Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN PERENCAAAN :

(ROBBIN DAN COULTER 2002)


Sebagai suatu proses yang dimulai dari penetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan
organisasi secara menyeluruh, serta merumuskan sistem
yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga
tercapainya tujuan organisasi.
FUNGSI PERENCANAAN
1. Sebagai arahan
2. Meminimalkan dampak dari perubahan
3. Meminimalkan pemborosan dan kesia-siaan
4. Menetapkan standar dalam pengawasan
kualitas

PERSYARATAN PERENCANAAN YANG BAIK


1. Faktual (Realistis)
2. Logis dan rasional
3. Komprehensif
PERENCANAAN STRATEGIS (3-5 Th)
(Griffin 2000):
Sebagai rencana komprehensif untuk
mencapai tujuan organisasi

MODEL PERENCANAAN
1. TOP DOWN
2. BOTTOM UP
3. KOMBINASI
KONSEP WILAYAH
• Wilayah adalah suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria
tertentu dan bagian-bagiannya tergntung secara internal
• Wilayah bukan merupakan suatu wilayah tunggal dan tertutup.
tetapi merupakan suatu kesatuan wilayah yang berinteraksi
antara suatu wilayah dengan wilayah lain.
• Pembangunan wilayah yang ideal adalah terjadinya interaksi
wilayah yang sinergis dan saling memperkuat, sehingga nilai
tambah yang diperoleh dari adanya interaksi tersebut dapat
terbagi secara adil dan proporsional sesuai dengan peran dan
potensi sumberdaya yang dimiliki masing masing wilayah.
• Suatu wilayah akan berkembang dengan berhubungan dengan
wilayah lain, sehingga aksesibilitas suatu wilayah sangat
menentukan kecepatan perkembangan wilayah tersebut.
Ketimpangan pembangunan antar wilayah
secara alamiah terjadi bisa disebabkan oleh
2 faktor penentu yaitu :
1. Aspek kepemilikan sumberdaya a!am
2. Aspek geografis,

Selain itu, ketimpangan pembangunan antar


wilayah juga dapat terjadi karena faktor
penentu non-alamiah, yakni akibat
perbedaan:
1. Sumber Daya Manusia (SDM) dan
2. Sumber Daya Sosial (SDS).
KONSEP WILAYAH
Wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis:
1. Wilayah Homogen:
Wilayah yang dipandang dari suatu aspek /kriteria mempunyai sifat-sifat yang
relatif sama.
Contoh: Pantai Utara Jawa Barat
2. Wilayah Nodal
Wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat/inti
dan daerah belakangnya (hinterland)
Contoh: DKI dengan Botabek-nya
3. Wilayah Administratif
Wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan
administrasi pemerintahan atau politik.
Contoh: Provinsi, Kabupaten, Kecamatan.
4. Wilayah Perencanaan
Wilayah yang memperlihatkan koherensi (kesatuan) keputusan-keputusan
ekonomi
Contoh: Barelang (Batam, Rempang, dan Galang), DAS Ciliwung
Rondinelli (1985) menyatakan 2 konsep
pengembangan kawasan regional,
yakni:
1. Konsep kutub pertumbuhan
(growth pole),
2. Konsep Integrasi fungsional
spasial,
KONSEP GROWTH POLE
 Konsep growth pole sangat menekankan investasi masih pada industri
industri padat modal di pusat-pusat urban utama.
 Dengan berkembangnya kutub pertumbuhan ini, diharap dapat
menstimulasi dan menciptakan penyebaran pertumbuhan (spread effect)
sehingga berdampak pada pembangunan ekonomi wilayah yang lebih luas.
 Kutub pertumbuhan akan berperan sebagai mesin pembangunan (engine
of development).
 Perkembangannya di beberapa negara berkembang, kebijakan growth pole
mengalami kegagalan.
 Kutub-kutub pertumbuhan tidak menjadi pendorong utama (prime mover)
pertumbuhan ekonomi wilayahnya, namun berkembang menjadi “enclave”
dari sektor ekonomi modern yang telah “menguras”, menyerap dan
mengalirkan bahan mentah, modal, tenaga kerja dan bakat bakat
entrepreneur dari perdesaan di sekelilingnya.

”capital drain and brain drain”


KONSEP INTEGRASI FUNGSIONAL
SPASIAL,
 Merupakan pendekatan dengan mengembangkan
sistem pertumbuhan dengan berbagai ukuran dan
karakteristik fungsional secara terpadu.
 Sistem ini diharapkan dapat lebih mampu memfasilitasi
dan memberikan pelayanan regional yang jauh lebih
luas.
BERDASARKAN KONSEP INTEGRASI
FUNGSIONAL SPASIAL:
 Sebaiknya stimulan pengembangan regional di negara-
negara berkembang dimulai dari pendekatan pertanian
terlebih dahulu, bukan dari pengembangan industrinya.
 Kawasan perdesaan harus didorong menjadi kawasan
yang tidak hanya menghasilkan bahan primer, tetapi juga
mampu menghasilkan bahan-bahan olahan atau industri
hasil pertanian.
 Memberikan jaminan bahwa proses penciptaan nilai
tambah di tingkat perdesaan dilakukan oleh masyarakat
sendiri atau pelaku lokal.
Pembangunan yang berimbang secara spasial
menjadi penting karena dalam skala makro
hal ini menjadi prasyarat bagi tumbuhnya
perekonomian nasional yang lebih efisien,
berkeadilan dan berkelanjutan.

Proses interaksi antara wilayah perdesaan


dengan wilayah perkotaan ke depan harus
dalam konteks pembangunan inter-regional
berimbang, dimana terjadi proses pembagian
nilai tambah yang seimbang dan proporsional
antara keduanya.
PERENCANAAN KAWASAN REGIONAL
 Pembangunan atau pengembangan kawasan regional yang
berimbang merupakan sebuah pertumbuhan yang merata
dari wilayah yang berbeda untuk meningkatkan
pengembangan kapabilitas dan kebutuhan mereka (Murty,
2000).
 Hal ini tidak selalu berarti bahwa semua wilayah harus
mempunyai perkembangan yang sama, atau mempunyai
tingkat industrialisasi yang sama. atau mempunyai pola
ekonomi yang sama, atau mempunyai kebutuhan
pembangunan yang sama.

“Pertumbuhan yang seoptimal mungkin dari potensi yang


dimiliki oleh suatu wilayah sesuai dengan kapasitasnya”.
PEOPLE IS POOR,
BECAUSE OF POOR POLICY
Baiquni

Anda mungkin juga menyukai