Anda di halaman 1dari 40

Konsep sindrom stevens Johnson

Definisi
 Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom Stevens-
Johnson dan toxic epidermal necrolysis (TEN) atau
nekrolisis epidermal toksik adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh alergi atau infeksi. Sindrom tersebut
mengancam kondisi kulit yang mengakibatkan
kematian sel-sel kulit sehingga epidermis mengelupas
dan memisahkan dari dermis. Sindrom ini dianggap
sebagai hipersensitivitas kompleks yang
mempengaruhi kulit dan selaput lendir. (Fitriany &
Alratisda, 2019)

 Nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Stevens-


johnson merupakan kelainan kulit yang bersifat fatal
dan merupakan kondisi paling ekstrem dari eritema
multifromis.kedua kondisi ini dipicu penggunaan
medikasi. Antibiotik agens anti-kejang, NSAID, dan
sulfonamida adalah obat-obatan yang paling sering
menimbulkan kejadian ini.Seluruh permukaan tubuh
dapat dipenuhi oleh eritema dan lepuhan. (Suddarth,
2013)
Klasifikasi
Menurut Fitriany & Alratisda (2019)

1. Sindrom Steven Johnson


- Surface area of epidermal detachment
dibandingkan dengan detached dermis yaitu
sebanyak <10 %.
2. Sindron Steven Johnson dan TEN
- Surface area of epidermal detachment
dibandingkan dengan detached dermis yaitu
sebanyak <10-30%.
3. TEN
- Surface area of epidermal detachment
dibandingkan dengan detached dermis yaitu
sebanyak >30%.

Terdapat tiga derajat klasifikasi yang diajukan


menurut (Kusuma &Nurarif, 2015):
1.Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan pelepasan
epidermis kurang dari 10%
2.Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara
10-30%
3.Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih
dari 30%
Tabel 2.1 klinis yang membedakan SJS, SJS-TEN , dan TEN.

Entitas Klinis SJS SJS-TEN TEN


Lesi Primer Lesi merah Dusky target Lesi merah Dusky target Lesi merah Dusky buruk
atipikal datar atipikal datar digambarkan plak
eritematosa Lesi merah
Dusky target atipikal datar

Distribusi Terisolasi lesi Lesi terisolasi Lesi terisolasi (jarang)


Pertemuan (+) pada wajah Pertemuan (++) pada wajah Pertemuan (+++) pada
dan bagasi dan bagasi wajah, batang dan di
tempat lain

Keterlibatan mukosa Ya Ya Ya

Gejala sistemik Biasanya <10 10 - 30 >30


Datasemen (permukaan
tubuh % luas area)
Etiologi

infeksi obat

Penyakit
Fisik &
keganasan,
makanan neoplasma

menurut penelitian yang


Sekitar 75% dari SJS / TEN disebabkan oleh dilakukan di RS Dr. Soetomo
obat-obatan dan 25% oleh penyebab infeksi Surabaya selama 4 tahun sejak 1
dan lainnya Obat-obatan dan keganasan paling Januari 2011 sampai dengan 31
sering terlibat sebagai etiologi pada orang Desember 2014. Etiologi yang
dewasa dan orang tua.Kasus anak lebih sering diduga pasien SSJ terbanyak
dikaitkan dengan infeksi. (Basak AK, 2018) adalah penggunaan obat 16
(57,1%) dan infeksi 11 (39,6%).
Pathway Steven
Jhonson
Syndrome

Fisik&ma
Infeksi Obat kanan Neoplasma
keganasan
Jamur Parasi Antibioti Anticonvulsa Allupurin
Virus Bakteri Analgesit n
(coadiodomycosis t k ol
) Radio
Streptomyca terapi,
HIV, herpes, Malari n, tetrasiklin Phenobarbit
al
udara
variola a dingin,
Pneumonia Paracetamo sinar,
thypoid l, metamizol matah
fever, ari
dyphteria

Antigen
eksogen

Tertangkap pd jrgn kapiler

Reaksi Hipersensitivitas tp III Reaksi Hipersensitivitas tp IV


˅ ˅
Kompleks antibodi & antigen bersirkulasi dlm darah Limfosit T tersintesis
˅ ˅
Mengendap dlm PD & antibodi terperangkap dlm jrgn Pengaktifan sel T
˅ ˅
Aktivitas sistem komplemen Kontak dgn antigen yg sama Limfosit & sitokin
˅ dilepaskan
Degranulasi sel mast ˅
˅ Penghancuran sel yg bersangkutan
Kerusakan jrgn/ kapiler ditmpt tsb ˅
˅ Kerusakan jrgn
Neutrofil tertarik ke daerah tsb
Memfagositosit sel yg rusak
˅
Pelepasan enzim shg tjd kerusakan jrgn pd organ
sasaran
Respon Inflamasi

Inflamasi pd otak
Inflamasi pd paru Pseudomembran pd faring
Peradangan ˅
˅ ˅
˅ Meningitis
bronkopneumoni Kesulitan bernapas
Steven Jhonson Syndrome ˅
˅ Nyeri kepala
Trias gangguan pd kulit mukosa & mata
Sesak ˅
Respon lokal eritoma, vesikel, sebula

Ketidakefektifan pola napas

Kelainan pd mukosa
Kelainan pd Jaringan Kulit Kerusakan saraf Kelainan pd ˅
˅ perifer mata Eritema, edema, lupas, lepuh, ulserasi
Inflamasi dermal, epidermal ˅ ˅
˅ Nyeri
˅ Konjungtivitas
Lesi makula eritemal, ulkus kornea
Kerusakan Nyeri akut
pengelupasan, lepuhan Pecah fotopobia
Integritas kulit Mulut
˅ ˅ ˅ ˅ Lesi pd faring, Saluran genital
Penguapan cairan & elektrolit Terbentuk Kebutaan esofagos urinaria
Stomatitir
˅ port de ˅ ˅ ˅
Kekurangan vol cairan entere Gangguan Kesulitan menelan Vagina / penis
˅ sensori ˅ melepuh
Resiko persepsi Desfagia ˅
Infeksi penglihatan ˅ Disuria
Intake menurun ˅
˅ Gangguan pola
Ketidakseimbangan eliminasi urin
nutrisi kurang dr
kebutuhan tubuh
Tiga urutan tertinggi obat yang diduga
Menurut penelitian yang dilakukan Rahmawati
& Indramaya (2016) di Rs Dr.soetomo
penyebab SSJ dan NET adalah obat analgesik
31 (32, 86%), antibiotik 19 (20,14%), dan
antiepilepsi 15 (15,9%). Obat-obat tersebut
merupakan obat yang sering dilaporkan
menjadi penyebab kejadian SSJ dan NET. Hasil
yang berbeda didapatkan pada penelitian di
negara lain, obat tersering menjadi penyebab
di Eropa adalah antibiotik (42%), analgesik
(23%) antigout (15%), dan antiepilepsi (15%).
Indeks SCORTEN adalah skema penilaian yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan
prognosis SJS dan TEN (Tabel 2). Indeks juga dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat
keparahan kondisi lain, seperti luka bakar dan penyakit bulosa, yang mempengaruhi integritas
kulit.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium: dijumpai adanya leukositosis atau
eosinophilia
• Hispatologi: kelainan berupa infiltrat sel
mononuclear, udema, dan ekstravasasi sel darah
merah. Degenerasi sel basalis. Nekrosis lapisan
epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di
epidermis
• Imunologi: dijumpai deposis IgM dan C3 di
pembuluh darah, darah dermal superfisial serta
terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgA
Komplikasi
• Ocular
• Septicaemia
• Secondary infection
• Pneumonitis
• Acute renal failure
• Urinary tract nfection
• Congestive cardiac failure
• Pulmonary edema
• Metabolic encephalopathy
• Hepatic encephalopathy
• Intracranial bleed
Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan sindrom Stevens-Johnson, SJS /
TEN dan nekrolisis epidermal toksik, Asosiasi Dermatologis,
Venereologis, dan kelompok minat khusus Leprologis India
tentang reaksi obat berbahaya kulit (SIG-CADR)
merekomendasikan:
• Penarikan segera semua obat yang diduga / menyinggung dan
senyawa terkait .
• Inisiasi terapi suportif sebagai ukuran utama yang harus
dilakukan pada semua pasien SJS / TEN yang datang ke ahli
kesehatan .
• Jika ruam telah diidentifikasi di pusat perawatan kesehatan
primer atau sekunder, pengobatan harus diinisialisasi dan
kemudian dirujuk ke pusat perawatan tersier untuk perawatan
oleh dokter kulit.
• Jika sumber daya tersedia, perawatan dapat
dilakukan dalam pengaturan perawatan
intensif atau di ruang terisolasi dengan
pemeliharaan bidang steril. Pendekatan
multidisiplin yang melibatkan dokter kulit,
dokter / dokter anak, dokter spesialis mata,
dokter pernapasan, ahli intensiv, ahli gizi dan
ahli spesialis lainnya sesuai kebutuhan kasus
harus diadopsi.
• Pengobatan modifikasi penyakit harus dimulai
sedini mungkin.
• Kortikosteroid sistemik (lebih disukai parenteral)
direkomendasikan sebagai pengobatan yang
memodifikasi penyakit pilihan (tingkat rekomendasi B).
Prednisolon, deksametason atau metilprednisolon harus
diberikan lebih awal (lebih disukai dalam waktu 72 jam)
dalam dosis tinggi (1-2 mg / kg / hari prednisolon atau 8-
16 mg / hari deksametason intravena atau
intramuskuler). Penilaian harian terhadap aktivitas
penyakit (seperti munculnya lesi baru, eritema peri-
lesional dan nyeri kulit) harus dilakukan dan steroid harus
dipertahankan pada dosis yang sama sampai aktivitas
penyakit berhenti. Setelah itu, dosis harus dikurangi
secara cepat sehingga total durasi terapi steroid adalah
sekitar 7-10 hari. Steroid juga dapat diberikan dalam
bentuk nadi menggunakan infus metilprednisolon
intravena lambat (500-1.000 mg / hari) atau
deksametason (100 mg) selama 3 hari.
• Siklosporin (tingkat rekomendasi B) juga dapat
digunakan sendiri (3-5 mg / kg / hari selama 10-
14 hari), terutama pada pasien dengan
kontraindikasi relatif terhadap penggunaan
kortikosteroid (misalnya, pasien dengan TB dan
hiperglikemia berat).
• Jika steroid dan siklosporin digunakan, steroid
dapat diturunkan secara lebih cepat (2-3 hari)
dan siklosporin (3-5 mg / kg / hari) dapat
dilanjutkan selama 7-10 hari.
• Jika seorang pasien melaporkan pada tahap ketika aktivitas
penyakit sudah berhenti, tidak perlu ada pengobatan
modifikasi penyakit. Pasien seperti itu harus dikelola
dengan terapi suportif saja.
• Pemantauan dan pengelolaan komplikasi (tanda-tanda
vital, tanda-tanda sepsis dan keterlibatan sistemik) dan
gejala sisa dengan bantuan tim spesialis multidisiplin
adalah penting.
• Pada pasien dengan human immunodeficiency virus, anak-
anak dan wanita hamil pada trimester pertama, dosis
rendah imunoglobulin intravena (dosis kumulatif 0,2-0,5 mg
/ kg) dapat dipertimbangkan (tingkat rekomendasi B),
diberikan dalam 24-48 jam pertama.
• Menghindari obat-obatan yang menyinggung / dicurigai /
terkait dengan benar-benar diperlukan. Kartu narkoba
harus dikeluarkan untuk memfasilitasi ini.
(Siregar, 2004). Kriteria pasien Sindrom
Stevens Johnson dirawat di ICU, yaitu :
Pasien mengalami penurunan kesadaran
Memerlukan intubasi untuk membantu
pernapasan
Kehilangan volume cairan dalam jumlah
besar
Diperlukan pengawasan yang ketat untuk
menghindari infeksi karenahilangnya
barrier kulit.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
• Inspeksi kondisi kulit dan luasnya are kulit yang terkena. Pantau drainase dan luka
untuk mengkaji jumlah, warna, dan bau
• Inspeksi rongga mulut setiap hari untuk melihat adanya lepuhan dan lesi erosit
setiap hari. Kaji kemampuan pasien menelan dan minum air, juga berbicara normal
• Kaji mata setiap hari untuk melihat kemerahan, gatal, dan kering
• Pantau tanda-tanda vital dan perhatian khusus pada demam dan status
pernapasan juga sekresi
• Kaji adanya demam tinggi,takikardi, dan kelemahan ekstrem juga keletihan
(Mengindikasi proses nekrosis epidermis, peningkatan kebutuhan metabolic, dan
kemungkinan terkelupasnya mukosa respiratorik, dan gastrointestinal)
• Pantau volume, berat jenis, dan warna urin
• Inspeksi lokasi penusukan intravena untuk melihat tanda local infeksi
• Catat berat badan setiap hari
• Tanyakan kepada klien tentang tingkat keletihan dan nyeri
• Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping identifikasikan keterampilan koping
baru dan efektif
Diagnosa
Masalah keperawatan yang sering
muncul pada pasien dengan sindrom steven
Johnson diantaranya:
• Kerusakan integritas kulit
• Kekurangan volume cairan
• Nyeri
• Hipertemi
• Kerusakan membrane mukosa oral
• Risiko cedera kornea
Intervensi menurut ACCN
Masalah Intervensi Keperawatan Rasional
Pelepasan Monitor dan laporkan perubahan kulit Perkembangan perubahan kulit merupakan indicator utama
epidermis Bersihkan lapisan epidermis yang tekelupas penyakit ini
Oleskan dressing non-adherent dengan 0,5% Pemantauan kulit berguna untuk deteksi dini indikasi infeksi
perak nitrat, dressing wol kapas sintesis Perpanjangan ion perak ke dalam daerah yang terkena
dengan perak ionic atau perak nonkristalin meningkatkan aktivitas antiseptik dan mencegah infeksi
Stablikan dressing dengan jarring kapas Stabilisasi dressing memungkinkan menambah kenyamanan
Gunakana dressing Biosintetik (Biobrane) dan peningkatan mobilitas tanpa bahaya kehilangan pakaian
Mandikan pasien dengan ethacridine lactate Ethacridine lactate bath mengurangi risiko infeksi kulit dan
(Rivanol) sepsis selanjutnya

Ulserasi rongga Kumur dengan 1% chlorhexidine Chlorhexidine sebagai anti bakteri, bakteriostatik, analgesic,
mulut Gunakan paraffin pada bibir dan anti inflamasi
Monitor gigi untuk indikasi adanya infeksi Mencegah pecah-pecah pada bibir
Ulserasi Siram konjutngtiva dengan garam fisiologis Hidrasi kelopak mata meningkatkan kemampuan pasien untuk
konjungiva steril mempertahankan gerakan okulomotor dan kelopak mata,
Berikan obat tetes mata kortikosteroid memfasilitasi aplikasi
Oleskan salep antibiotik salep dan obat tetes mata untuk konjungtiva
Gunakan gel penghidrasi
Tempelkan kasa steril yang direndam dalam
distilled water ke kelopak mata
Ulserasi Pantau adanya indikasi pendarahan dan Deteksi dini peningkatan perdarahan gastrointestinal sangat
Gastrointestinal malabsorpsi gastrointestinal penting untuk mengarahkan terapi lebih lanjut
Berikan profilaksis inhibitor pompa proton Pencegahan farmakologis dari stress ulserasi diperlukan
sesuai indikasi dalam semua pasien
Ulserasi Pantau adanya indikasi gangguan pernapasan Pencegahan infeksi saluran pernapasan bagian atas
saluran Gunakan udara yang dilembabkan selama berkurang upaya pernapasan
pernapasan terapi oksigen Humidifikasi saluran udara mencegah pembentukan
Obati dengan garam fisiologis nebulasi perdarahan
Melembagakan rehabilitasi paru
Infeksi dan Pisahkan pasien Pasien berisiko lebih tinggi untuk risiko infeksi karena
Sepsis Ikuti tindakan pencegahan kontak penuh untuk kerusakan fungsi penghalang alami kulit
personel dan pengunjung Penggunaan teknik aseptik menghilangkan sumber potensial
Mulailah menggunakan teknik aseptik yang infeksi, termasuk situs penyisipan vena, tabung nasogastrik,
ketat kateter urin
Pantau penanda peradangan laboratorium Hiperglikemia pada pasien nondiabetes, juga dikenal sebagai
Tinjau hasil kultur darah dan jaringan stres hiperglikemia, telah dikaitkan dengan kemungkinan
Gunakan kateter intravena perifer (lebih yang lebih tinggi
disukai) infeksi
Pantau dan kendalikan status glikemik
Nyeri Nilailah nyeri pasien berdasarkan verbal atau Meringankan nyeri membantu mencegah simpatis yang
skala peringkat numerik disebabkan oleh stress respons yang dapat menyebabkan
Nilai penghilang nyeri menurut verbal atau takikardia, peningkatan tekanan darah, peningkatan
numeric skala penilaian setelah pemberian kebutuhan oksigen miokard, hiperkoagulabilitas, resistensi
obat analgesik insulin, dan metabolisme protein
Pantau tingkat kesadaran dan pola pernapasan Penggunaan opioid untuk tujuan analgesik dapat
Beri tahu pasien sebelumnya tentang semua menyebabkan kesulitan dalam pernapasan dan gangguan
perawatan di tempat tidur kesadaran
Memberitahu pasien membantu mengurangi nyeri tak
terduga yang disebabkan oleh
gerakan selama intervensi di samping tempat tidur
Kekurangan Ganti cairan sesuai dengan jumlah total Kehilangan air dan serum terus-menerus terjadi karena
cairan dan permukaan tubuh terpengaruh kerusakan penghalang kulit fisik membutuhkan penilaian
elektrolit Pantau terus parameter hemodinamik (Detak konstan
jantung, tekanan darah invasif, sentral Perubahan kulit dapat menghalangi penggunaan manset bahu
tekanan vena) untuk mengukur
Secara teratur mengukur level elektrolit dan tekanan darah
mengisi kembali
seperti yang diperintahkan
Pantau asupan dan keluaran cairan dengan
ketat
Malnutrisi Nilai kapasitas pasien untuk pemberian Nekrolisis epidermal toksik menginduksi keadaan peningkatan
makanan oral secara keseluruhan metabolisme, katabolisme protein, dan
Tetapkan akses nutrisi seperti yang kehilangan
diperintahkan Perubahan ulseratif bersamaan di mulut mencegah penyerapan
Ikuti rencana nutrisi seperti yang Metode pemberian makan alternatif diperlukan karena
diperintahkan peningkatan persyaratan gizi
Pantau status gizi pasien dengan meninjau Memantau hasil tes laboratorium (total protein, albumin,
hasil tes laboratorium prealbumin) memungkinkan deteksi dini efek samping total
Suplemen diet dengan ion, vitamin, dan trace nutrisi enteral dan parenteral
elemen Nutrisi enteral dini mengurangi risiko stress ulserasi lambung
Pantau adanya indikasi aspirasi dan infeksi saluran cerna dan dirawat secara teratur peristalsis
Pantau kadar glukosa darah
Hipotermia Terus memonitor suhu tubuh Pelepasan permukaan kulit secara masif dan menyebabkan
Pertahankan suhu kamar pada 30 ° C-32 ° C kehilangan cairan kehilangan panas dan risiko hipotermia.
dan Meminimalkan paparan kulit selama perawatan samping tempat
tingkat kelembaban yang sesuai tidur menghindari kehilangan panas yang tidak perlu
Batasi waktu intervensi keperawatan seperti
ganti rias seminimal mungkin
Dressing penutup dengan kapas sintetis
Respiratory Pantau adanya indikasi gangguan pernapasan Kapasitas difusi gas yang rusak harus diperbaiki karena
insufficiency Pantau parameter respirasi (misalnya saturasi kerusakan epitel pernapasan dan obstruksi bronkus
oksigen) karena
Panaskan campuran udara dan oksigen untuk nekrosis epitel
Minta pasien melakukan latihan pernapasan Pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik harus
Persiapkan pasien untuk intubasi endotrakeal melakukan trakeostomi sejak dini untuk mengurangi
dan jumlah sedasi yang diperlukan,
trakeostomi seperti yang diperintahkan meningkatkan aktivitas pernapasan, meningkatkan
kemampuan batuk sekresi pernapasan, dan
memungkinkan penghentian lebih cepat ventilasi
mekanik
Thrombosis vena Posisikan pasien telentang dengan kepala Diperlukan tindakan pencegahan antitrombosis standar
tempat tidur
dinaikkan menjadi 30°C-45 °C
Berikan heparin berat molekul rendah
Hindari penggunaan kateter sentral kecuali
mutlak indikasi ada (misalnya, syok, nutrisi
parenteral, plasmapheresis)

Ulkus tekan Mencoba mempertahankan gerakan tubuh Komplikasi akibat ulkus tekan memperpanjang masa
secara teratur tinggal di rumah sakit dan
Tinggikan anggota tubuh pasien di atas memperburuk prognosis
tingkat jantung Dalam nekrolisis epidermal toksik, bahaya ini diperparah
Lakukan pencegahan ulkus tekan: perubahan oleh pelepasan epidermis masif dan kehilangan kulit,
rutin perlindungan alami tubuh terhadap cedera tersebut
dalam posisi tubuh, kasur tekanan bolak-
balik,
menepuk punggung, dan getaran
Ansietas dan Jelaskan sifat penyakit ini Mengurangi stres dan mendorong
ketakutan Jelaskan metode perawatan kontak dengan keluarga dan
dan perawatan itu akan dukungan psikologis meminimalkan
disediakan kecemasan dan ketakutan dan
Peringatkan pasien sebelum membawa rasa aman
setiap intervensi keperawatan Rasa aman itu penting karena pasien
yang direncanakan buta
Termasuk kunjungan rutin ke
psikolog dalam rencana
peduli
Mendorong kunjungan dari
keluarga dan teman pasien
Tempatkan pasien di
lingkungan yang tenang dan
sediakan stimulasi
pendengaran yang biasa
(misalnya, musik)
Perawatan diri setelah Ajarkan pasien tentang Perawatan di rumah yang sistematis
pulang perawatan diri setelah pulang sangat membantu dalam mendeteksi
Mendidik keluarga pasien dan mencegah komplikasi jangka
tentang prognosis pasien panjang
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Kasus
Pria berusia 41 tahun dengan riwayat hipertensi itu dipindahkan ke ICU
karena ia mengalami ruam selama 72 jam. Infeksi saluran pernapasan
atas baru-baru ini diobati dengan siprofloksasin diikuti oleh onset akut
difus ruam makulopapular dengan bula berisi cairan di atas seluruh
permukaan tubuh pasien. Dia sebelumnya telah datang ke unit gawat
darurat ketika dia mengalami dengan cepat memajukan perubahan
yang melibatkan konjungtiva (perdarahan, eksudat purulen dari
kantung konjungtiva) dan rongga mulut (ulserasi di mulut,
tenggorokan, dan laring) dan hidung dalam 24 jam setelah dia menelan
2 dosis siprofloksasin. Setelah masuk ke ICU, pasien sadar, responsif
secara verbal, dan cemas. Pasien mengatakan keluhan empat hari
peningkatan disfagia, disuria, fotofobia, dan ruam makula yang
memanjang dari batang ke arah ekstremitas. Dia tampak sakit dan
memiliki banyak drainase mata serta vesikel kecil pada mukosa hidung
dan mulut. Ruam eritematosa di dadanya menyatu di batang dengan
banyak vesikel kecil, beberapa membentuk bula. Vesikel juga ada di
penis dan skrotum.
kedua mata, mukosa bibir, leher, dada, dan kedua lengan atas. Lama
kelamaan muncul benjolan berisi cairan di daerah tersebut. Pasien juga
mengeluhkan perih pada daerah tersebut sehingga pasien menggaruk
dengan tangannya. Hasil pemeriksaan intraoral mukosa bukal kiri dan
kanan, dorsum lidah terdapat plak putih kekuningan dapat swab
meninggalkan eritema. Mukosa palatal eritema difuse multiple ukuran
0,5 x 0,5 mm dan dasar mulut menunjukkan ulser ditutupi
pseudomembran kekuningan difuse multiple ukuran 1x1 mm dan terasa
sakitKeluhan seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit tumor,
hipertensi, kencing manis, dan penyakit berat lainnya disangkal. Riwayat
alergi dan asma bronkhial disangkal. Riwayat penyakit seperti ini pada
keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit berat, kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 120 x/menit, pernafasan 20 x/menit dan suhu tubuh
37,8˚C. . Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 11,3
gr/dL, hematokrit 33%, eritrosit 4,1 juta/μL, leukosit 7.920/μL,
trombosit 171.000/μL, ureum 49, Kreatinin 0,30, SGOT 23 u/L, SGPT 10
u/L.
Pada pemeriksaan makroskopik urine menunjukkan warna
keruh, pemeriksaan kimia urine menunjukkan Ph urine
tinggi (6,5), Protein (++), Leukosit esterase (2+), Eritrosit
(3+). Pada pemeriksaan mikroskopis urine ditemukan
banyak eritrosit, leukosit , dan sel epitel. hasil biopsi kulit
konsisten dengan sindrom Stevens-Johnson Pasien dan
keluarga juga diberikan edukasi bahwa penyakit ini
bukanlah penyakit menular, melainkan disebabkan karena
adanya alergi obat, sehingga diperlukan identifikasi obat
yang dikonsumsi oleh pasien. Bila gejala muncul, sebaiknya
pasien segera dibawa ke rumah sakitFaktor peradangan
meningkat; dia dalam kondisi kritis kondisi, Pada saat
menghilangkan mediator inflamasi, dia diberikan
Imipenem untuk terapi anti-infeks. Memperbaiki kateter
vena sentral (CVC). Penatalaksanaan khusus meliputi obat-
obatan sistemik dan topical
Obat-obatan sistemik yang diberikan antara lain pemberian
IVFD RL 20 tetes/menit, Nyeri diobati dengan infus fentanyl
intravena 50 hingga 100 μg / jam plus 100 μg sesuai
kebutuhan sebelum berubah dressing luka.
• methylprednisolon 32,5 mg/12 jam per IV, ranitidin 25 mg/
12 jam per IV, ceftriaxon 1 gr/12 jam per IV, dan cetirizine
syr 1x1C. Obat-obatan topical yang diberikan antara lain
pemberian kompres NaCl 2x per hari pada bibir dan mata,
untuk lesi oral diberikan kortikosteroid topical
(dexamethasone 5mg/ml ampul + aquadest 500cc)
dikumurkan dan dibuang 3 kali sehari, Chlorhexidine
gluconate 0,1% mouth wash 3 kali sehari, nistatin oral
suspensi 4 kali 2ml perhari, krim dexamethasone 0,25%
dioles dua kali sehari pada lesi di badan vitamin B12 50 mcg
3 kali sehari, serta asam folat Nutrisi parenteral dimulai
dalam 24 jam sejak penerimaan. Sebuah tabung nasogastrik
dimasukkan pada hari ke 3, dan nutrisi enteral diberikan
mulai hari 3 hingga 18 tahun di Selain nutrisi parenteral.
Pada hari ke 18, cairan oral pemberian makan dimulai;
nutrisi parenteral digunakan untuk melengkapi kebutuhan
harian dan perlahan-lahan meruncing off saat asupan oral
meningkat
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI ICU

• A. Pengkajian • No Rekam Medis : 14045


• 1. Identitas • Diagnosa Medis : Steven
• Identitas Pasien Jhonson Syndrome
• Nama : Tn.f •
• Umur : 41th
• Jenis Kelamin : Laki-laki • Identitas Penanggung Jawab
• Agama : Islam •
• Pendidikan : SMA • Nama: Ny. P
• Pekerjaan : Wiraswasta •
• Alamat : Jl. Raya klp • Umur : 35 th
dua Jakarta barat • Hub. Dengan Pasien : Istri
• Suku/ Bangsa : Jawa •
• Tanggal Masuk RS : Senin, 11-
11-2019
• Tanggal Pengkajian : Selasa, 12-
11-2019
Riwayat Kesehatan

– Keluhan utama : pasien mengatakan ujung mata (perdarahan, eksudat


purulen dari kantung konjungtiva) dan rongga mulut (ulserasi di mulut,
tenggorokan, dan laring) dan hidung dalam 24 jam setelah dia menelan 2
dosis siprofloksasin pasien mengatakan sulit menelan.
– Riwayat penyakit sekarang
Setelah masuk ke ICU, pasien mengatakan cemas. Pasien mengatakan
keluhan empat hari peningkatan sulit menelan (disfagia), sakit saat
BAK(disuria), fotofobia, dan kemerahan di tangan & dada (ruam makula
yang memanjang dari batang ke arah ekstremitas). Pasien mengatakan
sakit dan memiliki banyak drainase mata serta vesikel kecil pada mukosa
hidung dan mulut Pasien juga mengeluhkan perih pada daerah tersebut
sehingga pasien menggaruk dengan tangannya. Vesikel juga ada di penis
dan skrotum.
– Keluhan Penyakit dahulu : Hipertensi dan ISPA
– Riwayat Penyakit Keluarga : -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
Sistolik: 120-150 mmhg
Diastolik: 80-110 mmhg
MAP : 107-137 mmhg
Herat Rate : 90-120x/mnt
Respirasi : 18-22x/mnt
Suhu : 36,5-37,8c
Data Subjetif Data Objektif
Saat masuk Rumah Sakit (UGD): Saat masuk ICU :
1.pasien mengatakan ujung mata (perdarahan, eksudat purulen dari keadaan umum tampak sakit berat,
kantung konjungtiva) dan rongga mulut (ulserasi di mulut, tenggorokan, kesadaran komposmentis
dan laring) dan hidung dalam 24 jam setelah dia menelan 2 dosis GCS 15
siprofloksasin 1. TTV
2. pasien mengatakan sulit menelan.  Tekanan Darah
3. psien Riwayat penyakit tumor, hipertensi, kencing manis, dan penyakit Sistolik: 120-150 mmhg
berat lainnya disangkal. Riwayat alergi dan asma bronkhial disangkal. Diastolik: 80-110 mmhg
Riwayat penyakit seperti ini pada keluarga disangkal.  MAP : 107-137 mmhg
 HR : 90-120x/mnt
 RR : 18-22x/mnt
Saat masuk ICU :  Suhu : 36,4-37,8c
1. Pasien mengatakan cemas. 2. Mukosa palatal eritema difuse multiple ukuran 0,5 x 0,5 mm dan dasar mulut
2. Pasien mengatakan keluhan empat hari peningkatan sulit menelan menunjukkan ulser ditutupi pseudomembran kekuningan difuse multiple ukuran 1x1
(disfagia), sakit saat BAK(disuria), fotofobia, dan kemerahan di tangan & mm dan terasa sakit. ruam makula yang memanjang dari batang ke arah ekstremitas
dada dan benjol berisi cairan (ruam makula yang memanjang dari batang Ruam eritematosa di dadanya menyatu di batang dengan banyak vesikel kecil, beberapa
ke arah ekstremitas). membentuk bula
3. Pasien mengatakan sakit matanya dan memiliki banyak drainase mata 3. Dia tampak sakit dan memiliki banyak drainase mata perdarahan, eksudat purulen dari
4. Pasien juga mengeluhkan perih pada daerah tersebut sehingga pasien kantung konjungtiva serta vesikel kecil pada mukosa hidung dan mulut ulserasi di mulut,
menggaruk dengan tangannya tenggorokan, dan laring.
4. leukosit :7.920/μL
MCV: 77,8
MCH : 24,9
Eosinofil : 0
Neutrofil batang : 0
Limfosit : 21
Monosit : 18
5. Nilai CPOT : 4\
6. pasien tampak gelisah, meringis kesakitan.
N Tanggal Data Etiologi Masalah
o Keperawatan
1 Senin, 11-11-2019 DS : pasien mengatakan rongga mulut luka Alergi, infeksi Kerusakan
(ulserasi di mulut, tenggorokan, dan laring) membrane
dan hidung dalam 24 jam setelah dia mukosa oral
menelan 2 dosis siprofloksasin (NANDA,00045,
DO : . hal 418)
 Mukosa palatal eritema difuse
multiple ukuran 0,5 x 0,5 mm dan
dasar mulut menunjukkan ulser
ditutupi pseudomembran kekuningan
difuse multiple ukuran 1x1 mm dan
terasa sakit. ruam makula yang
memanjang dari batang ke arah
ekstremitas Ruam eritematosa di
dadanya menyatu di batang dengan
banyak vesikel kecil, beberapa
membentuk bula
 Dia tampak sakit dan memiliki
banyak drainase mata perdarahan,
eksudat purulen dari kantung
konjungtiva serta vesikel kecil pada
mukosa hidung dan mulut ulserasi di
mulut, tenggorokan, dan laring.
 leukosit :7.920/μL
 MCV: 77,8
 MCH : 24,9
 Eosinofil : 0
 Neutrofil batang : 0
 Limfosit : 21
 Monosit : 18
2 Selasa. 12-11- DS : pasien mengatakan sakit Agen cedera Nyeri akut
2019 menelan , sakit saat BAK, biologis (infeksi) (NANDA
sakit matanya dan memiliki 00132,
banyak drainase mata hal469)
DO:
pasien tampak gelisah,
meringis kesakitan
TTV
 Tekanan Darah
Sistolik: 120-150 mmhg
Diastolik: 80-110 mmhg
 MAP : 107-137 mmhg
 HR : 90-120x/mnt
 RR : 18-22x/mnt
 Suhu : 36,4-37,8c
 . Nilai CPOT : 4
 keadaan umum tampak
sakit berat,
 kesadaran komposmentis
Diagnosa
Keperawatan
• kerusakan membrane
mukosa oral b.d Alergi,
infeksi
• Nyeri akut b.d agen
cedera biologis (infeksi)
Intervensi
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kondisi mulut pasien (missal., bibir, lidah, membrane mukosa,
membrane mukosa keperawatan selama … X 24 jam gigi, gusi), termasuk abnormalitas (misalnya., ukuran, warna, dan lokasi
oral b.d Alergi, diharapkan kerusakan membrane adanya lesi atau inflamasi internal dan eksternal
infeksi mukosa oral pasien berkurang
2. Tentukan frekuensi yang diperlukan terkait dengan perawatan mulut
dengan kriteria hasil:
3. Berikan obat-obatan jika dibutuhkan
1. Hidrasi
4. Pakaikan pelumas untuk melembabkan bibir dan mukosa mulut
2. Lesi mukosa membrane
berkurang 5. Kumur dengan 1% chlorhexidine

3. Nekrosis berkurang 6. Monitor gigi untuk indikasi adanya infeksi

2 Nyeri akut b.d Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
agen cedera keperawatan selama … X 24 jam
2. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan
biologis (infeksi) diharapkan nyeri pasien berkurang
pemantauan yang ketat
dengan kriteria hasil:
3. Kurangi faktor yang dapatmencetuskan atau meningkatkan nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan
berkurang 4. Pantau tingkat kesadaran dan pola pernapasan

2. Tidak mengerang 5. Beri tahu pasien sebelumnya tentang semua perawatan di tempat tidur

3. Ekspresi neri wajah berkurang


Implementasi
Diagnosa Hari/Ta Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan nggal
Kerusakan Senin, 08.00-14.00 Mandiri : S: Pasien masih mengeluh area mulut perih dan
membrane 11-11- WIB sakit
1. Monitor kondisi mulut pasien
mukosa oral b.d 2019
(misal., bibir, lidah, membrane O: mukosa bibir masih tertutupi
Alergi, infeksi
mukosa, gigi, gusi), termasuk pseudomembran
abnormalitas (misalnya., ukuran,
A: Kerusakan membrane mukosa oral belum
warna, dan lokasi adanya lesi atau
teratasi
inflamasi internal dan eksternal
P: Lanjutkan intervensi
2. Tentukan frekuensi yang diperlukan
terkait dengan perawatan mulut

3. Berikan obat-obatan jika dibutuhkan

4. Pakaikan pelumas untuk


melembabkan bibir dan mukosa
mulut

5. Kumur dengan 1% chlorhexidine

6. Monitor gigi untuk indikasi adanya


infeksi
Nyeri akut Selas 08.0 Mandiri : S: Pasien masih mengeluh nyeri di seluruh
b.d agen a. 12- 0- tubuhnya
1. Lakukan pengkajian nyeri
cedera 11- 14.0
komprehensif O:
biologis 2019 0
Tekanan Darah
2. Pastikan perawatan analgesic bagi
(infeksi) WIB
Sistolik: 120-150 mmhg
pasien dilakukan dengan
Diastolik: 80-110 mmhg
pemantauan yang ketat
HR : 90-120x/mnt
3. Kurangi faktor yang dapat
RR : 18-22x/mnt
mencetuskan atau meningkatkan
Suhu : 36,4-37,8oC
nyeri

4. Pantau tingkat kesadaran dan pola A: Nyeri akut belum teratasi


pernapasan
P: Lanjutkan Intervensi
5. Beri tahu pasien sebelumnya
tentang semua perawatan di tempat
tidur

Anda mungkin juga menyukai