Anda di halaman 1dari 43

Kasus B

Kelompok D

Joanna Erin Hanrahan


Agung Riyanto Prakoso
Eloisa Nathania
Viharsyah Aulia Akbar
Muammar Emir ananta
Muhammad Qolby L
Ivan Pradhana
Data B1
Seorang lelaki berusia 50 tahun, pedagang bakso keliling, datang berobat ke
Puskesmas dengan keluhan nyeri di ulu hati memberat sejak seminggu , tidak ada
mual atau muntah, tetapi pasien mengeluh dada terasa panas dan mulut terasa
pahit terutama saat bangun di pagi hari. BAB tidak ada keluhan. Pasien juga
sering mengeluhkan nyeri di kedua lutut sejak lama, namun bertambah berat
sejak lokasi dagang pindah ke tempat yang banyak tanjakannya sebulan terakhir.
Jika merasa nyeri, pasien minum jamu-jamuan yang dibeli di warung. Setelah
meminum jamu, keluhan berkurang. Berat badan cenderung naik karena nafsu
makan pasien meningkat setelah mengonsumsi jamu. Dari pemeriksaan fisis
pasien didapatkan berat badan 80 kg, tinggi badan 160 cm. Pemeriksaan
abdomen terdapat nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan lutut terdapat krepitasi
pada kedua lutut. bentuk muka sedikit moon face. Pemeriksaan lain dalam batas
normal.
A . Masalah pada pasien dan pengkajiannya
(dasar perumusan masalah dan diagnosis
banding)
1. Nyeri ulu hati - GERD
a. Anamnesis : Nyeri ulu hati dirasakan seminggu lalu disertai dada terasa panas dan mulut
terasa pahit di pagi hari. Rasa panas di dada : sangat spesifik untuk keluhan adanya aliran
balik dari asam lambung (acid reflux symptom).
b. Pemeriksaan fisik: ditemukan nyeri epigastrium
c. DD : dispepsia, ulkus peptikum, gastritis

2. Nyeri lutut

a. Nyeri lutut dirasakan ketika menaiki tanjakan dalam sebulan terakhir. Telaah karakteristik nyeri
seperti apa, durasi nyeri, timbul nyeri atau kekakuan pada pagi hari atau tidak. Usia pasien 50
tahun dengan BMI pasien 31.25 , kategori obesitas (BMI > 30).
b. Pemeriksaan fisik : Krepitasi pada lutut
c. DD : osteoarthritis, fraktur, dislokasi sendi
3. Obesitas

○ Pemeriksaan fisik: BB 80 Kg, TB 160 cm, BMI >30


○ Dx : Obesitas

4. Moon Face

○ Pemeriksaan fisik: ditemukan nyeri epigastrium


○ Dx : pemakaian steroid jangka panjang/Exogenous Cushing Syndrome
B. Patofisiologi nyeri ulu hati dan dada pasien
1. Abnormalitas tekanan LES (<3 mmHg)
2. Transient lower esophageal sphincter relaxation (TLESR)
3. Gangguan mekanisme bersihan asam di esofagus
4. Kerusakan mukosa esofagus (terutama nocturnal reflux)
5. Hipersensitivitas viseral oleh bahan refluksat non asam

Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Giorgi FD.Palmiero M, Esposito I et al.Pathophysiology of GERD. Acta Otorhinolaryngol. Ital 2006.:26: 241-6
C. Patofisiologi terjadinya keluhan nyeri lutut
pada pasien
1. Adanya inervasi di osteofit
2. Inflamasi dan kerusakan jaringan lokal, pelepasan Matriks Metalloproteinase.
3. Degenerasi kartilago dan pelepasan marker inflamasi oleh kondrosit→
pelepasan marker inflamasi (TNF, IL, NGF, MMP, dll) → merangsang serat
saraf nyeri

Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Enohumah KO, Imarengiaye CO. Pain in Osteoarthritis. African J. of Biomed. Res. 2008: 11: 119-28
D Diagnosis banding untuk keluhan nyeri lutut
Osteoarthritis

Gout arthritis

Rheumatoid arthritis
E. Penyebab moon face pada pasien dan
patofisiologinya
Jamu mengandung steroid → akan terjadi negative feed back melalui reseptor
glukokortikoid di hipotalamus anterior karena steroid sirkulasi tinggi → supresi
produksi CRH dan ACTH.

Akibat supresi ACTH jangka panjang → atrofi korteks adrenal dan insufisiensi
adrenal sekunder → sekresi kortisol basal menurun

Kortisol basal menurun namun sekresi aldosteron tetap → terjadi retensi cairan

Hiperkortisol → deposisi lipid di wajah dan diantara klavikula (buffalo hump)

Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
F. Pemeriksaan penunjang
Nyeri ulu hati - GERD Nyeri lutut - Osteoarthritis

1. EKG dan foto thorax : untuk 1. Foto polos genu →


menyingkirkan nyeri ulu hati akibat melihat osteofit
abnormalitas jantung → cardiac pain maupun deformitas
2. PPI Test untuk melihat apakah ada sendi, kista, sclerosing
perbaikan kondisi signifikan dengan subkondral
penggunaan PPI 2 minggu →
menegakkan diagnosis GERD.
3. Setelah dipastikan non cardiac pain
→ endoskopi untuk mencari mucosal
break (gold standard)
Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for Diagnosis and Management of GERD. Am J. Gastroenterol. 2013; 108:308-28
Cushing’s Syndrome:

1. Menyingkirkan kemungkinan pajanan glukokortikoid eksogen, dapat


dikonfirmasi dengan kortisol bebas urin 24 jam, overnight 1 mg DST atau late
salivary test. Kalau normal → bukan sindrom cushing
2. Abnormal : singkirkan penyebab fisiologis hiperkortisolisme → anjuran perika
Dex-CRH atau midnight serum cortisol. Abnormal → Sindrom Cushing
G. Tatalaksana dan kontrol
1. GERD

Setelah dipastikan GERD dan tidak terdapat alarm


symptoms → PPI test → diagnosis GERD
ditegakkan → terapi GERD 8 minggu

● 5 target : menghilangkan gejala/keluhan, Antasid : 4x1 sendok makan


H2RA : Ranitidin 4 x 150 mg
menyembuhkan lesi esofagus, mencegah Prokinetik : Metoklopramid 3 x 10 mg
kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, Domperidon 3
x 10-20 mg
dan mencegah timbulnya komplikasi.
● Farmakologi dan Non farmakologi: Kontrol
berat badan, berhenti rokok/alkohol, elevasi
kepala saat tidur, hindari makanan pemicu
gerd, menghindari makan sebelum tidur
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Reuks Gastroesofageal(Gastroesophageal Reux
Disease/GERD)di Indonesia; 2013
Alur tatalaksana GERD

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Osteoarthritis

● Non Farmakologi : Turunkan berat badan, latihan aerobik tanpa memberi


beban berat pada lutut : contoh : berenang. Melindungi sendi mengurangi
aktivitas berat, edukasi
● Farmakologi : OAINS topikal, Chondroprotective agent
● Bedah : Knee Arthroplasty

Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
3. Obesitas

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Limited.

Tujuan awal : 10% dari BB awal selama 6 bulan terapi, penurunan kalori 300-500
kcal/hari

1. Aktivitas Fisik : jalan 30 menit 3x seminggu - 45 menit 5x seminggu


2. Perilaku : manajemen stres, dukungan sosial
3. Farmakoterapi : sibutramine dan orlistat
4. Bedah : gastric bypass/banding vertical
4. Moon Face

Menghentikan konsumsi jamu secara perlahan

Lonser RR, Nieman L, Oldfield EH. Cushing’s disease : pathobiology, diagnosis, and management. J Neurosurg 2017; 127: 404-17
Kontrol : pemaparan hasil foto polos sendi yang nyeri, setelah PPI Test selesai
jangka waktu 2 minggu, pemantauan kondisi cushingoid pasien.

Lonser RR, Nieman L, Oldfield EH. Cushing’s disease : pathobiology, diagnosis, and management. J Neurosurg 2017; 127: 404-17
H. Rujukan
1. Pasien curiga GERD dengan alarm symptoms (tanda pucat (anemia),
hematemesis melena, penurunan berat badan), Rujukan untuk
dilakukan endoskopi.
2. Kasus osteoartritis meragukan atau atipikal, dirujuk ke reumatologi
untuk dilakukan artrosentesis diagnosis. Gejala berat segara
reumatologi atau ortopedi.

Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for Diagnosis and Management of GERD. Am J. Gastroenterol. 2013; 108:308-28
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
Data B2
•Pasien tidak pernah kontrol, karena kesibukan berdagang. Tiga bulan kemudian, karena nyeri perut yang
memberat sejak 2 hari terakhir, pasien dibawa keluarga ke IGD rumah sakit tempat Anda sedang
bertugas jaga (pasien tersebut merupakan pasien baru bagi Anda). Nyeri perut terutama di bagian tengah
atas.

•Tiga hari yang lalu pasien minum beberapa gelas bir bersama dengan teman-temannya yang sudah lama
tak bertemu. Sejak 2 hari terakhir ini, pasien makan sedikit sekali karena mual dan muntah. Muntah
pasien sedikit kemerahan baru hari ini. Minum masih bisa, walau tidak banyak. Pasien sudah minum sisa
obat dari puskesmas dan obat maag yang diberi di warung, namun tidak ada perubahan.

•Pada PF didapatkan pasien tampak kesakitan VAS 5/10; frekuensi nadi 112x/menit isi cukup; TD 100/70
mmHg; Napas 20x/menit; suhu 36,5oC; terdapat nyeri tekan epigastrium; akral hangat.
Anamnesis
● Nyeri perut
○ Onset, lokasi, durasi, karakteristik (penjalaran), faktor pencetus, faktor pereda, sudah minum
obat apa saja untuk mengatasi nyeri perut?, bagaimana respon terapi?
● Mual & muntah
○ Onset, frekuensi muntah, volume muntah, isi muntah?, faktor pencetus & pereda, apakah
muntah setiap sehabis makan? Apakah muntah disertai dengan darah?
● Keluhan lain yang menyertai : Apakah ada demam? Rasa begah, kembung,
cepat kenyang? Sesak? Dada terasa panas? Perut membesar? Kuning?
Penurunan BB?
● RPD : pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Pernah muntah
berdarah atau BAB berdarah sebelumnya? Hipertensi, DM,
hiperkolesterolemia
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Anamnesis
● RPK : keluarga apakah ada yang mengalami keluhan serupa? DM,
Hipertensi, Hiperkolesterolemia? Ada riwayat keganasan?
● Riwayat sosial : Rokok, konsumsi alkohol
● Apakah ada penggunaan obat2 OAINS?

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum, kesadaran, antropometri (TB & BB)
● Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
● VAS nyeri
● PF kepala : mata (konjungtiva pucat? Sklera ikterik? Pupil?)
● PF toraks : jantung & paru
● PF abdomen :
○ Inspeksi : ada kelainan kulit? Benjolan? Bendungan vena? Bekas operasi? Simetris? Asites?
○ Auskultasi : bising usus, bruit?
○ Palpasi : periksa turgor kulit, palpasi superfisial dan dalam ke 9 regio apakah ada nyeri?
Apakah ada massa? Palpasi hepar, limpa
○ Perkusi : asites
● PF ekstremitas : akral hangat/dingin? CRT? edema?
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Masalah dan Kajian
● Dispepsia
a. Anamnesis : Nyeri perut di tengah atas (nyeri epigastrium) memberat sejak 2 hari SMRS,
mual dan muntah, riwayat minum bir (alkohol) 3 hari yang lalu
b. PF : VAS 5/10, TD 100/70 mmHg, N 112x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 derajat Celcius,
akral hangat
c. Penunjang : -
d. Dx : Gastritis ec konsumsi alkohol dd/ ulkus peptikum, esofagitis
e. Rencana Dx : Anamnesis riwayat OAINS, rencana endoskopi, Tes infeksi H. pylori (urea
breath test, periksa antigen pada feses, atau pemeriksaan serologi IgG)

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Masalah dan Kajian
● Hematemesis
a. Anamnesis : Muntah sedikit kemerahan baru hari ini. Pasien makan sedikit sekali karena mual
dan muntah. Pasie masih bisa minum walaupun sedikit
b. PF : VAS 5/10, TD 100/70 mmHg, N 112x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 derajat Celcius,
akral hangat
c. Penunjang : -
d. DDx : Susp ulkus peptikum dd/ esofagitis ec riwayat GERD
e. Rencana Dx : Endoskopi, Tes infeksi H. pylori (urea breath test, periksa antigen pada feses,
atau pemeriksaan serologi IgG)

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Masalah dan Kajian
● Intake kurang
a. Anamnesis : Pasien makan sedikit 2 hari SMRS karena mual dan muntah
b. PF : -
c. Penunjang : -
d. DDx : Intake kurang ec Ulkus peptikum
e. Rencana Dx : Tes infeksi H. pylori (urea breath test, periksa antigen pada feses, atau
pemeriksaan serologi IgG), Rencana Endoskopi

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Pemeriksaan Penunjang
1. DPL : melihat apakah ada anemia akibat perdarahan? Apakah ada tanda-
tanda infeksi?
2. Elektrolit : melihat keseimbangan elektrolit
3. Urea Breath Test : untuk mencari apakah ada infeksi H. pylori
4. USG Abdomen : melihat kelainan organ pada abdomen

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Tata laksana pasien saat di IGD

Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran


cerna bagian atas. . Dalam: Setiati S, dkk,
editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
Edukasi Pasien dan Keluarga
● Menjelaskan kondisi pasien
● Menghindari pencetus, yaitu alkohol
● Menghindari pencetus lain yang juga akan memperberat kondisi pasien,
seperti :
○ Rokok → perbaikan mukosa menurun
○ Kafein, coklat, minuman bersoda → menaikan asam lambung
○ Makanan berlemak  distensi lambung
● Makan dengan porsi kecil, namun frekuensi sering

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Prinsip Tata Laksana Nutrisi : IGD & ruang rawat
inap
● Pasien dipuasakan
● Persiapan pemberian nutrisi pasien:
○ Identifikasi status gizi
○ Tentukan masalah nutrisi
○ Kebutuhan nutrisi dan cairan
● Tidak bisa makan → jalur parenteral

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Prinsip Tata Laksana Nutrisi : rawat jalan
● Makanan lunak dan mudah dicerna
● Small frequent feeding
● Hindari:
○ Makanan yang asam, pedas
○ Makanan berlemak
○ Alkohol, soda

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Data B3
•Pasien sudah dipulangkan dari rumah sakit dan setelah kontrol beberapa kali ke
rumah sakit, pasien meminta agar dapat kontrol di Puskesmas terdekat. Saat
kontrol ke Puskesmas, pasien sudah lebih jarang mengeluhkan nyeri perut dan
sudah kembali berdagang bakso keliling, namun ia kembali mengeluhkan nyeri
lututnya. Hal tersebut sangat mengganggu aktivitasnya berdagang. Ia sudah
diberikan paracetamol 3 x 500 mg, tetapi pasien mengaku masih merasa nyeri.
Follow up pasien puskesmas terkait penyakit
Nyeri perut : bagaimana kepatuhan minum obat? apakah masih dirasakan?
Apabila ya, di mana letaknya? Frekuensi nyeri, VAS

Muntah darah : apakah masih ada? Apabila ya, berapa banyak dan berapa
sering? Saat kapan saja muntah darah? Darah keluar bercampur makanan?

Nyeri lutut : sudah berapa lama nyeri lutut? Muncul saat kapan? Faktor
pemberat? Faktor pereda? Sudah diberi terapi apa? Respon terapi?

Apakah ada keluhan lain yang dirasakan sekarang?

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
PF terkait nyeri lutut
● IMT pasien
● Krepitasi
● Deformitas tulang
● Pembengkakan sendi
● Tanda-tanda inflamasi
● Ruang gerak sendi
● Nyeri saat bergerak
● Nyeri tekan sendi
● Pemeriksaan ligamen

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Pemeriksaan penunjang terkait nyeri lutut
Foto X-Ray genu bilateral, untuk menegakan diagnosis OA dengan melihat:

● Celah sendi yang menyempit


● Osteofit lateral
● Sklerosis tulang subkondral
● Kista subkondral

Dapat juga disingkirkan dd/ RA dan Gout yang menyebabkan nyeri lutut melalui
foto X-ray.

Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
D. Prinsip tatalaksana farmakologi dan non
farmakologi untuk nyeri lutut
Farmakologi : Analgetik : Memberikan OAINS topikal dan Kondroprotektif.
Apabila kondisi moon face sudah menghilang bisa diberikan OAINS dan
gastroprotektif.

Non farmakologi : Edukasi mengenai penyakit dan berat badan, penurunan


aktivitas yang menimbulkan nyeri, latihan lingkup gerak sendi dan otot sekitar
sendi

Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
E. Edukasi terkait pekerjaan pasien
Pasien perlu memahami penyakitnya, dan diingatkan untuk mengontrol berat
badan untuk mengurangi beban pada sendi.

Pengurangan beban pada sendi : menurunkan intensitas aktivitas pekerjaan yang


meningkatkan beban sendi

Aktivitas fisik dan fisioterapi untuk memperbaiki gerak sendi dan penguatan otot

Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
F. Edukasi terkait suntik lutut dan membersihkan
bagian dalam lutut
Injeksi hanya dapat diberikan pada nyeri kategori sedang berat dan tidak dapat
ditangani dengan pengobatan OAINS. Sehingga pada pasien ini harus dilakukan
terapi dengan OAINS+gastroprotektif terlebih dahulu menimbang kondisi moon
face pasien sudah membaik

Arthroscopic debridement untuk menangani nyeri lutut, Dari 3 RCT dengan total
271 pasien didapatkan tidak terlalu signifikan dalam membantu penyembuhan
Osteoarthritis.

Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from:
http://reumatologi.or.id/reurek/ira
Laupattarakasem W, Laopaiboon M, Laupattarakasem P, Sumananont C. Arthroscopic debridement for knee osteoarthritis. 2008.
Referensi
1. Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill;
2008.
2. Giorgi FD.Palmiero M, Esposito I et al.Pathophysiology of GERD. Acta Otorhinolaryngol. Ital 2006.:26: 241-6
3. Enohumah KO, Imarengiaye CO. Pain in Osteoarthritis. African J. of Biomed. Res. 2008: 11: 119-28
4. Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for Diagnosis and Management of GERD. Am J. Gastroenterol. 2013;
108:308-28
5. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Reuks
Gastroesofageal(Gastroesophageal Reux Disease/GERD)di Indonesia; 2013
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
7. Lonser RR, Nieman L, Oldfield EH. Cushing’s disease : pathobiology, diagnosis, and management. J Neurosurg
2017; 127: 404-17
8. Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
9. Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018].
Available from : http://reumatologi.or.id/reurek/ira
10. Laupattarakasem W, Laopaiboon M, Laupattarakasem P, Sumananont C. Arthroscopic debridement for knee
osteoarthritis. 2008.
Pertanyaan
● P1:Moonface: Terkait tatalaksana, harus tappering off tapi jamu tidak tahu
dosisnya. Tetap dengan jamu atau dengan diganti OAINS?
● J1: Ditanyakan dalam anamnesis konsumsi dan frekuensi jamu. Dua pilihan
dari jamu dikurangin frekuensinya(lebih praktis), atau diganti dengan OAINS
oral yang lebih mudah dikontrol setelah mengetahui dosis steroid yang
dikonsumsi pasien.(Lebih rekomended karena susah menentukan dosis
jamu)
● P2:Moonface: salah satu bagian cushing, apakah batasan penetapan
diagnosis moonface dengan cushing syndrome
● J2: Sindrom cushing endogen(gangguan tubuh) dan eksogen(konsumsi luar).
Cushing syndrome memiliki beberapa gejala lain selain moonface yang tidak
ditemukan di pasien.
Pertanyaan
● P4:Apakah obesitas merupakan sebuah entitas yang perlu dipisahkan
sebagai sebuah masalah sendiri?
● J4: Karena penyakit yang lain tidak harus muncul dalam kondisi obesitas.
Dibutuhkan evaluasi apakah dengan penyelesaian masalah lain
(OA,GERD,Cushing) dapat mengatasi obesitas sehingga dipisahkan dalam
daftar masalah.
● P5: Tatalaksana apa yang harus dilakukan terkait rehidrasi, seberapa
agresifkah tatalaksana yang diperlukan?
● J5: Hanya muntah sedikit kemerahan. Ditetapkan status dehidrasi terlebih
dahulu melalui pemeriksaan fisik baru dilakukan rehidrasi terkait status
dehidrasi yang ditemukan.
● P6: Pemberian PPI melalui IV line pada pasien pada kasus apakah
Pertanyaan
● P7: Kenapa tidak dilist OA saja di daftar masalah bukan nyeri lutut
nonspesifik. Dikarenakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
dapat dipastikan OA dibandingkan RA dan Gout
● J7: Masih dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk memastikan OA(salah
satunya dengan foto polos) walaupun secara klinis sudah ditetapkan OA
● P8: Pada pasien dengan GERD, lebih prefer step down atau step up?
● J8: Pada rekomendasi lebih cenderung ke step down setelah penetapan
berdasarkan ppi test. PPI sekarang lebih cost effective sehingga bisa diawal
● P9: Berapa lama yang dibutuhkan untuk mengeksklusikan cushing karena
eksogen.
● J9: Pemberhentian eksogen dievaluasi setiap 2 minggu.
Pertanyaan
● P10: DD esofagitis, ada kemungkinan gangguan di esofagus. Bagaimana kita
membedakan pasien memiliki gangguan di esofagus atau lambung. Apakah
ada cara lain selain endoskopi untuk menyingkirkan dd esofagitis
● J10: Berdasarkan buku ajar direkomendasikan adalah endoskopi. Dapat
melihat anamnesis untuk membedakan tapi kurang kuat untuk menegakkan.
Kalau ada perdarahan/alarming symptom harus endoskopi dan jika tidak
punya maka harus dirujuk.
Sanggahan
● Tatalaksana OA adalah meningkatkan dosis parasetamol sampai 1000 mg,
dan boleh ditambah dengan OAINS topikal. Jangan kembali ke oains oral
karena dapat menyebabkan hematemesis
● Yang sangat beda tatalaksana dalam perdarahan saluran cerna atas adalah
varises dan non-varises
● Jamu di indonesia dapat mengandung steroid atau nsaid sehingga perlu
diawasin konsumsinya

Anda mungkin juga menyukai