Anda di halaman 1dari 9

ALAT-ALAT PERLENGKAPAN

TATA USAHA NEGARA


ALAT-ALAT PERLENGKAPAN
TATA USAHA NEGARA

Pejabat Negara
Istilah pejabat negara, sekalipun diatur dalam
Undang-undang No.43 Tahun 1999 tentang
perubahaan Undang-undang No. 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian, namun pejabat
negara tidak dipandang sebagai pegawai negeri
(Sastra Djatmika dan Marsono, 1995). Dalam pasal
11 UU No. 43 Tahun 1999 tersebut dinyatakan
bahwa seorang pegawai negeri yang diangkat
menjadi pejabat negara dibebaskan untuk
sementara waktu dari jabatan oragniknya selama
menjadi pejabat negara tanpa kehilangan statusnya
sebagai pegawai negeri.
Selanjutnya dalam penjelasan pasal 11 UU tersebut dinyatakan bahwa
yang dimaksud pejabat negara adalah:

• Presiden dan Wakil Presiden


• Ketua, wakil ketua, dan anggota MPR
• Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR
• Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan hakim agung Mahkamah
Agung, serta ketua dan wakil ketua, dan hakim pada semua
peradilan
• Ketua, wakil ketua dan anggota BPK
• Menteri dan jabatan setingkat menteri
• Duta besar
• Gubernur dan wakil gubernur
• Bupati, walikota beserta wakilnya
• Pejabat lainnya yang ditentukan UU
Pegawai Negeri
Undang-undang Kepegawaian menyatakan bahwa
yang dimaksud pegawai negeri (ambtenaar) adalah
mereka yang setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam perundang-undangan yang
berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau
diserahi tugas yang lainnya yang ditetapkan
berdasarkan sesuatu peraturan perundang-
undangan dan digaji menurut perundang-undangan
yang berlaku. (Lihat hukum kepegawaian pada
uraian berikutnya).
Hakim
• lingkungan peradilan yang melaksanakan tugas kekuasaan
kehakiman. Hakim adalah pejabat judiciil dari kekuasaan
kehakiman dan karena itu jabatan hakim bukan jabatan di
bidang eksekutif. Hal ini sesuai dengan pasal 24 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman
menurut undang-undang. Penjelasan pasal 24 UUD 1945
menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang
merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
• Kedudukan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim
Mahkamah Agung menurut UU No. 45 Tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian adalah pejabat negara. Begitu juga
dengan Hakim pada pengadilan negeri dan pengadilan tinggi.
Pegawai Badan Usaha Milik Negara
• Pada waktu masih berlaku UU No. 18 Tahun 1961 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian, pegawai perusahaan
negara (PN) termasuk pegawai negeri sipil meskipun
kedudukannya tempat tersendiri, namun pokok-pokok atau
aturannya adalah sama (Sastra Djatmika, 1995).
• Berdasarkan Intruksi Presiden No. 17 Tahun 1967 dan
diberlakukannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 1 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk usaha negara
(yang kemudian menjadi UU No. 9 Tahun 1969), maka
perusahaan negara (PN) terbagi dalam tiga beberapa bentuk,
antara lain :
1. Perusahaan jawatan
2. Perusahaan umum
3. Perusahaan perseroaan. (Sastra Djatmika dan Marsono, 1995)
Pemerintahan Daerah
Kebijakan otonomi daerah di era reformasi dapat disebutkan
bermula dari lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. Kemudian undang-undang
tersebut direvisi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Sedangkan dalam Pasal 3 lebih lanjut dijelaskan bahwa
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 adalah:
1. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri alas pemerintah
daerah provinsi dan DPRD provinsi;
2. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas
pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.
1. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Selain konsep otonomi daerah, terdapat pula
konsep daerah otonom. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesi
2. Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan
daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. yang termasuk Pemerintah
Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Selain
pemerintah daerah, terdapat pula Dewan Perwakilan Daerah
(DPRD). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
Adapun Pembagian Urusan Pemerintahan dalam UU No.32 Tahun 2004
dijelaskan dalam (Pasal 10) yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan
menjadi urusan Pemerintah.
2. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkanasas
otonomi dan tugas pembantuan.
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan
pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat
menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa.
Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah dapat:
▫ menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;
▫ melimpahkan sebagian urusan. pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah;
atau
3. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan.

Anda mungkin juga menyukai