Anda di halaman 1dari 12

SKIZOFRENIA

DEFINISI

 Skizofrenia (schzophernia) adalah bagian dari gangguan psikolosis yang


terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas, suatu
sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) (Yudhantara dan
istiqomah, 2018)
EPIDEMIOLOGI

 Menurut riset kesehatan dasar pada tahun 2013 menyebutkan prevalensi


skizofrenia dan gangguan jiwa berat di Indonesia yaitu 1,7%. Kejadian pada
pria lebih besar 1,4% daripada wanita. Kejadian tahunan bejumlah 15,2% per
penduduk 100.000 penduduk (Chisholm-Burns et al, 2016).
ETIOLOGI

 Penyebab skizofrenia masih belum diketahui secara jelas. Penelitian


menunjukkan adanya kelainan pada struktur dan fungsi otak.
 Faktor genetik penyebab skizofrenia sebesar 0,6-1,9%,
 Riwayat kedua orang tua mengalami skizofrenia sebesar 40%
 Pada kembar monozigot apabila salah satunya didiagnosis skizofrenia maka
kembar lainnya presentasinya sekitar 50%
PATIOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

 Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan asimetri otak


 Hipotesis dopaminergik,
 Difungsi glutametergik
 Kelainan serotonin (5-HT)
FAKTOR RESIKO

 Menurut Zahnia dan Sumekar (2016)


 Penyakit autoimun
 Infeksi berat
KLASIFIKASI

 Paranoid
 Katatonik
 Tidak berbeban
 Disorganisasi
 Residual
TANDA/GEJALA

 Menurut Zahnia dan Sumekar (2016)


 Gangguan pikiran
 Delusi
 Halusinasi presepsi sensoris dengan ketiadaan stimulus eksternal
 Afek abnormal
 Gangguan kepribadian motor
PROGNOSIS - MONITORING

 Monitoring gejala dan pengobatan monitoring secara hati-hati untuk


menyakinkan pasin minum obat dan mengidentifikasi secara dini tanda-tanda
timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan
 Sekitar 22% pasien yang mendapatkan terapi farmakologis maupun psikoterapi
yang adekuat mengalami episode tunggal dan tanda gejala sisa. Sekitar 35%
mengalami episode rekuren tanpa gejala sisa, 8% mengalami episode rekuren
dengan kerusakan non progresif, serta sekitar 35% mengalami episode rekuren
dengan kerusakan signifikan yang progresif
TATALAKSANA TERAPI
Algoritma Farmakoterapi Skizofrenia yang Disarankan

Stage 1 B
Stage 1 A
Antipsikotik
Istirahat
Monoterapi Antipsikotik kecuali klozapin. Antipsikotik yang
Monoterapi antipsikotik kecuali klozapin
sebelumnya menghasilkan efikasi yang buruk tidak boleh
digunakan

Stage 2

Pasien tidak memberikan respon baik terhadap antipsikotik pada tahap 1A atau 1B

Monoterapi antipsikotik kecuali klozapin tidak digunakan pada tahap 1A atau 1B.

Klozapin dipertimbangkan pada pasien bunuh diri

Stage 3

Pasien tidak memberiakn respon baik terhadap dua antipsikotik yang diuji

Rekomendasi monoterapi klozapin

Gunakan Antipiskotik Long-Acting injectable (LAI) pada stage 2


atau 4 jika kepatuhan pasien rendah atau jika pasien memilih LAI
Stage 4 sebagai pengobatan

Pasien kurang berespon terhadap klozapin

Monoterapi alterantif antipsikotik yang setara dengan kombinasi antipsikotik.


TERAPI NON FARMAKOLOGI

 Pendekatan Psikososial dan ECT (Electro Convulsive Therapy)


 Program for Assertive Community Treatment (PACT)
 Intervensi keluarga
 Terapi perilaku (Cognitive behavioral therapy)
 Pelatihan keterampilan sosial

Anda mungkin juga menyukai