Case Rsko Metadon
Case Rsko Metadon
Penyusun
Pembimbing:
dr. Parulian Sandy Noveria, MKK
dr. Yuniar Sukmawati, M.Epid
Identitas pasien
◦ Nama : Tn. H
◦ Usia : 53 tahun
◦ Jenis Kelamin : Laki-laki
◦ Agama : Islam
◦ Pendidikan : SMA
◦ Pekerjaan : Supir
◦ Status Perkawinan : Menikah
◦ Alamat : Tebet
II. Riwayat Psikiatrik
Autoanamnesis (31/5/17)
1991 - 1993
(Usia 28-30
tahun) Mulai
1988 (Usia 25 mengkonsumsi
tahun) Mulai putauw
mengkonsumsi
morfin
1975 (Usia 12
tahun) Mulai
mengkonsumsi
alkohol
1973 (Usia 10
Tahun) Mulai
engkonsumsi
rokok
2012 ( Usia 49
tahun ) Berhenti
mengkonsumsi
2007 (Usia 44 alkohol
tahun)
Melanjutkan
terapi rumatan
2002 ( Usia 39 metadon di
tahun ) Memulai RSKO, berhenti
terapi rumatan menggunakan
metadon di RS putauw
Fatmawati dan
masih
1998 - 2002 ( melanjutkan
Usia 36 tahun ) penggunaan
Mengalami putauw
overdosis
akibat putauw
sebanyak 4
kali
Riwayat Keluarga
◦ Keluarga mendukung pasien terlepas
dari NAPZA
◦ Kakak pasien juga adalah pengguna
NAPZA dan sudah meninggal dunia
Masalah dengan:
◦ Keluarga: tidak ada
◦ Teman : tidak ada
◦ Pekerjaan : tidak ada
◦ Keuangan : tidak ada
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Skizofrenia - Manik -
Depresi - Halusinasi -
Anxietas - ADHD -
PTSD - Fobia -
Riwayat Penyakit yang
Berhubungan dengan
Penggunaan Zat Psikoaktif
Abses - Hepatitis B - Perdarahan Otak -
Bronkhitis - Hepatitis C - Pneumonia -
Cedera Kepala - HIV/AIDS - Sarkoma -
Endokarditis - Impotensi - Steven Johnson Syndrom -
◦ Kepribadian
◦ Persepsi diri dan kehidupan : tidak terganggu
◦ Hubungan interpersonal : tidak terganggu
◦ Fungsi pekerjaan dan sosial : tidak terganggu
Hasil Pemeriksaan psikiatri
Status mental
◦ Deskripsi umum
◦ Penampilan : sesuai usia, cara berpakaian
baik
◦ Perilaku dan aktivitas : tampak tenang
◦ Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, ramah
dan tenang, dapat menjawab pertanyaan dengan
baik
●Gangguan persepsi
●Ilusi, halusinasi, depersonalisasi, derealisasi
(-)
● Pikiran
● Proses pikir
●Produktivitas : cukup
●Kontinuitas : relevan dan koheren
●Hendaya berbahasa: -
● Isi pikiran
●Preokupasi pikiran: -
●Waham :-
●Obsesif kompulsif: -
●Fobia :-
●Ide referensi : -
●Ide bunuh diri :-
◦ Kognisi
◦ Kesiagaan dan taraf kesadaran
◦ Kesadaran neurologis : compos mentis
(GCS:15)
◦ Kesadaran psikiatri : tidak
terganggu
◦ Orientasi
◦ Waktu : tidak terganggu
◦ Tempat : tidak terganggu
◦ Orang : tidak terganggu
◦ Situasi : tidak terganggu
◦ Ingatan: Ingatan jangka panjang, menengah,
pendek, segera: tidak terganggu
◦ Daya nilai
◦Normal sosial : tidak terganggu
◦Uji daya nilai : tiak terganggu
◦Penilaian realitas : tidak terganggu
◦ Ekstremitas
◦ Tattoo -, needle tracker -, kalus
pada jempol -, penebalan telapak
tangan -, bekas luka bakar -.
◦ Status Neurologik GCS: E4 M6 V5
◦ Pemeriksaan Saraf Kranial (I-XII)
◦Saraf Kranial I: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial II: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial III, IV, VI: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial V: BDalam batas normal
◦Saraf Kranial VII: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial VIII: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial IX-X: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial XI: Dalam batas normal
◦Saraf Kranial XII: Dalam batas normal
◦ Tanda rangsang meningeal: -
◦ Gerakan bola mata: baik
◦ Bentuk pupil: Bulat,isokor,3/3 mm, di tengah
◦ Refleks cahaya: +/+
◦ Pemeriksaan Motorik
◦ Koordinasi : baik
◦ Tonus : normotonus
◦ Biseps : normal +/+
◦ Trisep : normal +/+
◦ Patella : normal +/+
◦ Achilles : normal +/+
◦ Refleks Patologis : tidak ditemukan
◦ Sensibilitas : Dalam batas normal
◦ Sistem saraf vegetatif: dalam batas normal
◦ Fungsi luhur : Dalam batas normal
◦ Gangguan khusus: tidak ditemukan
RESUME
◦ Dari anamnesis didapatkan data laki-laki usia 53
tahun dengan riwayat penggunaan
zat psikoaktif maupun zat aditif lainnya sebagai
berikut:
◦ Opioid : 1988 - 2006
◦ Alkohol : 1975- 2012
◦ Tembakau (rokok) : 1973 – sekarang
◦ Efek:
◦ Positif: tidak ada
◦ Negatif: tidak ada
DIAGNOSIS
◦ Evaluasi Multi Aksial
◦ Axis I: F11.22: kini dalam pengawasan klinis dengan
terapi dan pemeliharan atau dengan pengobatan
zat pengganti (ketergantungan terkendali)
◦ Axis II: Tidak ada diagnosis
◦ Axis III: Tidak ada
◦ Axis IV: Tidak ada
◦ Axis V: GAF 100-91 : gejala tidak ada, berfungsi
maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
Prognosis
◦ Quo ad vitam : bonam
◦ Quo ad functionam : bonam
◦ Quo ad sanationam : dubia ad
bonam
Terapi
◦ Non – Farmakologis
◦ Psikoterapi
◦ Memberikan motivasi kepada pasien agar lebih
dapat berfokus pada karir dan keluarga
◦ Memberikan anjuran untuk menekuni hobi yang
dapat mencegah pasien kembali
menggunakan NAPZA
◦ Memberikan keyakinan bahwa suatu hari pasien
akan dapat mengatasi gejala yang tersisa
◦ Farmakologis :
◦ Saran stop metadon
Follow Up
◦ Pemantauan terhadap keluhan dan keadaan
fisik pasien.
◦ Pemantauan terhadap efek samping
pengobatan.
TINJAUAN
PUSTAKA
OPIOID
Morfin (1)
Prototipe
analgesik Tidak berbau Pahit
kuat
Cara
konsumsi :
injeksi IV,
Kristal putih
inhalasi, oral,
dicampur
dalam rokok
Morfin (2)
Morfin
HPA Meningkatk
Menghamba
t produksi
hormon
an ADH
aksis gonadotropi
n
PF :
Penggu pinpoint
Mulut
kering na pupil,
tensi dan
morfin HR turun
Morfin (4)
Overdosis Putus zat
Deteksi morfin
Urin : 2 – 5 Feses : 24 jam
hari setelah setelah
penggunaan penggunaan
terakhir terakhir
Kriteria diagnosis Intoksikasi
Opioid Menurut DSM-5
1. Terdapat bukti bahwa ada penggunaan opioid dalam waktu
terakhir
2. Terdapat perubahan tingkah laku dan psikologis yang
mengganggu yang terjadi segera atau dalam waktu dekat
setelah menggunakan opioid
3. Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil jika terjadi anoksia otak
akibat overdosis), ditambah salah satu dari ciri di bawah ini,
terjadi segera atau dalam waktu dekat setelah
menggunakan opioid:
◦koma atau mengantuk
◦pembiacaraan kacau
◦gangguan pemusatan perhatian dan memori
4. Tanda dan gejala tidak disebabkan oleh penyakit lain tidak
dijelaskan dengan lebih baik dengan gangguan mental
lainnya, termasuk intoksikasi zat lain.
Kriteria diagnosis Gejala Putus
Zat Opioid Menurut DSM-5
A. Terdapat salah satu dari:
1. Pemberhentian atau pengurangan penggunaan opioid
setelah menggunakan opioid dalam jumlah yang besar dan
lama (beberapa minggu atau lebih lama lagi)
2. Pemberian antagonis opioid setelah penggunaan opioid
B. Tiga atau lebih gejala di bawah ini terjadi dalam beberapa
menit sampai beberapa hari setelah kriteria A:
◦Mood disforik
◦Mual atau muntah
◦Nyeri otot
◦Lakrimasi atau rinore
Kriteria diagnosis Gejala Putus
Zat Opioid Menurut DSM-5
◦Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
◦Diare
◦Menguap terus menerus
◦Demam
◦Insomnia
C. Tanda dan gejala pada kriteria B menyebabkan gangguan
pada pekerjaan, bersosial, dan gangguan fungsi lainnya.
D. Tanda dan gejala tidak disebabkan oleh penyakit lain tidak
dijelaskan dengan lebih baik dengan gangguan mental lainnya,
termasuk intoksikasi atau gelaja putus zat lain.
Heroin
• Opioida semisintetik bentuk bubuk putih pahit
• Kadang ada yang dicampur sehingga berubah
warna (kakao, gula merah, gula, tepung jagung,
susu bubuk, kinin, lidokain, prokain, tawas)
• Analgesik, kantuk, euforia
• Menembus blood-brain-barrier lebih baik
dibanding morfin
• Masih bisa ditemukan di urin setelah 1-2 hari
pemakaian
• Fatal dose: 200 mg
• Cara pemakaian:
– Intravena → paling sering karena efek euforia
yang lebih
– Disedot melalui hidung
– Diisap seperti rokok
• Komplikasi
– Bahan pencampur
• Vitamin C, asam cuka, asam sitrat
– Cara menggunakan
• Disedot → penyakit jamur pada paru
• Injeksi tidak steril → abses, sepsis, endokarditis,
hepatitis B atau C, HIV/AIDS
– Pola hidup
• Kebersihan → penyakit kulit atau gigi
• Makanan → anemia, malnutrisi, tuberkulosis, efusi
pleura
• PSK → infeksi menular seksual
ALKOHOL
Alkohol (1)
Senyawa organik yang memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon
Sirkulasi
Vena
Rokok Paru Otak nAChRs
Pulmonal
is
norepinephrine,
acetylcholine, ↑neurotrans
Gejala mitter
↓MAOA serotonin, γ-
Nikotn + aminobutyric
& MAOB acid (GABA), (terutama
Addict glutamate, dan dopamin)
endorphin
Sign & Symptoms
Meningkatkan Penggunaanjangka pendek → meningkatkan aliran darah
kewaspadaan, koroner, denyut jantung, tekanan darah, stroke volume
Mengurangi stres, dan cardiac output yang bersifat sementara
Meningkatkan daya
ingat jangka
pendek, Penggunaan jangka panjang → menurunkan aliran darah
Reaksi menurun, koroner, meningkatkan aliran darah ke otot,
vasokonstriksi sistemik, dan sirkulasi asm lemak bebas,
Mengurangi rasa
laktat, dan gliserol.
lapar (disertai
penurunan berat
badan), Gejala Fisik → batuk, nafas berbunyi, produksi sputum
Meningkatkan meningkat, dan tremor
perhatian.
Intoksikasi Nikotin
Gangguan perlaku ( setidaknya harus ada Tanda (Sign; setidaknya harus ada satu)
satu)
Insomnia Mual dan muntah
Derealisasi Aritmia
dosis hingga
mencapai
dosis rumatan
(rata-rata 60-120mg)
Dosis diturunkan
Dosis dinaikkan
Dosis (maks.10%
(maks.30
dipertahankan setiap
mg/minggu)
2 minggu)
Kriteria
Penurunan
Dosis
Kriteria
Peningkata
n Dosis
Take Home Dose
Pemberian dosis metadon untuk dibawa
pulang bagi pasien yang sudah stabil dan
tidak dapat hadir ke klinik setiap hari untuk
mempermudah pasien, dengan syarat :
◦ Dosis sudah stabil selama minimal 3 bulan, pasien
tidak menunjukkan gejala putus obat
◦ Pasien kooperatif, tidak melakukan kekerasan atau
intimidasi terhadap petugas, keluarga, maupun
orang lain
◦ Pasien memiliki aktifitas rutin
◦ Hasil pemeriksaan urin benzo dan opiat negatif
saat mengajukan permohonan THD
Dosis Terlewat
LAAM
• LAAM (l- alpha acethyl methadol)
yang merupakan metadon dengan
masa kerja yang lama. Waktu paruh
LAAM adalah 72 – 96 jam sehingga
dapat diberikan secara oral setiap
tiga hari dengan dosis 20-30 mg, tetapi
bisa ditingkatkan sampai 100 mg tiga
kali seminggu.
Daftar Pustaka
◦ Kay J, Tasman A. Essentials of psychiatry. 1st ed. West Sussex,
England: Wiley; 2006.
◦ Sadock B, Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadock's
synopsis of psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2015.
◦ Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-
induced disease, and therapeutics. Annual review of
pharmacology and toxicology. 2009 Feb 10;49:57-71.
◦ Zhang MW, Ho RC, Ho CS. Mastering Psychiatry: A Core
Textbook for Undergraduates. Lulu. com; 2013.
◦ Johnson BA, editor. Addiction Medicine: Science and
Practise. 1st ed. New York: Springer Science+Business Media;
2011.
Daftar Pustaka
◦ Joewana S. Gangguan Mental Perilaku akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif Penyalahgunaan NAPZA/ Narkoba – edisi 2.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG; 2005
◦ PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 57 TAHUN 2013
TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN TERAPI RUMATAN
METADON
◦ Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III dan DSM-5. 2nd Ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atma Jaya; 2013