Anda di halaman 1dari 52

presentesyen

Bap agains the world


Status Pasien
ANAMNESIS

• Identitas penderita • No RM : 583***


• Nama : Bp. S • Suku : Jawa
• Umur : 65 tahun • Pekerjaan : Tidak bekerja
• JK : Laki-Laki • Tgl Masuk : 3 Januari 2020
• Agama : Islam • Tgl Periksa : 7 Januari 2020
• Alamat : Dukuh Keduh
Jangan RT 012/005 Cameng,
Sambungmacan, Sragen
Data dasar
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada hari kelima di Bangsal Melati Timur
kamar 2 RSUD Soehadi Prijonegoro, Sragen.

Keluhan utama:
• Nyeri perut.
Riwayat penyakit sekarang:
• Pasien datang ke IGD RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen dengan
keluhan nyeri perut bagian atas satu hari SMRS,mual (+) muntah (-)
sejak 1 minggu sebelumnya. Keluhan muntah darah dan BAB hitam
disangkal.
• Pasien mengatakan terakhir BAB 4 hari yang lalu, BAB hitam (-),
BAB cair (-)
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit Tempat Perawatan Keterangan

Riwayat DM Disangkal -
Riwayat Hipertensi Rawat jalan -
Riwayat Jantung Disangkal -
Riwayat Ginjal Disangkal -
Riwayat Hepatitis Disangkal -
Riwayat mondok Solo 1x (Mual muntah)
Riwayat operasi Disangkal -
Riwayat alergi Disangkal -
Riwayat Gastritis Ya Sering kambuh
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit Tempat Perawatan Keterangan
Riwayat sakit serupa Disangkal -

Riwayat sakit darah tinggi Disangkal -

Riwayat sakit liver Disangkal -


Riwayat sakit jantung Disangkal -
Riwayat sakit gula Disangkal -
Riwayat sakit paru Disangkal -
Riwayat sakit ginjal Disangkal -
Riwayat asma Disangkal -
Riwayat alergi Disangkal -
Riwayat kebiasaan Riwayat sosial ekonomi

Makan 2-3x sehari dengan gizi Pasien merupakan seorang


pensiunan. Pasien berobat
cukup menggunakan BPJS.
Merokok Riwayat merokok 10
tahun yang lalu
Alkohol Tidak pernah
Olahraga Jarang
Konsumsi Kadang-kadang membeli
jamu dan obat pegal linu di warung
obat
Anamnesis Sistemik
• Keluhan utama: Nyeri perut sehari SMRS
• Kulit : Kuning (-), kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), luka (-)
• Kepala : Nyeri kepala (+), nggliyeng (+), kepala terasa berat (-) berkunang-kunang (-),
rambut mudah rontok (-), terasa berputar-putar (-)
• Mata : Mata berkunang-kunang (-), pandangan kabur (-), gatal (-), mata kuning (-),
mata merah (-), konjungtiva anemis (+)
• Hidung : Tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lender/air berlebihan (-), gatal (-)
• Telinga : Pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (-), telinga berdenging (-
), nyeri pada telinga (-).
• Mulut : Bibir kering (+), bibir pucat (+), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi
mudah goyah (-), gigi berlubang (-), sulit membuka mulut (-), lidah kotor (-)
• Leher : Leher kaku (-) tidak dapat menoleh ke kanan dan kiri, benjolan pada leher (-)
• Tenggorokan : Rasa kering dan gatal (-), sulit menelan (-), nyeri
telan (-), sakit tenggorokan (-), suara serak (-).
• Sistem respirasi : Sesak napas (-), batuk (-), nyeri dada (-), mengi (+).
• Sistem kardio : Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), sering
pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-), ulu hati terasa panas (-),
denyut jantung meningkat (-), bangun malam karena sesak nafas (-), sesak saat
aktivitas (-)
• Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), perut kaku (-), rasa penuh di
perut (+), cepat kenyang (-), nafsu makan berkurang (+), nyeri ulu hati (-), diare
(-), BAB cair (-), sulit BAB (+), BAB berdarah (-), perut nyeri setelah makan (-),
BAB warna seperti dempul (-), BAB warna hitam (-).
• Sistem muskuloskeletal : Lemas (+), kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak
sendi (-), nyeri (-), kaku otot (-), kejang(-), leher cengeng (-)
• Sistem genitouterina : BAK sedikit (-), nyeri saat BAK (-), panas saat BAK
(-), sering buang air kecil (-), air kencing warna seperti teh (-), BAK darah (-),
nanah (-), berpasir (-), anyang-anyangan (-), sering menahan kencing (-), rasa
pegal di pinggang, rasa gatal pada saluran kencing (-), rasa gatal pada alat
kelamin (-), kencing nanah (-).
• Ekstremitas
• Atas : Luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-),
bengkak (+/-), lemah (-/-), nyeri (-/-), lebam kulit (-/-), kaku (-/-)
• Bawah : Luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak
(-/-), lemah (-/-), nyeri (-/-), lebam kulit (-/-), kaku (-/-).
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 7 Januari 2020

• Keadaan umum • Status gizi


• Tampak pucat, compos • BB : 60 kg
mentis, GCS E4V5M6, kesan • TB : 170 cm
gizi cukup
• IMT : 20,8 kg/m2
• Tanda vital • Kesan : Normal
• Tensi : 180/60 mmHg
• Nadi : 96 kali /menit
• RR : 20 kali /menit
• Suhu : 37 0C peraxillar
• VAS : 2 (dada)
• Kulit : Kulit berwarna kuning, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (+),
teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-)
• Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam putih, mudah rontok (-), luka (-)
• Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-), katarak (-/-)
• Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), chvostek
sign (-)
• Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
• Mulut : Mukosa basah (+), pucat (+), sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi
(-), gusi berdarah (-), luka di sudut bibir (-) oral thrush (-), karies gigi (-), trismus (-)
• Leher : Trakea ditengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah
bening leher (-), distensi vena-vena leher (-), massa pada leher (-)
• Thorax : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-),
pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah
bening axilla (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus kordis tidak kuat angkat teraba di SIC V linea mid clavicula
sinistra 1 cm ke medial
• Perkusi :
• Batas jantung kanan : SIC II linea sternalis dextra
• Batas pinggang jantung: SIC II linea sternalis sinistra
• Batas jantung kiri bawah: SIC V linea mid clavicula sinistra 1 cm ke medial
• Kesan : ukuran jantung kesan normal
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler, gallop (-),
murmur (-).
Pulmo
Depan Belakang
• Statis : Simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak
mendatar •Statis : Simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar
Inspeksi • Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, Inspeksi •Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan=kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)

•Statis : Simetris •Statis : Simetris


Palpasi •Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri, fremitus raba kanan =
kiri, nyeri tekan (-)
Palpasi •Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri, fremitus
raba kanan = kiri, nyeri tekan (-)

•Kanan : Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar pada SIC VI linea
medioclavicularis dextra •Kanan : Sonor
Perkusi •Kiri : Sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC V linea medioclavicularis Perkusi •Kiri : Sonor
sinistra

•Kanan : Suara dasar vesikuler, suara tambahan: wheezing (-) pada hemisfer •Kanan : Suara dasar vesikuler,suara tambahan: wheezing (-),
thoraks sinistra, ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-), krepitasi (-) ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
Auskultasi •Kiri : Suara dasar vesikuler, suara tambahan: wheezing (-), ronkhi basah Auskultasi •Kiri : Suara dasar vesikuler, suara tambahan: wheezing (-
kasar (-), ronkhi basah halus (-), krepitasi (-) ), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
• Abdomen
• Inspeksi : Datar, venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput
medusae (-), spider nevi (-), ikterik (-), perut seperti papan (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) 12 x / menit
• Perkusi : Timpani pada, pekak alih (-), undulasi (-)
• Palpasi : Teraba keras seperti papan (-) , Nyeri tekan (-)
Akral hangat + + Oedem + +
+ + + +

Superior Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), palmar eritema (-/-), akral dingin (-/-),
Ka/Ki : ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-), clubing finger (-/-), flat
nail (-/-), nyeri tekan dan nyeri gerak (-/-), deformitas (-/-)

Inferior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin(-/-), ikterik (-/-), luka (-/-),
kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-), clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri (-/-),
deformitas (-/-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin Tanggal: 3 Januari 2020
HASIL UNIT NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN

HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 6,90 ↓ g/dL 12,2 – 18,1
Eritrosit 2,47 ↓ Juta/microL 4,04 - 6,13
Hematokrit 22,0 ↓ % 37,7 – 53,7
Indeks eritrosit
MCV 89,2 fL 80 – 97
MCH 27,9 pg 27 – 31
MCHC 31,4 ↓ g/dL 31,8 – 35,4
Leukosit 9,8 ribu/microL 4,5 – 11,5
Trombosit 218 Ribu/microL 150 – 450
Hitung jenis
Neutrofil 77,6 % 37 – 80
Limfosit 12,7 ↓ % 19 – 48
Monosit 7,7 % 0 – 12
Eosinofil 4,9 % 0–7
KIMIA KLINIK
Fungsi Ginjal
Ureum 80,3 ↑ Mg/dL 10-50
Kreatinin 3,39 ↑ Mg/dL 0,60 – 0,90
kimia klinik & Morfologi darah tanggal: 4
Januari 2020
Morfologi Darah Tepi KIMIA KLINIK
Eritrosit : Poikilositosis sedang (normosit), Besi Serum 16 ↓ microg/d 37-158
anisitosis sedang
(Fe) L
Lekosit : Jumlah normal, Netrofilia, Limfopenia
Trombosit : Jumlah normal, bentuk normal
Kesan : Anemia normositik normokromik
Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal: 5 Januari
2020
HASIL UNIT NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 8,39 ↓ g/dL 12,2 – 18,1
Eritrosit 2,83 ↓ Juta/microL 4,04 - 6,13
Hematokrit 25,2 ↓ % 37,7 – 53,7
Indeks eritrosit
MCV 89,1 fL 80 – 97
MCH 29,7 pg 27 – 31
MCHC 33.3 g/dL 31,8 – 35,4
Leukosit 14,34 ↑ ribu/microL 4,5 – 11,5
Trombosit 160 Ribu/microL 150 – 450
Hitung jenis
Neutrofil 85,6 ↑ % 37 – 80
Limfosit 5,9 ↓ % 19 – 48
Monosit 6,5 % 0 – 12
Eosinofil 1,6 % 0–7
Basofil 0,4 % 0 – 2.5
Total neutrofil 12,28 ↑ Ribu/microL 1,5 – 7
Total limfosit 0,84 ↓ Ribu/microL 1 – 3,7
Total monosit 0,93 Ribu/microL
Total eosinofil 0,2 Ribu/microL
Total basofil 0,05 Ribu/microL
Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal: 8 Januari
2020
HASIL UNIT NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 10,84 ↓ g/dL 12,2 – 18,1
Eritrosit 3,77 ↓ Juta/microL 4,04 - 6,13
Hematokrit 32,4 ↓ % 37,7 – 53,7
Indeks eritrosit
MCV 85,8 fL 80 – 97
MCH 28,8 pg 27 – 31
MCHC 33,5 g/dL 31,8 – 35,4
Leukosit 14,27 ↑ ribu/microL 4,5 – 11,5
Trombosit 139 ↓ Ribu/microL 150 – 450
Hitung jenis
Neutrofil 80,5 ↑ % 37 – 80
Limfosit 4,4 ↓ % 19 – 48
Monosit 11,3 % 0 – 12
Eosinofil 2,8 % 0–7
Basofil 1,1 % 0 – 2.5
Total neutrofil 11,48 ↑ Ribu/microL 1,5 – 7
Total limfosit 0,63 ↓ Ribu/microL 1 – 3,7
Total monosit 1,61 Ribu/microL
Total eosinofil 0,4 Ribu/microL
Total basofil 0,15 Ribu/microL
RESUME
Pemeriksaan fisik:
Keluhan utama
Kesan status gizi : normal
• Nyeri perut sehari SMRS Kepala : Normocephal
Mata : konjungtiva pucat (+/+)
Thorax : Normal
Anamnesis Pulmo : Suara Dasar Vesikular (+/+)
• Nyeri perut bagian atas. 1.Pemeriksaan tambahan:
• Mual tidak muntah. • Laboratorium Darah : Hemoglobin  6,90 ↓,
Eritrosit  2,47 ↓, Hct  22,0 ↓
• Lemas
• Index Eritrosit : MCV  89,2, MCH  27,9, MCHC
• Tangan kanan bengkak  31,4 ↓
• Hitung jenis : limfosit  12,7 ↓
• Fungsi Ginjal): Ureum  80,3 ↑, Kreatinin  3,39

• Besi Serum (Fe)  16 ↓
• MDT Anemia normositik normokromik
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
BANDING
Anemia defisiensi besi
Anemia karena penyakit kronis
Thalassemia
FOLLOW UP
3 Januari 2020
Subjective Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen dengan keluhan nyeri perut bagian atas satu
hari SMRS. Keluhan disertai mual (+) muntah (-) sejak 1 minggu sebelumnya. Keluhan muntah darah dan BAB hitam
disangkal.
Pasien mengatakan terakhir BAB 4 hari yang lalu, pada BAB terakhir pasien tidak mengalami BAB hitam ataupun diare.
Objective Keadaan umum Anemis
Kesadaran Kompos mentis
Tekanan darah 140/70 mmHg
Nadi 88 kali/menit
Respirasi 20 kali/menit
Suhu 36o C
Kepala dan leher Konjungtiva anemis (+/+)

Sklera ikterik -
JVP Normal

Lidah pucat -
Thorax Pulmo Sonor, SDV (+/+)

Cor S1 S2 reguler
4 Januari 2020
Subjective Pusing kunang-kunang, lemas, mual (+)
Objective Keadaan umum Anemis
Kesadaran Kompos mentis
Tekanan darah 150/90 mmHg
Nadi 90 kali/menit
Respirasi 22 kali/menit
Suhu 36o C
Kepala dan leher Konjungtiva anemis (+/+)

Sklera ikterik -
JVP Normal

Lidah pucat -
Thorax Pulmo Sonor,
SDV (+/+)

Cor S1 S2
reguler

Abdomen Bising usus +


Nyeri tekan -
Ascites -
Ekstremitas Akral hangat +
CRT < 2 detik

Edema -
Ulkus pedis -
6 Januari 2020

Subjective Pasien mengatakan pusing sudah membaik, mual (+), tangan kanan bengkak (+)

Objective Keadaan umum Anemis


Kesadaran Kompos mentis
Tekanan darah 170/90 mmHg
Nadi 88 kali/menit
Respirasi 20 kali/menit
Suhu 36o C
Kepala dan leher Konjungtiva anemis (+/+)

Sklera ikterik -

JVP Normal

Lidah pucat -

Thorax Pulmo Sonor, SDV (+/+)

Cor S1 S2 reguler

Abdomen Bising usus +

Nyeri tekan +

Ascites -

Ekstremitas Akral hangat +

CRT < 2 detik

Edema -

Lab Hb: 8,39 g/dl


MCV: 89,1 fL
MCH: 29,7 pg
MCHC: 33,3 g/dL

Assessment Anemia defisiensi besi

Hipertensi
Plan  Infus RL 500 ml 20 tpm
 Na-Cl 500 ml
 Levofloxacin infus
 Inj furosemide 10mg pre transfusi
 Inj Santagesix
 Allopurinol 100mg 2x1
 Sodium bicarbonat 500 mg 2x1
 Transfusi PRC 2 kolf/hari
 Cek feses
7 Januari 2020

Subjective Pasien mengatakan keluhan sudah membaik, tangan masih bengkak, belum BAB kurang lebih 1 minggu

Objective Keadaan umum Anemis


Kesadaran Kompos mentis

Tekanan darah 190/100 mmHg


Nadi 88 kali/menit
Respirasi 20 kali/menit
Suhu 36o C
Kepala dan leher Konjungtiva anemis (+/+)

Sklera ikterik -

JVP Normal

Lidah pucat -

Thorax Pulmo Sonor, SDV (+/+)

Cor S1 S2 reguler

Abdomen Bising usus +

Nyeri tekan +

Ascites -

Ekstremitas Akral hangat +

CRT < 2 detik

Edema -

Assessment Anemia defisiensi besi

Hipertensi

Plan  Cek darah rutin


8 Januari 2020

Pasien mengatakan keluhan sudah membaik, tangan masih bengkak, belum BAB kurang lebih 1 minggu
Subjective

Objective Keadaan umum Anemis


Kesadaran Kompos mentis

Tekanan darah 150/90 mmHg


Nadi 88 kali/menit
Respirasi 20 kali/menit
Suhu 36o C
Kepala dan leher Konjungtiva anemis (+/+)

Sklera ikterik -
JVP Normal

Lidah pucat -
Thorax Pulmo Sonor, SDV (+/+)

Cor S1 S2 reguler

Abdomen Bising usus +


Nyeri tekan +
Ascites -
Ekstremitas Akral hangat +
CRT < 2 detik

Edema -
Lab Hb: 10,84 g/dl
MCV: 85,8 fL
MCH: 28,8 pg
MCHC: 33,5 g/dL

Assessment Anemia defisiensi besi

Hipertensi

Plan  Pulang
 Tablet tambah darah 1x1
 Pirantel pamoate tab 1x2
 Omeprazole caps 20mg 1x1
DEFINISI
Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
KLASIFIKASI
ANEMIA
• Anemia disebabkan :
• Gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsum tulang
• Kehilangan darah keluar tubuh
• Proses penghancuran eritrosit
dalam tubuh sebelum waktunya
(hemolisis)
• Klasfikasi berdasarkan gambaran
morfologis (berdasar indeks
eritrosit):
• Anemia hipokromik mikrositer
(MCV <80 fl dan MCH ,27 pg
• Anemia normokromik normositer
(MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg)
• Anemia makrositer (MCV >95 fl)
Pendekatan Anemia Berdasarkan Sifat
Gejala Anemia
Gejala anemia yang lebih menonjol dibandingkan gejala dasar
dijumpai pada anemia defisensi besi, aemia anaplastik, anemia
hemolitik.
Sedangkan pada anemia akibat penyakit kronik dan anemia
sekunder lainnya (akibat penyakit sistemik, penyakit hati, atau
ginjal), gejala-gejala penyakit dasar sering lebih menonjol)
Pendekatan Anemia Berdasarkan Tuntunan
Hasil Laboratorium
ANEMIA DEFISIENSI BESI
DEFINISI

Anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi


untuk erittropoesis, karena cadangan besi kosong akan
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada anak usia
sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia sekolah (5-8
tahun) di kota sekitar 5,5%, anak perempuan 2,6% dan gadis remaja yang hamil
26%.
• Di Amerika serikat sekitar 6% anak berusia 1 – 2 tahun diketahui kekurangan
besi, 3 % menderita anemia. Lebih kurang 9% gadis remaja di Amerika serikat
kekurangan besi dan 2% menderita anemia, sedangkan pada anak laki-laki
sekitar 50% cadangan besinya berkurang saat pubertas.
• Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di indonesia prevalensi ADB
pada anak balita sekitar 25-35%. Dari hasil SKRT tahun 1992 prevalensi ADB
pada anak balita di indonesia adalah 55,5%. Hasil survai rumah tangga tahun
1995 ditemukan 40,5% anak balita dan 47,2% anak usia sekolah menderita
ADB.
ETIOLOGI
Kehilangan besi akibat kehilangan
darah:
ulkus peptik, pemakaian OAINS, Faktor nutrisi: akibat kurangnya
kanker lambung, kanker kolon, jumlah besi total dalam makanan
divertikulosis, hemorroid, dan infeksi
cacing tambang, menorrhagia atau
metrorrhagia, hematuria, hemoptoe

Kebutuhan besi meningkat: pada


Gangguan absorpsi besi:
prematuritas, anak dalam masa
gastrektomi, kolitis kronik
pertumbuhan, dan kehamilan
Hemoglobin Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
normal Sedikit Menurun jelas

PATOFISIOLOGI menurun (mikrositik/hipokro


mik)
Berawal dari keseimbangan
Cadangan < 100 0 0
negatif besi yang berlangsung
lama. Bila kemudian besi

keseimbangan besi yang negatif ini Fe serum Normal < 60 <40


menetap akan menyebabkan
TIBC 360 – 390 >390 >410
cadangan besi terus berkurang.
Saturasi 20 – 30 <15 <10
transferin

Feritin serum < 20 <12 <12

Sideroblas 40. – 60 <10 <10

FEP >30 >100 >200

MCV normal Normal Menurun


Tahap pertama Tahap kedua
• iron depletion atau store iron deficiency • iron deficient erythropoietin atau iron limited
• berkurangnya cadangan besi atau tidak erythropoiesis
adanya cadangan besi • Suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang
• Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya eritropoisis
normal • Nilai besi serum menurun dan saturasi
• peningkatan absorpsi besi non heme transferin menurun
• Feritin serum menurun • TIBC meningkat dan free erythrocyte porphrin
• pemeriksaan lain normal (FEP) meningkat.

Tahap ketiga
• iron deficiency anemia
• Besi yang menuju eritroid sumsum tulang
tidak cukup -> kadar Hb turun
• Gambaran tepi darah didapatkan mikrositosis
dan hipokromik yang progesif
• Perubahan epitel terutama pada ADB yang
lebih lanjut.
MANIFESTASI KLINIK ANEMIA
DEFISIENSI BESI

Gejala Umum Anemia


• badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga
berdenging.
Gejala Khas Dari Anemia Defisiensi Besi
• Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi rapuh dan
bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
• Akan terjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah tampak licin dan
mengkilap yang disebabkan oleh menghilangnya papil lidah
• Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
• Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring.
Gejala Penyakit Dasar

Anemia pada cacing tambang

• Dispepsia, parotis membengkak, dan kulit tangan berwarna


kuning seperti jerami.

Anemia karena perdarahan kronik akibat kanker


kolon
• gangguan kebiasaan buang air besar.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSIS
Diagnosis ADB ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang sering
tidak khas
ADB Kriteria diagnosis menurut WHO: ADB menurut Cook dan Monsen:
• Hb kurang dari normal sesuai usia • Anemia hipokrom mikrositik
• Hb eritrosit rata-rata <31% (N : 32-35%) • Saturasi transferin <16%
• Fe serum <50 ug/dl (N : 80 – 180 ug/dl) • Nilai FEP >100 ug/dl
• Saturasi transferin <15 % (N ; 20 – 50%) • Kadar feritin serum <12 ug/dl
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 atau 3 kriteria (ST, feritin serum, dan
FEP harus dipenuhi)
Lanzkowsky menyimpulkan ADB dapat diketahui melalui:

• Pemeriksaan apus darah tepi • Respon terhadap pemberian


hipokrom mikrositer yang preparat besi
dikonfirmasi dengan MCV, MCH, • Retikulositosis mencapai pundak
dan MCHC yang menurun. pada hari ke 5 – 10 setelah
pemberian besi
• Red cell distribution width (RDW) • Kadar hemolobin meninkat rata-
> 17% rata 0,25 – 0,4 g/dl/ hari atau PCV
mengkat 1% / hari.
• FEP meningkat
• Sumsum tulang
• Feritin serum menurun • Tertundanya maturasi sitoplasma
• Pada perwarnaan sumsum tulang
• Fe serum menurun, TIBC tidak ditemukan besi atau besi
meningkat, ST < 10% berkurang
trial pemberian preparat besi

Melihat respons hemoglobin terhadap pemberian peparat besi.


Prosedur ini sangat mudah, praktis, sensitif dan ekonomis (Pada
anak resiko tinggi ADB)
Jika pemberian preparat besi dosis 6 mg/kgBB/hari selama 3 – 4
minggu terjadi peningkatan kadar Hb 1-2 mg/dl maka dapat
dipastikan bahwa yang bersangkutan menderita ADB.
DIAGNOSIS BANDING
Penyebab alternatif paling sering dari anemia mikrositer adalah
thalassemia α atau β dan hemoglobinopati, yaitu hemoglobin E
dan C.
Karakteristik talasemia tersering adalah menurunnya jumlah sel
darah merah namun dengan jumlah RDW normal atau
meningkat sedikit.
Keracunan timbal dapat menyebabkan anemia mikrositer
namun lebih sering terjadi anemia defisiensi besi menyebabkan
pica yang kemudian menyebabkan keracunan timbal.
Pemeriksaan Anemia defisiensi besi Talasemia α atau β Anemia penyakit kronis

Hemoglobin Turun Turun Turun

MCV Turun Turun Normal-turun

RDW Naik Normal Normal-naik

RBC Turun Normal-naik Normal-turun

Serum Ferritin Turun Normal Naik

Total Iron Binding Naik Normal Turun


Capacity

Transferrin Saturation Turun Normal Turun

FEP Naik Normal Naik

Transferin Receptor Naik Normal Naik

Reticulocyte Turun Normal Normal-turun


hemoglobin
PENATALAKSANAAN
Mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi penggantian dengan preparat besi.
Pemberian preparat Fe dapat dilakukan secara oral atau
parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah, dan sama
efektifnya dengan pemberian secara parenteral.
Pemberian preparat besi
• Preparat tersedia berupa ferous glukonat, fumarat, suksinat, dan ferous sulfat.
• Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop).
• Dosis 4 – 6 mg besi elemental/kgBB/hari. Dosis obat dihitung berdasarkan kandungan besi
elemental yang ada dalam garam ferous. Garam ferous sulfat mengandung besi elemental
sebanyak 20%. Dosis obat yang terlalu besar akan meninmbulkan efek samping pada
saluran pencernaan dan tidak memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat. Absropsi
besi yang terbaik adalah pada saat lambung kosong, diantara dua waktu makan, akan tetapi
dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Untuk mengatasi hal tersebut
pemberian besi dapat dilakukan pada saat makan atau segera setelah makan meskipun
akan mengurangi absropsi obat sekitar 40 – 50%. Obat diberikan dalam 2 – 3 dosis sehari.
Tindakan tersebut lebih penting karena dapat diterima tubuh dan akan meningkatkan
kepatuhan penderita. Preparat besi ini harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia
pada penderita teratasi.
• Respon terapi dari pemberian preparat besi dapat dilihat secara klinis dan dari pemeriksaan
laboratorium, seperti tampak pada tabel dibawah ini
Waktu setelah pemberi Respons

besi an

12-24 jam Penggantian enzim besi intraselular, keluhan subyektif berkurang,


nafsu makan bertambah

36 – 48 jam Respon awal dari sumsum tulang, hiperplasia eritroid

48 – 72 jam Retikulosis, puncaknya pada hari ke 5 – 7

4 – 30 hari Adar Hb meningkat

1 – 3 bulan Penambahan cadangan besi


Pemberian preparat besi parenteral
• Pemberian besi parenteral intramuskular menimbulkan rasa
sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan
limfadenopati regional dan reaksi alergi, tidak lebih baik
dibandingkan peroral.
• Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi 50 mg besi/
ml.
• Dosis besi 9mg = BB (9kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x
2,5
Transfusi darah
• Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang
sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat
mempengaruhi respon terapi.
• Koreksi anemia berat dengan transfusi tidak perlu secepatnya,
karena dapat menyebabkan hipervolemia dan dilatasi jantung.
• Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang
cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil
menunggu respon terapi besi.
• Anemia berat dengan kadar Hb < 4 g/dl hanya diberi PRC
dengan dosis 2 – 3 mg/kgBB persatu kali pemberian disertai
pemberian diuretik seperti furosemide
PROGNOSIS
Prognosis baik bila penyebab karena kekurangan besi dan diketahui
penyebab dan penanganan yang adekuat.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan
beberapa kemungkinan sebagai berikut :
• Diagnosis salah
• Dosis obat tidak adekuat
• Preparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa
• Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung
menetap
• Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi (seperti :
infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit tiroid, penyakit karena
defisiensi vitamin B12, asam folat)
• Gangguan absorpsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang berlebihan pada
ulkus peptikum dapat menyebabkan pengikatan terhadap besi).
REFERENSI
• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing;
2009

• Özdemir, N. (2015). Iron deficiency anemia from diagnosis to treatment in children. Türk Pediatri Arşivi, 50(1), 11–9.
doi:10.5152/tpa.2015.2337

• Abdulsalam, M., & Daniel, A. (2002). Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, 4(2), 2–5.

• Muhammad, A. (2005). PENENTUAN DEFISIENSI BESI ANEMIA PENYAKIT KRONIS MENGGUNAKAN PERAN INDEKS sTfR-F (
Determination of iron deficiency in chronic disease anemia by the role of sTfR-F index ). Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory, 2(1), 9–15.

• Endang, W. (2013). IDAI - ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK.

• Retrieved February 28, 2016, from http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatananak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak

• Gatot, D., Idjradinata, P., Abdulsalam, M., Lubis, B., Soedjatmiko, & Hendarto, A.

• (2011). Suplementasi Besi Untuk Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

• Oehadian, A. (2012). Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. Continuing Medical Education, 39(6), 407–412.

• Gejala Anemia Sideroblastik, Penyebab Dan Pencegahannya | Gejala Penyebab Dan Cara Mengatasi. (2014). Retrieved February 28,
2016, from http://www.referensisehat.com/2014/12/gejala-anemia-sideroblastik-penyebab.html 8. Irawan, H. (2013). Pendekatan
Diagnosis Anemia pada Anak. CDK-205, 40(6), 422– 425.

Anda mungkin juga menyukai