Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN KASUS

Penyusun

Julius Candra 2015061103


Vannia Christianto Teng 2015061105
Claudia Vebrianti 2015061107
Olivia Violetta 2015061111
Citra Annabella 2016061129
Clarence Ediana 2016061131
Raymond Sudarma 2016061135
Gisella Tellys 2016061152
Yoan Chou 2016061170

Pembimbing:
dr. Parulian Sandy Noveria, MKK
dr. Yuniar Sukmawati, M.Epid
Identitas pasien
◦ Nama : Tn. H
◦ Usia : 53 tahun
◦ Jenis Kelamin : Laki-laki
◦ Agama : Islam
◦ Pendidikan : SMA
◦ Pekerjaan : Supir
◦ Status Perkawinan : Menikah
◦ Alamat : Tebet
II. Riwayat Psikiatrik
Autoanamnesis (31/5/17)

1991 - 1993
(Usia 28-30
tahun) Mulai
1988 (Usia 25 mengkonsumsi
tahun) Mulai putauw
mengkonsumsi
morfin
1975 (Usia 12
tahun) Mulai
mengkonsumsi
alkohol
1973 (Usia 10
Tahun) Mulai
engkonsumsi
rokok
2012 ( Usia 49
tahun ) Berhenti
mengkonsumsi
2007 (Usia 44 alkohol
tahun)
Melanjutkan
terapi rumatan
2002 ( Usia 39 metadon di
tahun ) Memulai RSKO, berhenti
terapi rumatan menggunakan
metadon di RS putauw
Fatmawati dan
masih
1998 - 2002 ( melanjutkan
Usia 36 tahun ) penggunaan
Mengalami putauw
overdosis
akibat putauw
sebanyak 4
kali
Riwayat Keluarga
◦ Keluarga mendukung pasien terlepas
dari NAPZA
◦ Kakak pasien juga adalah pengguna
NAPZA dan sudah meninggal dunia

Riwayat Kehidupan Seksual


Pasien sudah 3 kali menikah, berpisah
dengan 2 istri pertama.
Riwayat Penyakit
◦ Pemeriksaan Hepatitis B, Hepatitis C tidak
dilakukan
◦ HIV (-)
Riwayat Menggunakan Jarum Suntik
◦ (+)
Riwayat Berhubungan dengan Hukum
◦ (-)
Stressor Psikososial

Masalah dengan:
◦ Keluarga: tidak ada
◦ Teman : tidak ada
◦ Pekerjaan : tidak ada
◦ Keuangan : tidak ada
Riwayat Gangguan Psikiatrik

Skizofrenia - Manik -

Depresi - Halusinasi -

Anxietas - ADHD -

PTSD - Fobia -
Riwayat Penyakit yang
Berhubungan dengan
Penggunaan Zat Psikoaktif
Abses - Hepatitis B - Perdarahan Otak -
Bronkhitis - Hepatitis C - Pneumonia -
Cedera Kepala - HIV/AIDS - Sarkoma -
Endokarditis - Impotensi - Steven Johnson Syndrom -

Fraktur - Kanker Hati - Sepsis -


Gastritis - Kanker Paru - Sifilis -
Gegar Otak - Kencing Nanah - Sirosis Hepatis -
Luka Tusuk - Stroke -
Muntah Darah - TBC Paru -
Riwayat Perkembangan
● Riwayat prenatal dan perinatal : dalam batas
normal
● Riwayat masa kanak awal : dalam batas
normal
● Riwayat masa kanak pertengahan :
●Pasien mulai mengenal dan menggunakan
rokok
● Riwayat masa remaja
●Pasien mulai mengenal dan menggunakan
alkohol
Riwayat Perkembangan
◦ Riwayat pendidikan
●SD 6 tahun tamat
●SMP 3 tahun tamat
●SMA 3 tahun tamat
●Kuliah 3 bulan, mengundurkan diri
◦ Riwayat Pekerjaan
◦ Pasien pernah 2x punya pekerjaan tetap →
dipecat karena ketahuan menggunakan
putaw
Riwayat Perkembangan
◦ Riwayat perkawinan / berpacaran /
berpasangan: tiga kali menikah, berpisah dengan
dua istri pertama.
◦ Riwayat agama / kehidupan beragama : Islam
◦ Aktivitas sosial : tidak ada
◦ Riwayat pelanggaran hukum: tidak ada
◦ Riwayat militer : tidak ada
Situasi Kehidupan Sekarang
◦ Penghasilan : Sendiri
◦ Key person : Istri

◦ Riwayat Psikoseksual : tidak terganggu

◦ Status Keluarga : hidup bersama


dengan istri ketiga dan anaknya yang paling kecil.
Situasi Kehidupan Sekarang
◦ Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
◦ Mimpi : tidak ada
◦ Fantasi : tidak ada
◦ Nilai-nilai : dalam batas normal.

◦ Kepribadian
◦ Persepsi diri dan kehidupan : tidak terganggu
◦ Hubungan interpersonal : tidak terganggu
◦ Fungsi pekerjaan dan sosial : tidak terganggu
Hasil Pemeriksaan psikiatri
Status mental
◦ Deskripsi umum
◦ Penampilan : sesuai usia, cara berpakaian
baik
◦ Perilaku dan aktivitas : tampak tenang
◦ Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, ramah
dan tenang, dapat menjawab pertanyaan dengan
baik

◦ Mood dan afek


◦ Mood : euthym
◦ Afek : luas
◦ Keserasian: serasi
●Pembicaraan
●spontan, lancar, sesuai pertanyaan
●kecepatan bicara : normal
●volume suara : cukup
●artikulasi : jelas

●Gangguan persepsi
●Ilusi, halusinasi, depersonalisasi, derealisasi
(-)
● Pikiran
● Proses pikir
●Produktivitas : cukup
●Kontinuitas : relevan dan koheren
●Hendaya berbahasa: -

● Isi pikiran
●Preokupasi pikiran: -
●Waham :-
●Obsesif kompulsif: -
●Fobia :-
●Ide referensi : -
●Ide bunuh diri :-
◦ Kognisi
◦ Kesiagaan dan taraf kesadaran
◦ Kesadaran neurologis : compos mentis
(GCS:15)
◦ Kesadaran psikiatri : tidak
terganggu

◦ Orientasi
◦ Waktu : tidak terganggu
◦ Tempat : tidak terganggu
◦ Orang : tidak terganggu
◦ Situasi : tidak terganggu
◦ Ingatan: Ingatan jangka panjang, menengah,
pendek, segera: tidak terganggu

◦ Konsentrasi dan perhatian : tidak terganggu

◦ Kemampuan membaca dan menulis: tidak


terganggu

◦ Kemampuan visuospasial : tidak terganggu

◦ Pikiran abstrak : tidak terganggu

◦ Intelegensi dan daya informasi : rata-rata


◦ Pengendalian impuls: tidak ada gangguan

◦ Judgement dan tilikan


◦Judgement : tidak terganggu
◦Tilikan : derajat VI

◦ Daya nilai
◦Normal sosial : tidak terganggu
◦Uji daya nilai : tiak terganggu
◦Penilaian realitas : tidak terganggu

◦ Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya


Riwayat perawatan / pengobatan /
rehabiltasi sebelumnya

◦ Pernah menjalani detoksifikasi :-

◦ Pernah menjalani rawat jalan :-

◦ Pernah menjalani rawat inap :-

◦ Pernah menjalani detoksifikasi cepat :-

◦ Pernah menjalani rehabilitasi :-

◦ Pernah menjalani program rumatan :-


PEMERIKSAAN FISIK
◦ Keadaan umum : Baik, tampak
tenang
◦ Kesadaran : Compos
Mentis
◦ Tekanan darah : 130/80 mmHg
◦ Laju nadi : 80 x/menit
◦ Laju nafas : 18 x/menit
◦ Suhu : 36.7°C
◦ Kepala dan wajah :
◦ Kepala : normocephali, deformitas -
◦ Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil isokor diameter 3mm/3mm, reflex cahaya
langsung dan tidak langsung +/+
◦ Telinga : deformitas -/-, meatus akustikus eksterna
hiperemis -/-, membran timpani intak +/+, sekret -/-
◦ Hidung : deformitas -, perforasi septum nasi -,
hiperemis -/-
◦ Mulut : mukosa bibir basah, lidah atrofi -, tonsil
membesar -, faring hiperemis -
◦ Sistem Respiratorius
◦Inspeksi : bentuk dada normal,
gerak napas simetris kanan – kiri, retraksi
subkostal –/–
◦Palpasi : gerak napas simetris kanan
– kiri, fremitus taktil -/-
◦Perkusi : sonor pada kedua lapang
paru
◦Auskultasi : bunyi napas vesikuler +/+,
ronkhi -/-, wheezing -/-
◦ Sistem Kardiovaskular:
◦ Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
◦ Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
◦ Perkusi :
◦batas atas : ICS III linea parasternalis
sinistra;
◦batas kanan : ICS V linea sternalis
dextra;
◦batas kiri : ICS V linea midklavikularis
sinistra
◦ Auskultasi : bunyi jantung normal, regular,
murmur -, gallop-
◦ Sistem Gastrointestinal:
◦ Inspeksi : tampak datar
◦ Palpasi : supel, nyeri tekan -,
hepar tidak teraba, lien tidak teraba
◦ Perkusi : timpani pada seluruh
kuadran abdomen
◦ Auskultasi : bising usus + 8 x/menit

◦ Ekstremitas
◦ Tattoo -, needle tracker -, kalus
pada jempol -, penebalan telapak
tangan -, bekas luka bakar -.
◦ Status Neurologik GCS: E4 M6 V5
◦ Pemeriksaan Saraf Kranial (I-XII)
◦Saraf Kranial I: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial II: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial III, IV, VI: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial V: BDalam batas normal
◦Saraf Kranial VII: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial VIII: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial IX-X: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial XI: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial XII: Dalam batas normal
◦ Tanda rangsang meningeal: -
◦ Gerakan bola mata: baik
◦ Bentuk pupil: Bulat,isokor,3/3 mm, di tengah
◦ Refleks cahaya: +/+
◦ Pemeriksaan Motorik
◦ Koordinasi : baik
◦ Tonus : normotonus
◦ Biseps : normal +/+
◦ Trisep : normal +/+
◦ Patella : normal +/+
◦ Achilles : normal +/+
◦ Refleks Patologis : tidak ditemukan
◦ Sensibilitas : Dalam batas normal
◦ Sistem saraf vegetatif: dalam batas normal
◦ Fungsi luhur : Dalam batas normal
◦ Gangguan khusus: tidak ditemukan
RESUME
◦ Dari anamnesis didapatkan data laki-laki usia 53
tahun dengan riwayat penggunaan
zat psikoaktif maupun zat aditif lainnya sebagai
berikut:
◦ Opioid : 1988 - 2006
◦ Alkohol : 1975- 2012
◦ Tembakau (rokok) : 1973 – sekarang
◦ Efek:
◦ Positif: tidak ada
◦ Negatif: tidak ada
DIAGNOSIS
◦ Evaluasi Multi Aksial
◦ Axis I: F11.22: kini dalam pengawasan klinis dengan
terapi dan pemeliharan atau dengan pengobatan
zat pengganti (ketergantungan terkendali)
◦ Axis II: Tidak ada diagnosis
◦ Axis III: Tidak ada
◦ Axis IV: Tidak ada
◦ Axis V: GAF 100-91 : gejala tidak ada, berfungsi
maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
Prognosis
◦ Quo ad vitam : bonam
◦ Quo ad functionam : bonam
◦ Quo ad sanationam : dubia ad
bonam
Terapi
◦ Non – Farmakologis
◦ Psikoterapi
◦ Memberikan motivasi kepada pasien agar lebih
dapat berfokus pada karir dan keluarga
◦ Memberikan anjuran untuk menekuni hobi yang
dapat mencegah pasien kembali
menggunakan NAPZA
◦ Memberikan keyakinan bahwa suatu hari pasien
akan dapat mengatasi gejala yang tersisa
◦ Farmakologis :
◦ Saran stop metadon
Follow Up
◦ Pemantauan terhadap keluhan dan keadaan
fisik pasien.
◦ Pemantauan terhadap efek samping
pengobatan.
TINJAUAN
PUSTAKA
OPIOID
Morfin (1)

Prototipe
analgesik Tidak berbau Pahit
kuat

Cara
konsumsi :
injeksi IV,
Kristal putih
inhalasi, oral,
dicampur
dalam rokok
Morfin (2)
Morfin

HPA Meningkatk
Menghamba
t produksi
hormon
an ADH
aksis gonadotropi
n

Efek Volume urin


berkurang
Gangguan
menstruasi
Impotensi
Morfin (3)
Santai,
depresi
Anggota
menghila
badan
ng
berat
sementar
a Mengantu
Badan k,
terasa tertidur,
hangat bermimpi
indah

PF :
Penggu pinpoint
Mulut
kering na pupil,
tensi dan
morfin HR turun
Morfin (4)
Overdosis Putus zat

Tidak sadar Nyeri di seluruh tubuh

Sianosis Berkeringat, lakrimasi , rinore

Pernapasan lambat Yawning

Edema paru dan otak Mual, muntah, sakit perut, diare

Hipotermia Gelisah, tidak bisa tidur

PF : Suhu badan menurun, midirasis PF : TD naik, HR naik, suhu badan naik,


pupil midirasis pupil, piloereksi
Morfin (5)

Deteksi morfin
Urin : 2 – 5 Feses : 24 jam
hari setelah setelah
penggunaan penggunaan
terakhir terakhir
Kriteria diagnosis Intoksikasi
Opioid Menurut DSM-5
1. Terdapat bukti bahwa ada penggunaan opioid dalam waktu
terakhir
2. Terdapat perubahan tingkah laku dan psikologis yang
mengganggu yang terjadi segera atau dalam waktu dekat
setelah menggunakan opioid
3. Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil jika terjadi anoksia otak
akibat overdosis), ditambah salah satu dari ciri di bawah ini,
terjadi segera atau dalam waktu dekat setelah
menggunakan opioid:
◦koma atau mengantuk
◦pembiacaraan kacau
◦gangguan pemusatan perhatian dan memori
4. Tanda dan gejala tidak disebabkan oleh penyakit lain tidak
dijelaskan dengan lebih baik dengan gangguan mental
lainnya, termasuk intoksikasi zat lain.
Kriteria diagnosis Gejala Putus
Zat Opioid Menurut DSM-5
A. Terdapat salah satu dari:
1. Pemberhentian atau pengurangan penggunaan opioid
setelah menggunakan opioid dalam jumlah yang besar dan
lama (beberapa minggu atau lebih lama lagi)
2. Pemberian antagonis opioid setelah penggunaan opioid
B. Tiga atau lebih gejala di bawah ini terjadi dalam beberapa
menit sampai beberapa hari setelah kriteria A:
◦Mood disforik
◦Mual atau muntah
◦Nyeri otot
◦Lakrimasi atau rinore
Kriteria diagnosis Gejala Putus
Zat Opioid Menurut DSM-5
◦Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
◦Diare
◦Menguap terus menerus
◦Demam
◦Insomnia
C. Tanda dan gejala pada kriteria B menyebabkan gangguan
pada pekerjaan, bersosial, dan gangguan fungsi lainnya.
D. Tanda dan gejala tidak disebabkan oleh penyakit lain tidak
dijelaskan dengan lebih baik dengan gangguan mental lainnya,
termasuk intoksikasi atau gelaja putus zat lain.
Heroin
• Opioida semisintetik bentuk bubuk putih pahit
• Kadang ada yang dicampur sehingga berubah
warna (kakao, gula merah, gula, tepung jagung,
susu bubuk, kinin, lidokain, prokain, tawas)
• Analgesik, kantuk, euforia
• Menembus blood-brain-barrier lebih baik
dibanding morfin
• Masih bisa ditemukan di urin setelah 1-2 hari
pemakaian
• Fatal dose: 200 mg
• Cara pemakaian:
– Intravena → paling sering karena efek euforia
yang lebih
– Disedot melalui hidung
– Diisap seperti rokok
• Komplikasi
– Bahan pencampur
• Vitamin C, asam cuka, asam sitrat
– Cara menggunakan
• Disedot → penyakit jamur pada paru
• Injeksi tidak steril → abses, sepsis, endokarditis,
hepatitis B atau C, HIV/AIDS
– Pola hidup
• Kebersihan → penyakit kulit atau gigi
• Makanan → anemia, malnutrisi, tuberkulosis, efusi
pleura
• PSK → infeksi menular seksual
ALKOHOL
Alkohol (1)
Senyawa organik yang memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon

Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90


menit setelah tegukan terakhir.
Patofisiologi
• Alkohol merangsang berbagai reseptor GABA
• Menaikkan kadar serotonin dan dopamin
• Menghambat berbagai reseptor glutamat
Alkohol (2)
Intoksikasi Putus zat
• Bicara tidak jelas – Hiperaktivitas otonom
• Inkoordinasi
• Postur tubuh tidak stabil – Tremor tangan
• Nistagmus – Insomnia
• Gangguan perhatian – Mual - muntah
atau memori
• Stupor atau koma – Halusinasi - ilusi
– Agitasi psikomotor
– Anxietas
– Kejang umum tonik-klonik
Kriteria diagnostik intoksikasi
alkohol menurut DSM V
A. Riwayat menggunakan alkohol
B. Perubahan perilaku dan psikologis yang bermakna secara
klinis yang terjadi setelah mengkonsumsi alkohol (perilaku
seksual yang tidak pantas atau agresif, perubahan mood,
gangguan penilaian)
C. Gejala tersebut (minimal satu) meliputi:
◦Bicara tidak jelas
◦Inkoordinasi
◦Postur tubuh tidak stabil
◦Nistagmus
◦Gangguan perhatian atau memori
◦Stupor atau koma
Kriteria diagnostik intoksikasi
alkohol menurut DSM V
D. Tanda dan gejala tidak berkaitan dengan kondisi medis
lainnya dan tidak daapt dijelaskan dengan baik sebagai
gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi zat lainnya.
Alkohol (3)
Tatalaksana intoksikasi alkohol :
◦ Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%
◦ Koma :
◦ Posisi face down untuk cegah aspirasi
◦ Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
◦ Injeksi Tiamine 100 mg i.v profilaksis Wernicke Encephalopathy.
Alkohol (4)
Problem Perilaku (gaduh/gelisah):
◦ Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
◦ Terapis toleran, tidak membuat pasien takut atau terancam
◦ Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan
◦ Sedatif dosis rendah: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol 5 mg
(PO/IM)
TEMBAKAU (ROKOK)
Definisi & Epidemiologi
• Tembakau → tumbuhan dari genus Nicotiana yang
mengandung nikotin.
• Cara penggunaan → dibakar dan dihisap dalam
bentuk rokok, cerutu, dikunyah, ataupun dihirup
memlalui hidung.
• Angka kejadian perokok di dunia → 47% dari
keseluruhan populasi dengan rata-rata usia ≥20
tahun
• Indonesia → ketiga terbesar (4,8%)
Nikotin
= 1,1 mg nikotin.

• Selain melalui Paru dan Selaput Lendir Mulut,


Saluran Cerna, dan Permukaan Kulit.
• 80-90% nikotin dimetabolisme di hati, paru, dan
ginjal dengan waktu paruh mendekati dua jam.

• Enzim ↑ = Metabolisme ↑ Teofilin


Warfarin, Benzodiaze
Kafein, pin,
Propanolol, Opoid,
Beberapa Nifedipin,
jenis obat Atenolol
antidepresi,
Cara Kerja
• 10-40mg/hari → dapat efek nikotin

Sirkulasi
Vena
Rokok Paru Otak nAChRs
Pulmonal
is

norepinephrine,
acetylcholine, ↑neurotrans
Gejala mitter
↓MAOA serotonin, γ-
Nikotn + aminobutyric
& MAOB acid (GABA), (terutama
Addict glutamate, dan dopamin)
endorphin
Sign & Symptoms
Meningkatkan Penggunaanjangka pendek → meningkatkan aliran darah
kewaspadaan, koroner, denyut jantung, tekanan darah, stroke volume
Mengurangi stres, dan cardiac output yang bersifat sementara
Meningkatkan daya
ingat jangka
pendek, Penggunaan jangka panjang → menurunkan aliran darah
Reaksi menurun, koroner, meningkatkan aliran darah ke otot,
vasokonstriksi sistemik, dan sirkulasi asm lemak bebas,
Mengurangi rasa
laktat, dan gliserol.
lapar (disertai
penurunan berat
badan), Gejala Fisik → batuk, nafas berbunyi, produksi sputum
Meningkatkan meningkat, dan tremor
perhatian.
Intoksikasi Nikotin
Gangguan perlaku ( setidaknya harus ada Tanda (Sign; setidaknya harus ada satu)
satu)
Insomnia Mual dan muntah

Mimpi buruk Berkeringat

Mood labil Takikardia

Derealisasi Aritmia

Gangguan fungsi personal


Withdrawal Nikotin
◦ Pada gejala putus zat nikotin dapat ditemukan
gejala berupa :
◦ Perubahan mood menjadi pemarah
◦ Ansietas
◦ Susah berkonsentrasi
◦ Peningkatan nafsu makan
◦ Mood depresif
◦ Kesusahan dalam memulai tidur
◦ Biasanya gangguan ini akan berlangsung selama
dua atau tiga minggu.
Kriteria yang digunakan untuk
menentukan keadaan putus
tembakau menurut DSM-5
A. Penggunaan sehari-hari tembakau selama minimal beberapa
minggu.
B. Penghentian seketika penggunaan tembakau atau
pengurangan jumlah tembakau yang dikonsumsi. Diikuti
selama 24 jam dalam jam dengan tanda dan gejala
dibawah ini:
◦Iritabel, frustasi atau marah.
◦Cemas.
◦Kesulitan berkonsentrasi.
◦Nafsu makan meningkat.
◦Gelisah.
◦Depresi.
◦Insomnia.
Kriteria yang digunakan untuk
menentukan keadaan putus
tembakau menurut DSM-5
C. Tanda dan gejala dalam kriteria B menyebabkan secara
signifikan gangguan dalam sosial, okupasional atau fungsi
penting lainnya.
D. Tanda atau gejala bukan disebabkan oleh kondisi medis lain
dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya
termasuk intoksikasi atau gejala putus zat dari substansi lainnya.
Komplikasi
Tatalaksana
• Konseling guna memotivasi
pasien untuk berhenti
merokok.
• Terapi intoksikasi →
simtomatik. Mempercepat
ekskresi nikotin → ammonium
klorida 500 mg per oral setiap
3-4 jam.
• Terapi gejala putus zat →
simtomatik seperti analgetik
untuk mengatasi rasa nyeri dan
antiansietas untuk mengatasi
kegelisahan dan iritabilitas.
• Nicotine-replacement Therapy.
Methadone
Pengertian Metadon
• Metadon atau dolofin adalah opioida
sintetik yang mempunyai masa kerja lebih
lama daripada morfin dan lebih efektif
pada penggunaan secara oral daripada
morfin.
• Metadon banyak digunakan untuk
detoksifikasi ketergantungan morfin atau
heroin.
• Efek metadon mirip dengan morfin atau
opioid lainnya.
Interaksi Zat
Agonis Antagonis
• Amitripilin • Rimfapisin
• Simetidin • Fenitoin
• Flukonasol • antagonis opioida
• Fluvoksamin • Barbiturate
• alkohol • Karbamazepine
• Esterogen
• Spironolakton
• verapamil
Kriteria Penerima PTRM
Alur layanan PTRM
Dosis Metadon
Dosis awal
20-30 mg u/ 3
hari

dosis hingga
mencapai
dosis rumatan
(rata-rata 60-120mg)

Dosis diturunkan
Dosis dinaikkan
Dosis (maks.10%
(maks.30
dipertahankan setiap
mg/minggu)
2 minggu)
Kriteria
Penurunan
Dosis

Kriteria
Peningkata
n Dosis
Take Home Dose
Pemberian dosis metadon untuk dibawa
pulang bagi pasien yang sudah stabil dan
tidak dapat hadir ke klinik setiap hari untuk
mempermudah pasien, dengan syarat :
◦ Dosis sudah stabil selama minimal 3 bulan, pasien
tidak menunjukkan gejala putus obat
◦ Pasien kooperatif, tidak melakukan kekerasan atau
intimidasi terhadap petugas, keluarga, maupun
orang lain
◦ Pasien memiliki aktifitas rutin
◦ Hasil pemeriksaan urin benzo dan opiat negatif
saat mengajukan permohonan THD
Dosis Terlewat
LAAM
• LAAM (l- alpha acethyl methadol)
yang merupakan metadon dengan
masa kerja yang lama. Waktu paruh
LAAM adalah 72 – 96 jam sehingga
dapat diberikan secara oral setiap
tiga hari dengan dosis 20-30 mg, tetapi
bisa ditingkatkan sampai 100 mg tiga
kali seminggu.
Daftar Pustaka
◦ Kay J, Tasman A. Essentials of psychiatry. 1st ed. West Sussex,
England: Wiley; 2006.
◦ Sadock B, Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadock's
synopsis of psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2015.
◦ Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-
induced disease, and therapeutics. Annual review of
pharmacology and toxicology. 2009 Feb 10;49:57-71.
◦ Zhang MW, Ho RC, Ho CS. Mastering Psychiatry: A Core
Textbook for Undergraduates. Lulu. com; 2013.
◦ Johnson BA, editor. Addiction Medicine: Science and
Practise. 1st ed. New York: Springer Science+Business Media;
2011.
Daftar Pustaka
◦ Joewana S. Gangguan Mental Perilaku akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif Penyalahgunaan NAPZA/ Narkoba – edisi 2.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG; 2005
◦ PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 57 TAHUN 2013
TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN TERAPI RUMATAN
METADON
◦ Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III dan DSM-5. 2nd Ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atma Jaya; 2013

Anda mungkin juga menyukai