Anda di halaman 1dari 56

INDIKATOR PROGRAM IMUNISASI

2015-2019

IMUNISASI
IMUNISASIDASAR
LENGKAP LENGKAP
Target capaian
Indikator RPJMN/Renstra
Kemenkes •• Bayi
RI. berusia  1keseluruhan
Mendapatkan (satu) tahun imunisasi
yg telah
HK.02.02/Menkes/52/2015 2015 keseluruhan
mendapat 2016 2017 imunisasi
2018 2019
rutin secara lengkap, tahun 2019
dasar rutin
minimal ;
mencapai ;
% anak usia 0-11 bln yg 93
mendapat IDL 93%dosis
Satu Hepatitis
91Imunisasi
91,5 92B Lengkap
Dasar 92,5
Satu dosis BCG
95% Imunisasi Lanjutan Baduta
% Kab/Kota yang mencapaiEmpat
80% dosis Polio Oral
98% Imunisasi Lanjutan Anak Usia
Imunisasi Dasar Lengkap Tiga
(IDL) dosis DPT/HB/Hib
75 Sekolah
80 85 90 95
pada bayi Satu dosis Campak

Baduta 1. KMK No.HK.02.02/Menkes/52/2015, ttg RENSTRA 2015-2019


2.1.
PMK
30%
No.12
KMK 35% 45%
/2017 , ttg Penyelenggaraan
No.HK.02.02/Menkes/52/2015, 75%
Imunisasi
ttg 95%
RENSTRA 2015-2019
2. PMK No.12 /2017 , ttg Penyelenggaraan Imunisasi

Bias 98 98 98 98 98
Kebijakan Nasional
Introduksi Inactivated Polio
Vaccine (IPV)
Situasi global polio
Regional SEARO memperoleh
sertifikasi bebas polio 27 Maret 2014
 kasus terakhir di India pada 13
Januari 2011

1988
• 350.000 kasus
2015
• 125 negara endemis • 74 kasus polio liar tipe 1 dilaporkan
(data per 11 Mei 2016)
• Sidang World Health Assembly
(WHA) memutuskan agar polio • 2 negara endemis, Pakistan dan
dapat dieradikasi secara global Afghanistan
• Total kasus cVDPV 32 kasus (20 kasus
tipe 1, dan 12 kasus tipe 2)
Kejadian Kelumpuhan yang Berhubungan dengan
Vaksin Polio Oral (OPV)

 OPV memberikan perlindungan yang efektif terhadap penyakit


polio, namun …
 Meskipun sangat jarang, tetapi kasus kelumpuhan dapat terjadi,
yang disebabkan oleh OPV
 Vaccine Associated Paralytic Polio (VAPP)
 Virus pada vaksin berubah, menyerang sistem saraf
sehingga mengakibatkan kelumpuhan
 1 kasus per 2,4 juta dosis OPV yang diberikan
 250-500 kasus/tahun
 40% dari total kasus VAPP adalah disebabkan oleh tipe 2
dari OPV
Lanjutan

 Circulating Vaccine Derived Poliovirus (cVDPV)

 Strain virus bermutasi sehingga dapat menyebabkan


penyakit pada sistem saraf yang menyebar dari orang ke
orang, utamanya terjadi di daerah dengan imunitas
populasi terhadap polio rendah
 97% kasus cVDPV disebabkan oleh OPV tipe 2
 Cakupan imunisasi polio yang rendah merupakan faktor
risiko utama munculnya kasus cVDPV (pada tahun 2005,
muncul 46 kasus cVDPV di Jawa Timur)
Rencana Eradikasi Polio

 Pada Mei 2012, sidang World Health Assembly (WHA)


menetapkan bahwa eradikasi polio menjadi masalah
kedaruratan kesehatan masyarakat dunia Rencana Strategis
2013-2018 dan Inisiatif Pencapaian Eradikasi Polio Global
(GPEI)
Rencana Eradikasi Polio
 Untuk mencapai dunia bebas polio, secara bertahap
penggunaan OPV harus dihentikan di seluruh negara dimulai
dengan penarikan komponen tipe 2 pada OPV
 Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) WHO
merekomendasikan seluruh negara untuk melakukan
introduksi minimal 1 dosis IPV ke dalam program imunisasi
rutin
 Alasan introduksi IPV:
 Untuk mengurangi risiko terjadinya KLB setelah penarikan OPV
tipe 2
 Untuk menghentikan KLB secepatnya apabila virus polio tipe 2
muncul kembali
 Untuk meningkatkan imunitas terhadap virus polio tipe 1 dan 3
WE ARE
HERE

2020
Dunia Bebas Polio

Mencapai cakupan tinggi dan merata

Introduksi 1 dosis IPV ke dalam jadwal imunisasi rutin


bayi 0-11 bulan

4 April 2016 Penggantian tOPV menjadi bOPV Status: VALIDATED

8 – 15 Maret 2016 Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio  96,5% cakupan


1.Mempertahankan Eradikasi Polio
 Mempertahankan cakupan imunisasi rutin yang tinggi dan merata
 Melaksanakan Endgame Strategy Eradikasi Polio  salah satunya introduksi 1 dosis
IPV
2. Mencapai Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE)  2016
3. Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubela/CRS
 Pelaksanaan Crash Program Campak di 183 kab/kota 28 provinsi Agustus 2016
 Cakupan rutin campak > 95%
 Pelaksanaan Kampanye MR  2017 - 2018
 Introduksi Vaksin MR menggantikan vaksin Campak pada imunisasi rutin
 Advokasi pada Kepala Daerah untuk membangun komitmen
 Sosialisasi
pada tokoh agama/tokoh masyarakat untuk mendukung
program imunisasi
 Keterpaduan dengan lintas program/lintas sektor terkait
 Peningkatan & Pemerataan jangkauan pelayanan
 Penggerakan Masyarakat untuk mau dan mampu menjangkau
pelayanan imunisasi

Kualitas Pelayanan  Mutu pelayanan standar


 Petugas yang terampil
 Manajemen logistik yang baik
 Coldchain dan Vaksin yang berkualitas
 Pemberian Imunisasi yang sesuai SOP
1 2
Inactivated
Rubella
Polio Vaccine
(IPV) (MR)

3 4
Pneumo Vaksin Japanese
kokus (PCV) Baru Ensefalitis
(JE)

6
5
Human
Rotavirus
Papilloma (RV3)
Virus (HPV)
Faktor-faktor yang Harus Dipertimbangkan
untuk Introduksi Vaksin Baru

• Beban penyakit (burden of disease )


• Vaksin aman dan efektif (safe & effective)
• Ketersediaan vaksin yang terus menerus
(sustainable)
• Memperkuat sistem kesehatan nasional
(National Health Security)
• Harga terjangkau (affordable)

J Wagner, WHO-SEARO 2002


Prioritas Vaksin Baru
Plan 2015 2016 2017 2018 2019
IPV Juli*

MR Kampanye
Kampanye
fase 2 & 3 +
fase 1+ Intro
Intro

JE JE Surveillance
8 sentinels
Kampanye JE
Di daerah beresiko tinggi

HPV Demonstration Rencana demonstration


project di DKI project di DIY

Pneumo Pilot project di Lombok


dengan PCV13
Pilot project di
3 provinsi

Pneumo whole cell


Clinical Trial (BF)

Rotavirus Clinical Trial: Rota Virus 3 (RV3) (BF,


Melbourne Uni, UGM) di Jogyakarta dan Pilot project
Klaten
Hep B 0 (HB 0)

-BCG
-OPV 1

-DPT-HB-Hib 1
-OPV 2
Kecuali DIY
-DPT-HB-Hib 2
-OPV 3
-DPT-HB-Hib 3
0-7 hr -OPV 4
- IPV CAMPAK/MR

Imunisasi lanjutan
1 Bulan DPT-HB-Hib: usia 1,5 tahun
< 24 Jam MR : usia 1,5 tahun

2 Bulan

3 Bulan
9 Bulan
4 Bulan
Perbandingan OPV dan IPV?
Oral polio vaccine (OPV) Inactivated polio vaccine (IPV)
• Virus hidup yang dilemahkan • Virus yang dimatikan
• Diberikan dalam bentuk tetes • Diberikan melalui suntikan

• Telah berhasil menurunkan transmisi penyakit • Sangat efektif


polio • Umumnya digunakan di negara maju
di negara-negara berkembang • Harga lebih mahal
• Harga lebih terjangkau • Membutuhkan tenaga terlatih
• Mudah untuk diberikan • Memberikan imunitas melalui darah
• Memberikan imunitas mukosa • Tidak berisiko menyebabkan VAPP atau VDPV
• Melindungi kontak dekat yang tidak diimunisasi

Kedua vaksin dibutuhkan untuk mencapai eradikasi polio


Kesiapan Format RR untuk IPV

• Pada Buku KIA terbaru telah tersedia


kolom untuk mencatat dosis
pemberian IPV
• Untuk buku KIA versi lama, catatlah
BUKU KIA pemberian IPV tersebut pada tabel
“imunisasi tambahan”
• Pencatatan IPV harus dipisahkan
dengan OPV
• Pada kohort bayi juga sudah tersedia
kolom IPV
• Format pelaporan di setiap jenjang juga
KOHORT harus sudah menyediakan 1 kolom
BAYI untuk hasil imunisasi IPV
KIPI pasca imunisasi IPV?
 IPV adalah vaksin yang sangat aman
 Tidak ditemukan KIPI sistemik yang serius
 Vaksinyang dimatikan– Oleh karena itu, tidak
ada risiko kelumpuhan yang berhubungan
dengan vaksin

Aman, dapat diberikan bersamaan dengan vaksin


lainnya yang telah direkomendasikan, termasuk OPV
Suntikan Ganda??
Dubai
Suntikan Ganda
AMAN DAN DILAKUKAN
DI BANYAK NEGARA

Selandia Baru

3 suntikan sekaligus

2 suntikan sekaligus
Dukungan Pemerintah Pusat
dalam Introduksi IPV
 Penyediaan vaksin dan logistik pendukung
 Dana BOK (DAK Non Fisik)
 Pencetakan dan pendistribusian (s.d prov) :
◦ Buku petunjuk teknis introduksi IPV
◦ Buku saku bagi petugas di lapangan
◦ Materi KIE IPV
◦ Buku saku : Pertanyaan populer ttg imunisasi (sdh ditambahkan ttg IPV)

 Dana dekonsentrasi dalam rangka introduksi IPV:


◦ Advokasi, sosialisasi dan koordinasi di tk provinsi, kab/kota dan puskesmas
◦ Peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana imunisasi di tk provinsi dan kab/kota
◦ Monitoring dan evaluasi
Strategi Operasional
Pelaksanaan IPV
???
VAKSIN IPV
Hal-hal yang harus diperhatikan

1
Apakah yang dimaksud inactivated
poliovirus vaccine (IPV)?

2
Pada suhu berapa IPV disimpan?

3
Dimana IPV disimpan?

4
Seberapa aman vaksin IPV?

3
Kemasan Vaksin IPV
 Vaksin berupa cairan suspensi yang memberikan
perlindungan terhadap 3 tipe virus polio
 Kemasan dalam bentuk dosis tunggal dan
multidosis. Indonesia menggunakan vaksin IPV
kemasan 10 dosis per vial pada awal introduksi dan
akan beralih ke IPV kemasan 5 dosis per vial
secara bertahap
 Tidak membutuhkan pelarut
4
Kemasan Vaksin IPV
 Sisa vaksin harus dibuang pada akhir sesi pelayanan untuk pelayanan
di luar gedung, sedangkan untuk pelayanan di dalam gedung vaksin
sisa masih dapat digunakan sampai 28 hari dengan syarat memenuhi
kriteria Multi-Dose Vial Policy (MDVP) yaitu:
 Vaksin tersimpan dalam suhu +20C - +80C
 VVM masih A atau B
 Tertulis tanggal vaksin dibuka pada vial vaksin
 Tidak melewati masa kadaluarsa
 Vial vaksin tidak terendam air atau beku
 Semua dosis diambil secara aseptis
4
Kerusakan Vaksin terhadap Suhu

VAKSIN SUHU BERTAHAN

Hep. B, IPV - 0,50C Max ½ jam

DPT-HB-Hib, TT, - 50C s/d -100C Max 1,5-2 jam

FS DT,Td
DPT-HB-Hib/IPV 14 hari

Hep.B & TT Beberapa 0C di 30 hari

Polio atas suhu kamar 2 hari


(<340C)
HS Campak & BCG 7 hari

Epi cold chain


IPV merupakan vaksin yang sangat
sensitif panas
 Vaksin IPV lebih rentan terhadap paparan panas dibandingkan dengan vaksin
sensitif panas lainnya

 Warna VVM pada vaksin IPV dapat berubah lebih cepat daripada vaksin
lainnya

 Diperlukan monitoring suhu dan manajemen stok yang baik untuk mencegah
pemborosan vaksin akibat VVM yang mencapai kondisi C atau D

 Biasanya vaksin dengan kadaluarsa lebih cepat dipergunakan lebih dahulu


(prinsip EEFO). Namun, apabila didapatkan vaksin dengan kondisi VVM yang
sudah mencapai kondisi B maka vaksin tersebut harus dipergunakan terlebih
dahulu meskipun masa kadaluarsanya lebih panjang

5
IPV adalah vaksin sensitif beku
 IPV sensitif beku (tidak seperti
OPV)
– Shake test atau uji kocok tidak efektif untuk
mengetahui apakah IPV pernah mengalami
pembekuan
– Penting!!! Jika ada kecurigaan vaksin IPV telah
beku, vaksin harus langsung dibuang/tidak
digunakan
Suhu ideal
terlalu +4°C
dingin terlalu panas

6
SHAKE TEST

 Dilakukan terhadap vaksin FS yang dicurigai beku


 Suhu thermometer < 0oC
 Freeze tag : Tanda X
 Dibandingkan dengan jenis vaksin yang sama yg sengaja dibekukan.

DTP Frozen Vial

Non-homogeneous
Sub-zero temperature effect
SHAKE TEST
10:28 am
10:25 am

4 minutes after placing the vials on the


table

10:31 am 10:33 am
Penyimpanan Vaksin IPV
 Simpan vaksin IPV di
lemari es pada suhu +2⁰C
s.d. +8⁰C

 Jangan terlalu sering


BCG
TT/Td membuka pintu lemari es
DPT-HB-Hib BCG
DPT-HB-Hib
OPV TT/Td
Hep B
Campak BCG DT

Hep B Campak OPV OPV IPV


 Monitor suhu secara
teratur
.

 Jangan letakkan vaksin


IPV dekat evaporator

7
PERMINTAAN VAKSIN

 Mempertimbangkan:
Tingkat stok minimum dan maksimum
Kapasitas tempat penyimpanan
Sisa stok
PENERIMAAN VAKSIN

Periksa:
 Kelengkapan administrasi
 SP/SBBK
 VAR

 Kualitas vaksin
 Periksa setiap box tempat vaksin
 Periksa alat pemantau suhu pada setiap box
 Freeze tag / VVM / VCCM
 Jumlah dan jenis
Keamanan Vaksin IPV
 Vaksin IPV merupakan salah satu vaksin yang paling aman
 Kadang-kadang dilaporkan efek simpang berupa pembengkakan,
kemerahan dan nyeri para tempat suntikan, demam ringan dan
rasa tidak nyaman.
 Vaksin IPV bisa diberikan bersamaan dengan vaksin lain tanpa
mempengaruhi efektifitas vaksin lain tersebut
 Kejadian KIPI vaksin IPV tidak meningkat apabila diberikan
bersamaan dengan vaksin lain (baik sebagai vaksin tunggal
maupun kombinasi)

12
Hal-hal yang harus diperhatikan
1
Bagaimana cara memastikan
kualitas vaksin ?

2
Bagaimana mempersiapkan
pemberian imunisasi?

3
Bagaimana cara pemberian
imunisasi IPV?

4 Bagaimana cara pemberian IPV


bersamaan dengan imunisasi rutin
lainnya
Memeriksa Vaksin Vial Monitor ( VVM )

 Vaksin IPV dilengkapi dengan


Kondisi A : Vaksin dapat digunakan
VVM pada vialnya
 Kondisi VVM mencerminkan
paparan panas secara
Kondisi B :Vaksin segera digunakan
kumulatif dan mengalami
perubahan dari terang ke gelap
 Periksa VVM pada setiap vial
vaksin Kondisi C : Vaksin jangan digunakan

 Jika warna kotak sama atau


lebih gelap dari lingkaran
(kondisi C dan D), vaksin Kondisi D :Vaksin jangan digunakan
jangan digunakan
Memeriksa Masa Kadaluarsa
 Vaksin akan kehilangan potensi dari waktu ke waktu
 VVM memberikan informasi tentang kondisi penyimpanan, bukan
tentang potensi
 VVM mungkin OK , tapi vaksin sudah kadaluarsa
 Sebelum pemberian vaksin, tanggal kedaluwarsa harus selalu
diperiksa terlebih dahulu

• Masa kedaluwarsa : NOV 2016


• Gunakan sampai 30 Nov 2016
• JANGAN gunakan setelah 30 Nov
2016
Bagaimana mempersiapkan
pemberian imunisasi IPV?

 Siapkan vaksin IPV pada saat yang sama saat Anda mempersiapkan
vaksin lainnya
 IPV dapat diberikan dengan salah satu vaksin berikut tanpa
mengganggu efektivitas vaksin lain tersebut:
– BCG
– DPT-HB-Hib
– polio oral ( OPV )
– Campak

Jangan pernah mencampur IPV dengan vaksin lain


dalam vial atau jarum suntik yang sama
Prinsip penyimpanan
• Vaksin ditata dengan rapi
• Simpanlah vaksin berdasarkan sifat terhadap paparan beku/panas
yang hampir sama untuk memudahkan identifikasi
• Untuk menjaga sirkulasi udara, beri jarak 2 cm diantara kemasan
vaksin
• Pada lemari es buka atas, simpan IPV dan vaksin sensitif beku lain di
bagian atas. Pada lemari es buka depan, simpan IPV dan vaksin
sensitif beku lainnya di rak bagian bawah
• Pada coldbox dan vaccine carrier, vaksin IPV dapat rusak apabila
ditempatkan dekat atau menempel pada coolpack
• Kondisikan coolpack pada suhu +2⁰C s.d. +8⁰C sehari sebelum
ditempatkan pada coldbox dan vaccine carrier

8`
PENYESUAIAN JADWAL IMUNISASI DASAR SETELAH
INTRODUKSI IPV

JADWAL IMUNISASI RUTIN BAGI BAYI

UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI

0 Hepatitis B, BCG, bOPV1


2 DPT/HepB/Hib1, bOPV2
3 DPT/HepB/Hib2, bOPV3
4 DPT/HepB/Hib3, bOPV4, IPV

9 Campak-Rubella/MR

18 DPT/HepB/Hib, Campak/MR (Lanjutan)


Langkah-langkah pemberian IPV
 Berikan imunisasi OPV terlebih dahulu
 Ketika memberikan IPV dengan DPT-HB-Hib:
– Vaksin IPV diberikan secara intramuskuler (IM), dengan dosis 0.5 ml di paha kiri
– Berikan DPT-HB-Hib pada paha kanan

Langkah 1: OPV Langkah 2: IPV Langkah 3: DPT-HB-Hib


(paha kanan)
(paha kiri)
Bagaimana posisi anak saat diberikan imunisasi IPV

 Anak harus dipegang dalam posisi


duduk oleh orang tua atau
pengasuh
 Pengasuh harus memegang tangan
dan kaki anak
 Vaksin IPV disuntikkan ke dalam
otot paha kiri dengan sudut 90⁰
oleh petugas kesehatan
Bagaimana memberikan IPV

 Lokasi suntik
– IPV diberikan dengan dosis 0,5 ml ke
dalam otot di bagian luar paha kiri

 Prosedur
– Sebelum menyuntik, cuci tangan Anda
dengan air mengalir selama 15 detik
– Tahan otot antara ibu jari dan jari Jar. lemak
(subkutan)
telunjuk Jar. otot

– Pegang jarum suntik seperti pensil


kemudian suntikkan dengan sudut 90
derajat
Faktor penyebab
pemborosan vaksin (wastage)

 Dapat dihindari
 Manajemen stok yang kurang baik yang mengakibatkan
berlebihnya stok vaksin sehingga vaksin mencapai kadaluwarsa
sebelum digunakan (ingat prinsip EEFO)
 Paparan suhu panas atau beku karena permasalahan sarana
rantai vaksin (cold chain)
 Pemborosan vaksin akibat aspirasi berlebih sehingga sebagian
vaksin dibuang sebelum penyuntikan
 Vaksin yang rusak karena terendam air, berjamur, vial pecah,
atau label hilang
 Vaksin hilang atau dicuri
Kekhawatiran tentang pemborosan vaksin bukan alasan
untuk menunda pemberian imunisasi

 Vaksin IPV mungkin memiliki IP yang rendah pada pelayanan


luar gedung
 Jangan menunda pemberian imunisasi karena khawatir terjadi
pemborosan yang tidak dapat dihindari
 Tingkat pemborosan yang tinggi untuk vaksin IPV, BCG dan
Campak di pelayanan luar gedung harus diantisipasi dalam
memperhitungkan jumlah perkiraan permintaan vaksin
Setelah imunisasi?

 Setelah menyuntikkan vaksin IPV,


masukkan jarum suntik ke dalam safety
box tanpa dilakukan penutupan kembali/no
recapping

 Safety box harus ditutup bila sudah ¾


penuh dan disimpan di tempat yang aman,
jauh dari jangkauan anak-anak

 Musnahkan safety box (Incenerator,


pembakaran, penguburan)
Apa yang harus Anda lakukan?

Bagaimana cara
untuk mengurangi
rasa sakit ketika
memberikan
suntikan pada anak ?

Anda mungkin juga menyukai