Anda di halaman 1dari 12

HIDROLOGI

VADIA ANAYA: 4062018240


BIINA NITAMI: 4062018246
MUHAMMAD REZA: 4062018245
INTENSITAS HUJAN
Intensitas Hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu
tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah
horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun
evaporasi.Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan
jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu. Jumlah
curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di permukaan bidang datar
dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).Curah
hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode
tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan
horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Pengertian curah hujan dapat juga dikatakan sebagai air hujan yang
memiliki ketinggian tertentu yang terkumpul dalam suatu penakar hujan, tidak
meresap, tidak mengalir, dan tidak menyerap (tidak terjadi kebocoran). Tinggi air
yang jatuh ini biasanya dinyatakan dengan satuan milimeter. Curah hujan dalam 1
(satu) millimeter artinya dalam luasan satu meter persegi, tempat yang datar dapat
menampung air hujan setinggi satu mm atau sebanyak satu liter.
KLASIFIKASI
Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi
empat yaitu:Gerimis atau drizzle merupakan presipitasi hujan dengan jumlah
sedikit bahkan bisa disebut ringan yang umumnya memiliki diameter kurang dari
0.5 mm. Gerimis disebabkan oleh awan stratus kecil dan awan stratocumulus.Hujan
salju atau snow merupakan hujan dari kristal-kristal kecil air yang menjadi es dan
memiliki temperatur di bawah titik beku.Hujan batu es merupakan batu es yang
turun dari awan yang memiliki temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi
pada cuaca panas.Hujan deras atau rain merupakan curahan air yang memiliki
butiran kurang lebih 7 milimeter dan berasal dari awan yang memiliki temperatur
di atas 0°.3. Pengukuran Curah HujanPenakar hujan merupakan alat pengukur
jumlah curah hujan yang turun ke atas permukaan tanah per satuan luas. Penakar
hujan yang umumnya digunakan bernama ombrometer.
Prinsip alat ini adalah mengukur tinggi jumlah air yang masuk ke alat tersebut.
Sebagai contoh: Di satu lokasi pengamatan memiliki curah hujan 20 mm, artinya
lokasi tersebut digenangi oleh air hujan setinggi 20 mm (millimeter).Berdasarkan
mekanismenya, ombrometer dibedakan menjadi dua yaitu ombrometer manual dan
ombrometer otomatis (perekam).
Ombrometer Manual
Alat penakar hujan manual biasanya berupa ember atau suatu tempat
yang sudah diketahui diameternya. Pengukuran hujan secara manual dilakukan
dengan mengukur volume air hujan yang ditampung dalam tempat
penampungan, volume air hujan diukur secara periodik dengan interval waktu
tertentu. Dengan cara tersebut didapatkan data curah hujan dengan periode
waktu tertentu. Ombrometer manual terdiri dari dua jenis, yaitu:
[23:43, 9/15/2019] Muhammad Reza: 3.1.1 Penakar Hujan Ombrometer
BiasaAlat ini masih sangat sederhana yang terbuat dari plat seng dengan tinggi
60 cm. Ada juga yang terbuat dari pipa paralon dengan tinggi 100 cm. Prinsip
kerja ombrometer jenis ini yaitu pembagian volume air hujan yang ditampung
dengan luas mulut penakar.Parameter yang harus dihitung yaitu luas mulut
penakar serta volume air hujan yang tertampung dalam penampung. Alat ini
biasa diletakkan di ketinggian 120-150 cm, namun alat ini belum bisa
melakukan pencatatan secara otomatis
.Penakar Hujan Ombrometer Observatorium
Penakar hujan tipe observatorium merupakan salah satu alat penakar
hujan manual, pengukurannya menggunakan gelas ukur untuk mengukur hujan.
Penakar hujan ini merupakan penakar hujan standar di Indonesia…[23:43,
9/15/2019] Muhammad Reza: Automatic Weather Station terdiri dari sensor-
sensor yang memiliki fungsi berbeda-beda. Pemilihan sensor yang digunakan
disesuaikan dengan data apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna. Alat ini dapat
digunakan pada kondisi ekstrem seperti kemarau dan badai.Fungsi Automatic
Weather Station adalah untuk merekam serta memantau perubahan cuaca secara
otomatis dan real-time. Hasil dari pemantauan AWS ini dapat dilihat dalam bentuk
grafik. Selain itu, beberapa AWS mempunyai ceilometer yang digunakan untuk
mengukur ketinggian pada awan
Data normal curah hujan bulanan merupakan nilai curah hujan rata – rata selama rentang waktu
minimal 30 tahun. Pembuatan peta spasial normal hujan bulanan memanfaatkan data selama 30
tahun, yaitu mulai tahun 1981 – 2010.Normal curah hujan ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu
rendah (0 – 100 mm), menengah ( 100 – 300 mm), dan tinggi (300 – 500 mm).
Berdasarkan peta spasial normal CH bulan Januari, terlihat bahwa secara umum wilayah
Sumatra Utara memiliki CH rata – rata normal kategori menengah (100 – 300 mm), kecuali
sebagian Kab. Langkat, Kota Medan, Kab. Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Kab.
Karo, dan Kab. Batubara memiliki kategori rendah (50 – 100 mm). Adapun wilayah yang
termasuk kategori tinggi yaitu sebagian Kab. Langkat dan Kab. Tapanuli Tengah
Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit
banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan untuk
daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986, dalam Suripin,
2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi
mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit
sama dengan waktu konsentrasi (tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah sebagai
berikut :Q=0,278.C.I.A
Dimana :
Q: Debit (m3/detik)
0,278:Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C: Koefisien aliran
I: Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A: Luas daerah aliran (km2)
Di wilayah perkotaan, luas daerah pengaliran pada umumnya terdiri dari beberapa daerah
yang mempunyai karakteristik permukaan tanah yang berbeda (subarea), sehingga koefisien
pengaliran untuk masing-masing subarea nilainya berbeda, dan untuk menentukan koefisien
pengaliran pada wilayah tersebut dilakukan penggabungan dari masing-masing subarea.
Variabel luas subarea dinyatakan dengan Aj dan koefisien pengaliran dari tiap subarea
dinyatakan dengan Cj, maka untuk menentukan debit digunakan rumus sebagai berikut
:_dimana :
Q: Debit (m3/detik)
Cj: Koefisien aliran subarea
I: Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
Aj: Luas daerah subarea (km2)
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana sangat
diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah
drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Oke kita masuk ke intinya,
metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:·

Metode Mononobe

dimana :
I: Intensitas curah hujan (mm/jam)
t: Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24: Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan
sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
Keterangan :
·R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
INTENSITY DURATION IDF
Kurva intensitas-durasi-frekuensi digunakan secara luas dalam rekayasa untuk
menilai periode kembali kejadian hujan. Estimasi dan penggunaan kurva IDF
bergantung pada hipotesis stasioneritas seri curah hujan, yaitu bahwa intensitas dan
frekuensi kejadian hidrologi ekstrem tetap tidak berubah dari waktu ke
waktu. Namun demikian diharapkan bahwa pemanasan global akan memodifikasi
terjadinya peristiwa curah hujan ekstrem. Untuk menilai bagaimana peristiwa curah
hujan ekstrim akan dimodifikasi dalam iklim masa depan, analisis Simulasi Model
Iklim Regional Kanada (CRCM) di bawah kendali (1961–1990) dan iklim masa
depan (2041–2070) dilakukan. Curah hujan maksimum bulan Mei hingga Oktober
(MOAM) untuk jangka waktu 2, 6, 12 dan 24 jam diekstraksi dan dianalisis
menggunakan regionalanalisis frekuensi untuk kotak kisi yang
mencakup wilayah Quebec Selatan . Perbandingan dengan catatan curah hujan yang
tersedia menunjukkan bahwa perkiraan CRCM konsisten dengan yang didasarkan
pada data yang diamati mempertimbangkan skala spasial yang berbeda terkait
dengandata yangdiamati(meteorologistasiun) dan ke yang disimulasikan (kotak
kotak). Perbandingan perkiraan regional dalam kontrol dan iklim masa depan pada
skala kotak kotak mengungkapkan bahwa periode kembali dari peristiwa 2- dan 6-
jam kira-kira akan membagi dua di iklim masa depan sementara mereka akan
berkurang sepertiga untuk acara 12-dan 24-jam.
Kurva IDF regional di kotak kotak dan skala stasiun diusulkan. Analisis korelasi
spasial dari seri MOAM yang disimulasikan dalam kontrol dan iklim di masa
depan untuk wilayah yang diteliti menunjukkan bahwa, untuk jangka waktu
tertentu, korelasi spasial akan menurun dalam iklim masa depan yang menunjukkan
bahwa kejadian curah hujan tahunan tahunan dapat terjadi karena lebih konvektif
(dan dengan demikian lebih sistem cuaca setempat. Sistem ansambel multi-model
( GCM berbeda dengan RCM yang berbeda) serta ansambel multi-anggota
(penyelidikan kemungkinan sensitivitas terhadap kondisi awal) diperlukan untuk
menyelidiki dampak struktur model terhadap perubahan di masa depan dalam
curah hujan ekstrem.
Demikianlah beberapa hal yang bisa kami sampaikan, sebelumnya kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya kepada hadirin sekalian, apabila di dalam
penyampaian tadi mungkin ada kesalahan kata, atau beberapa pernyataan yang
menyinggung hadirin sekalian. Kami ini hanya manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan”.

WASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai