu penambahan NaCl
Perhitungan bahan
Dilarutkan metampiron dengan sebagian aqua pro injeksi didalam beaker glass. Dilarutkan Natrium Tiosulfat
dengan sebagian aqua pro injeksi di dalam beaker glass.
Metampiron dan Natrium Tiosulfat yang sudah dilarutkan dengan aqua pro injeksi dicampur ad homogen.
Dilakukan penyaringan dua kali menggunakan kertas saring yang sudah disterilisasi.
Lanjutan.....
Dimasukkan larutan tersebut masing-masing 2,15 ml ke dalam ampul menggunakan syringe yang telah
dibilas terlebih dahulu secara hati-hati, dan diberi membran filter.
Dilakukan evaluasi sediaan meliputi uji kebocoran, uji keseragam volume, uji
kejernihan, dan uji sterilitas
Semua ampul, pada saat sterilisasi akhir sediaan, didalam otoklaf dimasukkan
ampul kedalam beakerglass yang berisi larutan metilen blue 0,5% sebanyak 250mL
Setelah proses sterilisasi, jika larutan dalam ampul berwarna bitu maka ampul
bocor
Uji Kejernihan (Lachman hal. 1355)
Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap
refleksi kedalam matanya dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi
dijalankan dengan suatu aksi memutar. Partikel yang bergerak lebih mudah dilihat daripada
partikel yang diam, tetapi harus berhati-hati untuk mencegah masuknya gelembung udara yang
sulit dibedakan dari partikel-partikel debu. Untuk melihat partikel-partikel yang berat, mungkin
perlu untuk membalik wadah pada tahap akhir pemeriksaan. Syarat : semua wadah diperiksa
secara visual dan bahwa tiap partikel yang terlihat secara langsung jernih.
Dilakukan pemeriksaan visual didepan suatu latar belakang hitam dan diberi cahaya (latar
belakang gelap untuk larutan jernih, latar belakang putih untuk larutan berwarna)
Dicatat volume masing-masing, syarat : volume tidak boleh kurang dari volume yang tertera
pada wadah
Uji sterilitas (FI Edisi V hal.1341 )
Diambil 10% atau 4 wadah dari jumlah yang dibuat. Diinokulasikan 1ml sediaan
dalam 10ml media soybean-casein digest medium dan FTM
Media FTM diinkubasi pada suhu 30-350C selama 3 hari. Sedangkan media soybean-
casein digest medium pada suhu 250C selama 5 hari
Perhitungan sediaan yang di inokulasikan
10𝑚𝑙
× 1𝑚𝑙 = 0,67𝑚𝑙~0,8𝑚𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 10𝑚𝑙 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎
15𝑚𝑙