Kelompok D
2. Nyeri lutut
a. Nyeri lutut dirasakan ketika menaiki tanjakan dalam sebulan terakhir. Telaah karakteristik nyeri
seperti apa, durasi nyeri, timbul nyeri atau kekakuan pada pagi hari atau tidak. Usia pasien 50
tahun dengan BMI pasien 31.25 , kategori obesitas (BMI > 30).
b. Pemeriksaan fisik : Krepitasi pada lutut
c. DD : osteoarthritis, fraktur, dislokasi sendi
3. Obesitas
4. Moon Face
Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Giorgi FD.Palmiero M, Esposito I et al.Pathophysiology of GERD. Acta Otorhinolaryngol. Ital 2006.:26: 241-6
C. Patofisiologi terjadinya keluhan nyeri lutut
pada pasien
1. Adanya inervasi di osteofit
2. Inflamasi dan kerusakan jaringan lokal, pelepasan Matriks Metalloproteinase.
3. Degenerasi kartilago dan pelepasan marker inflamasi oleh kondrosit→
pelepasan marker inflamasi (TNF, IL, NGF, MMP, dll) → merangsang serat
saraf nyeri
Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Enohumah KO, Imarengiaye CO. Pain in Osteoarthritis. African J. of Biomed. Res. 2008: 11: 119-28
D Diagnosis banding untuk keluhan nyeri lutut
Osteoarthritis
Gout arthritis
Rheumatoid arthritis
E. Penyebab moon face pada pasien dan
patofisiologinya
Jamu mengandung steroid → akan terjadi negative feed back melalui reseptor
glukokortikoid di hipotalamus anterior karena steroid sirkulasi tinggi → supresi
produksi CRH dan ACTH.
Akibat supresi ACTH jangka panjang → atrofi korteks adrenal dan insufisiensi
adrenal sekunder → sekresi kortisol basal menurun
Kortisol basal menurun namun sekresi aldosteron tetap → terjadi retensi cairan
Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
F. Pemeriksaan penunjang
Nyeri ulu hati - GERD Nyeri lutut - Osteoarthritis
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Osteoarthritis
Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill; 2008.
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
3. Obesitas
Tujuan awal : 10% dari BB awal selama 6 bulan terapi, penurunan kalori 300-500
kcal/hari
Lonser RR, Nieman L, Oldfield EH. Cushing’s disease : pathobiology, diagnosis, and management. J Neurosurg 2017; 127: 404-17
Kontrol : pemaparan hasil foto polos sendi yang nyeri, setelah PPI Test selesai
jangka waktu 2 minggu, pemantauan kondisi cushingoid pasien.
Lonser RR, Nieman L, Oldfield EH. Cushing’s disease : pathobiology, diagnosis, and management. J Neurosurg 2017; 127: 404-17
H. Rujukan
1. Pasien curiga GERD dengan alarm symptoms (tanda pucat (anemia),
hematemesis melena, penurunan berat badan), Rujukan untuk
dilakukan endoskopi.
2. Kasus osteoartritis meragukan atau atipikal, dirujuk ke reumatologi
untuk dilakukan artrosentesis diagnosis. Gejala berat segara
reumatologi atau ortopedi.
Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for Diagnosis and Management of GERD. Am J. Gastroenterol. 2013; 108:308-28
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
Data B2
•Pasien tidak pernah kontrol, karena kesibukan berdagang. Tiga bulan kemudian, karena nyeri perut yang
memberat sejak 2 hari terakhir, pasien dibawa keluarga ke IGD rumah sakit tempat Anda sedang
bertugas jaga (pasien tersebut merupakan pasien baru bagi Anda). Nyeri perut terutama di bagian tengah
atas.
•Tiga hari yang lalu pasien minum beberapa gelas bir bersama dengan teman-temannya yang sudah lama
tak bertemu. Sejak 2 hari terakhir ini, pasien makan sedikit sekali karena mual dan muntah. Muntah
pasien sedikit kemerahan baru hari ini. Minum masih bisa, walau tidak banyak. Pasien sudah minum sisa
obat dari puskesmas dan obat maag yang diberi di warung, namun tidak ada perubahan.
•Pada PF didapatkan pasien tampak kesakitan VAS 5/10; frekuensi nadi 112x/menit isi cukup; TD 100/70
mmHg; Napas 20x/menit; suhu 36,5oC; terdapat nyeri tekan epigastrium; akral hangat.
Anamnesis
● Nyeri perut
○ Onset, lokasi, durasi, karakteristik (penjalaran), faktor pencetus, faktor pereda, sudah minum
obat apa saja untuk mengatasi nyeri perut?, bagaimana respon terapi?
● Mual & muntah
○ Onset, frekuensi muntah, volume muntah, isi muntah?, faktor pencetus & pereda, apakah
muntah setiap sehabis makan? Apakah muntah disertai dengan darah?
● Keluhan lain yang menyertai : Apakah ada demam? Rasa begah, kembung,
cepat kenyang? Sesak? Dada terasa panas? Perut membesar? Kuning?
Penurunan BB?
● RPD : pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Pernah muntah
berdarah atau BAB berdarah sebelumnya? Hipertensi, DM,
hiperkolesterolemia
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Anamnesis
● RPK : keluarga apakah ada yang mengalami keluhan serupa? DM,
Hipertensi, Hiperkolesterolemia? Ada riwayat keganasan?
● Riwayat sosial : Rokok, konsumsi alkohol
● Apakah ada penggunaan obat2 OAINS?
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum, kesadaran, antropometri (TB & BB)
● Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
● VAS nyeri
● PF kepala : mata (konjungtiva pucat? Sklera ikterik? Pupil?)
● PF toraks : jantung & paru
● PF abdomen :
○ Inspeksi : ada kelainan kulit? Benjolan? Bendungan vena? Bekas operasi? Simetris? Asites?
○ Auskultasi : bising usus, bruit?
○ Palpasi : periksa turgor kulit, palpasi superfisial dan dalam ke 9 regio apakah ada nyeri?
Apakah ada massa? Palpasi hepar, limpa
○ Perkusi : asites
● PF ekstremitas : akral hangat/dingin? CRT? edema?
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Masalah dan Kajian
● Dispepsia
a. Anamnesis : Nyeri perut di tengah atas (nyeri epigastrium) memberat sejak 2 hari SMRS,
mual dan muntah, riwayat minum bir (alkohol) 3 hari yang lalu
b. PF : VAS 5/10, TD 100/70 mmHg, N 112x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 derajat Celcius,
akral hangat
c. Penunjang : -
d. Dx : Gastritis ec konsumsi alkohol dd/ ulkus peptikum, esofagitis
e. Rencana Dx : Anamnesis riwayat OAINS, rencana endoskopi, Tes infeksi H. pylori (urea
breath test, periksa antigen pada feses, atau pemeriksaan serologi IgG)
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Masalah dan Kajian
● Hematemesis
a. Anamnesis : Muntah sedikit kemerahan baru hari ini. Pasien makan sedikit sekali karena mual
dan muntah. Pasie masih bisa minum walaupun sedikit
b. PF : VAS 5/10, TD 100/70 mmHg, N 112x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5 derajat Celcius,
akral hangat
c. Penunjang : -
d. DDx : Susp ulkus peptikum dd/ esofagitis ec riwayat GERD
e. Rencana Dx : Endoskopi, Tes infeksi H. pylori (urea breath test, periksa antigen pada feses,
atau pemeriksaan serologi IgG)
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Masalah dan Kajian
● Intake kurang
a. Anamnesis : Pasien makan sedikit 2 hari SMRS karena mual dan muntah
b. PF : -
c. Penunjang : -
d. DDx : Intake kurang ec Ulkus peptikum
e. Rencana Dx : Tes infeksi H. pylori (urea breath test, periksa antigen pada feses, atau
pemeriksaan serologi IgG), Rencana Endoskopi
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Pemeriksaan Penunjang
1. DPL : melihat apakah ada anemia akibat perdarahan? Apakah ada tanda-
tanda infeksi?
2. Elektrolit : melihat keseimbangan elektrolit
3. Urea Breath Test : untuk mencari apakah ada infeksi H. pylori
4. USG Abdomen : melihat kelainan organ pada abdomen
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Tata laksana pasien saat di IGD
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Prinsip Tata Laksana Nutrisi : IGD & ruang rawat
inap
● Pasien dipuasakan
● Persiapan pemberian nutrisi pasien:
○ Identifikasi status gizi
○ Tentukan masalah nutrisi
○ Kebutuhan nutrisi dan cairan
● Tidak bisa makan → jalur parenteral
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Prinsip Tata Laksana Nutrisi : rawat jalan
● Makanan lunak dan mudah dicerna
● Small frequent feeding
● Hindari:
○ Makanan yang asam, pedas
○ Makanan berlemak
○ Alkohol, soda
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Data B3
•Pasien sudah dipulangkan dari rumah sakit dan setelah kontrol beberapa kali ke
rumah sakit, pasien meminta agar dapat kontrol di Puskesmas terdekat. Saat
kontrol ke Puskesmas, pasien sudah lebih jarang mengeluhkan nyeri perut dan
sudah kembali berdagang bakso keliling, namun ia kembali mengeluhkan nyeri
lututnya. Hal tersebut sangat mengganggu aktivitasnya berdagang. Ia sudah
diberikan paracetamol 3 x 500 mg, tetapi pasien mengaku masih merasa nyeri.
Follow up pasien puskesmas terkait penyakit
Nyeri perut : bagaimana kepatuhan minum obat? apakah masih dirasakan?
Apabila ya, di mana letaknya? Frekuensi nyeri, VAS
Muntah darah : apakah masih ada? Apabila ya, berapa banyak dan berapa
sering? Saat kapan saja muntah darah? Darah keluar bercampur makanan?
Nyeri lutut : sudah berapa lama nyeri lutut? Muncul saat kapan? Faktor
pemberat? Faktor pereda? Sudah diberi terapi apa? Respon terapi?
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
PF terkait nyeri lutut
● IMT pasien
● Krepitasi
● Deformitas tulang
● Pembengkakan sendi
● Tanda-tanda inflamasi
● Ruang gerak sendi
● Nyeri saat bergerak
● Nyeri tekan sendi
● Pemeriksaan ligamen
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
Pemeriksaan penunjang terkait nyeri lutut
Foto X-Ray genu bilateral, untuk menegakan diagnosis OA dengan melihat:
Dapat juga disingkirkan dd/ RA dan Gout yang menyebabkan nyeri lutut melalui
foto X-ray.
Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
D. Prinsip tatalaksana farmakologi dan non
farmakologi untuk nyeri lutut
Farmakologi : Analgetik : Memberikan OAINS topikal dan Kondroprotektif.
Apabila kondisi moon face sudah menghilang bisa diberikan OAINS dan
gastroprotektif.
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
E. Edukasi terkait pekerjaan pasien
Pasien perlu memahami penyakitnya, dan diingatkan untuk mengontrol berat
badan untuk mengurangi beban pada sendi.
Aktivitas fisik dan fisioterapi untuk memperbaiki gerak sendi dan penguatan otot
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from :
F. Edukasi terkait suntik lutut dan membersihkan
bagian dalam lutut
Injeksi hanya dapat diberikan pada nyeri kategori sedang berat dan tidak dapat
ditangani dengan pengobatan OAINS. Sehingga pada pasien ini harus dilakukan
terapi dengan OAINS+gastroprotektif terlebih dahulu menimbang kondisi moon
face pasien sudah membaik
Arthroscopic debridement untuk menangani nyeri lutut, Dari 3 RCT dengan total
271 pasien didapatkan tidak terlalu signifikan dalam membantu penyembuhan
Osteoarthritis.
Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018]. Available from:
http://reumatologi.or.id/reurek/ira
Laupattarakasem W, Laopaiboon M, Laupattarakasem P, Sumananont C. Arthroscopic debridement for knee osteoarthritis. 2008.
Referensi
1. Harrison T, Kasper D, Braunwald E, Fauci A. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y: McGraw-Hill;
2008.
2. Giorgi FD.Palmiero M, Esposito I et al.Pathophysiology of GERD. Acta Otorhinolaryngol. Ital 2006.:26: 241-6
3. Enohumah KO, Imarengiaye CO. Pain in Osteoarthritis. African J. of Biomed. Res. 2008: 11: 119-28
4. Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for Diagnosis and Management of GERD. Am J. Gastroenterol. 2013;
108:308-28
5. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Reuks
Gastroesofageal(Gastroesophageal Reux Disease/GERD)di Indonesia; 2013
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
7. Lonser RR, Nieman L, Oldfield EH. Cushing’s disease : pathobiology, diagnosis, and management. J Neurosurg
2017; 127: 404-17
8. Setiati S, dkk, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
9. Perhimpunan reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis [Internet]. 2014 [cited Jan 2018].
Available from : http://reumatologi.or.id/reurek/ira
10. Laupattarakasem W, Laopaiboon M, Laupattarakasem P, Sumananont C. Arthroscopic debridement for knee
osteoarthritis. 2008.
Pertanyaan
● P1:Moonface: Terkait tatalaksana, harus tappering off tapi jamu tidak tahu
dosisnya. Tetap dengan jamu atau dengan diganti OAINS?
● J1: Ditanyakan dalam anamnesis konsumsi dan frekuensi jamu. Dua pilihan
dari jamu dikurangin frekuensinya(lebih praktis), atau diganti dengan OAINS
oral yang lebih mudah dikontrol setelah mengetahui dosis steroid yang
dikonsumsi pasien.(Lebih rekomended karena susah menentukan dosis
jamu)
● P2:Moonface: salah satu bagian cushing, apakah batasan penetapan
diagnosis moonface dengan cushing syndrome
● J2: Sindrom cushing endogen(gangguan tubuh) dan eksogen(konsumsi luar).
Cushing syndrome memiliki beberapa gejala lain selain moonface yang tidak
ditemukan di pasien.
Pertanyaan
● P4:Apakah obesitas merupakan sebuah entitas yang perlu dipisahkan
sebagai sebuah masalah sendiri?
● J4: Karena penyakit yang lain tidak harus muncul dalam kondisi obesitas.
Dibutuhkan evaluasi apakah dengan penyelesaian masalah lain
(OA,GERD,Cushing) dapat mengatasi obesitas sehingga dipisahkan dalam
daftar masalah.
● P5: Tatalaksana apa yang harus dilakukan terkait rehidrasi, seberapa
agresifkah tatalaksana yang diperlukan?
● J5: Hanya muntah sedikit kemerahan. Ditetapkan status dehidrasi terlebih
dahulu melalui pemeriksaan fisik baru dilakukan rehidrasi terkait status
dehidrasi yang ditemukan.
● P6: Pemberian PPI melalui IV line pada pasien pada kasus apakah
Pertanyaan
● P7: Kenapa tidak dilist OA saja di daftar masalah bukan nyeri lutut
nonspesifik. Dikarenakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
dapat dipastikan OA dibandingkan RA dan Gout
● J7: Masih dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk memastikan OA(salah
satunya dengan foto polos) walaupun secara klinis sudah ditetapkan OA
● P8: Pada pasien dengan GERD, lebih prefer step down atau step up?
● J8: Pada rekomendasi lebih cenderung ke step down setelah penetapan
berdasarkan ppi test. PPI sekarang lebih cost effective sehingga bisa diawal
● P9: Berapa lama yang dibutuhkan untuk mengeksklusikan cushing karena
eksogen.
● J9: Pemberhentian eksogen dievaluasi setiap 2 minggu.
Pertanyaan
● P10: DD esofagitis, ada kemungkinan gangguan di esofagus. Bagaimana kita
membedakan pasien memiliki gangguan di esofagus atau lambung. Apakah
ada cara lain selain endoskopi untuk menyingkirkan dd esofagitis
● J10: Berdasarkan buku ajar direkomendasikan adalah endoskopi. Dapat
melihat anamnesis untuk membedakan tapi kurang kuat untuk menegakkan.
Kalau ada perdarahan/alarming symptom harus endoskopi dan jika tidak
punya maka harus dirujuk.
Sanggahan
● Tatalaksana OA adalah meningkatkan dosis parasetamol sampai 1000 mg,
dan boleh ditambah dengan OAINS topikal. Jangan kembali ke oains oral
karena dapat menyebabkan hematemesis
● Yang sangat beda tatalaksana dalam perdarahan saluran cerna atas adalah
varises dan non-varises
● Jamu di indonesia dapat mengandung steroid atau nsaid sehingga perlu
diawasin konsumsinya