Anda di halaman 1dari 55

Prapenuntutan dan Surat

Dakwaan

Junaedi, S.H., M.Si.,LL.M


Depok, Maret 2019
PENDAHULUAN
► Terdapat 3 (tiga) tahap dalam upaya penegakan
hukum di Indonesia berdasarkan KUHAP yaitu :
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan.
► Penyelidikan : Serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini. (Pasal 1 angka 5 KUHAP).
 Penyidikan adalah : Serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. (Pasal 1 angka 2 KUHAP)

 Penuntutan adalah : Tindakan penuntut umum


untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan
Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam Undang-undang dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim
di sidang pengadilan. (Pasal 1 angka 7 KUHAP).
PRAPENUNTUTAN
DASAR HUKUM

• Pasal 14 a,b KUHAP


• Pasal 109 ayat (1), (2) KUHAP
• Pasal 110 KUHAP
• Pasal 138 KUHAP
• Pasal 139 KUHAP
• Penjelasan Pasal 30 ayat (1) a. UU No. 16 Tahun 2004.
• Pasal 30 ayat (1) e UU No. 16 Tahun 2004 dan Penjelasan
• Kep. Menkeh. No. M.01.PW. 07.03 tahun 1982
• Kep. Menkeh. No. M.14.PW.07.03 tahun 1983
• Insja, Kepja, dll; Menyangkut Juklat dan Juknis Prapenuntutan
DEFINISI PRAPENUNTUTAN

► Dalam KUHAP :
Kewenangan Penuntut umum sebagaimana disebutkan dalam
pasal 14 butir b KUHAP, : “mengadakan prapenuntutan
apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan (4) dengan
memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan
dari penyidik.’
► Pasal 110 ayat (3) KUHAP : dalam hal penuntut umum
mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik
wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan
petunjuk dari penuntut umum.
► Pasal 110 ayat (4) KUHAP : Penyidikan dianggap telah selesai
apabila dalam waktu 14 hari PU tidak mengembalikan hasil
penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut
berakhir telah ada pemberitahuan ttg hal itu dari PU kepada
penyidik.
Pengertian Prapenuntutan secara umum:

TINDAKAN PENUNTUT UMUM UNTUK MEMANTAU


PERKEMBANGAN PENYIDIKAN SETELAH MENERIMA
PEMBERITAHUAN DIMULAINYA PENYIDIKAN,
MENERIMA, MEMPELAJARI ATAU MENELITI
KELENGKAPAN BERKAS PERKARA HASIL PENYIDIKAN
DAN DALAM HAL BELUM LENGKAP DIKEMBALIKAN
KEPADA PIHAK PENYIDIK SEMULA UNTUK DILENGKAPI
SESUAI PETUNJUK. KEMUDIAN MENENTUKAN APAKAH
BERKAS PERKARA ITU SUDAH MEMENUHI
PERSYARATAN UNTUK DAPAT ATAU TIDAK
DILIMPAHKAN KE PENGADILAN.
RUANG LINGKUP PRAPENUNTUTAN

1. Memantau perkembangan penyidikan


2. Memberikan perpanjangan penahanan
3. Meneliti sah tidak nya penghentian penyidikan
4. Menerima dan meneliti kelengkapan berkas perkara
5. Memberi petunjuk guna melengkapi berkas perkara
6. Menerima penyerahan tanggung jawab tersangka dan barang bukti
7. Melakukan pemeriksaan tambahan
8. Menentukan dapat tidaknya berkas perkara dilimpahkan kepengadilan
9. Menghentikan penuntutan
MEMANTAU PERKEMBANGAN PENYIDIKAN
1. Mengikuti jalannya penyidikan

2. Melakukan koordinasi dengan penyidik terhadap perkara tertentu

3. Memberi saran kalau diminta


Meneliti sah tidaknya penghentian penyidikan :

A. Apakah benar tidak diperoleh cukup bukti. Terdapat cukup bukti apabila diperoleh dua
bukti yang saling bersesuaian.
Yang termasuk bukti ialah :
1Keterangan saksi dalam BAP
2Keterangan ahli dalam BAP / laporan ahli
3Keterangan tersangka dalam BAP
4Surat/barang bukti yang telah disita secara sah
B. Apakah perbuatan terbukti tetapi tersangka tidak bisa dipertanggungjawabkan baik
karena alasan pembenar maupun karena allasan pemaaf
C. Apakah benar terhadap tindak pidana yang terbukti hak / wewenang melakukan
penuntutan telah hapus ; karena :
1. delik aduan; pengaduan telah dicabut
2. nebis in idem
3. terdakwa meninggal dunia
4. daluarsa
5. denda maksimal telah dibayar (tindak pidana yang hanya diancam
dengan pidana denda saja)
MEMPELAJARI PERMOHONAN PERPANJANGAN PENAHANAN
Teliti apakah terhadap penahanan tersangka memenuhi syarat.
1 Syarat Pembuktian :
Apakah sudah diperoleh bukti yang cukup
2. Syarat Material / Obyektif :
Apakah tindak pidana yang disangkakan diancam pidana lima tahun
atau lebih atau tindak pidana yang tercantum secara limitatif pada
pasal 21 ayat (4) b KUHAP
3. Syarat Formil / Kebutuhan / SubyektifDikuatirkan akan melarikan diri,
menghilangkan barang bukti atau mengulangi melakukan tindak
pidana (Pasal 21 ayat (1) KUHAP)
4. Syarat Administratif
Apakah dengan surat perintah penahanan dan dibuatkan Berita Acara
Penahanan dan telah diterima oleh tersangka serta turunannya
disampaikan kepada keluarganya.

5. Apakah SPDP sudah disampaikan sebelumnya.


Menerima dan Meneliti kelengkapan Berkas
Perkara :
A. Jenis Bukti
a. Keterangan saksi dalam BAP saksi
b. Keterangan ahli dalam BAP ahli/laporan ahli
c. Keterangan tersangka dalam BAP tersangka
d. Surat/dokumen yang telah disita secara sah
e. Barang bukti yang telah disita secara sah

B. Syarat sah Berita Acara :


a. Dibuat oleh penyidik yang berwenang (tersebut dalam
surat perintah penyidikan)
b. Dibuat berdasarkan sumpah jabatan
c. Diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik dan
semua pihak terkait
C. MENELITI BAP SAKSI
1. Teliti apakah berita acara tersebut sudah memenuhi syarat sahnya
suatu berita acara.
2. Teliti apakah antara saksi dan terdakwa ada hubungan keluarga
sedarah / semenda sampai derajat ketiga dengan tersangka atau
hubungan suami isteri.
3. Teliti apakah keterangan saksi menyangkut apa yang ia lihat sendiri,
dengar sendiri atau alami sendiri; bukan diperoleh dari pengetahuan
orang lain, bukan pendapat, kesimpulan dll
4. Teliti apakah kemungkinan saksi tidak bisa hadirdisidang
5. Teliti apakah keterangan saksi rasional dan bukan rekayasa

D. MENELITI BAP / LAPORAN AHLI


1. Teliti apakah BAP atau Laporan Ahli sudah memenuhi syarat sahnya BAP
/ Laporan Ahli.
2. Teliti apakah Ahli sebelum memberikan keterangan disumpah lebih
dahulu atau apakah laporan ahli tersebut sudah dibuat berdasarkan
sumpah jabatan.
3. Teliti apakah ahli tersebut mempunyai keahlian khusus dalam bidang
tertentu
E. MENELITI BAP TERSANGKA
1. Teliti apakah BAP tersangka sudah memenuhi syarat sahnya suatu berita
acara.
2. Teliti apakah diberi hak untuk didampingi penasehat hukum.
3. Teliti dalam hal tindak pidana yang disangkakan, diancam pidana penjara
15 tahun atau lebih apakah ia diperiksa dengan didampingi penasehat
hukum.
4. Teliti apakah jawaban tersangka diberikan dalam keadaan bebas, dan
tidak diajukan pertanyaan yang menjerat.
5. Teliti apakah tersangka diberi kesempatan mengajukan saksi dan atau ahli
yang menguntungkan baginya.
F. PENELITIAN SURAT / DOKUMEN / BARANG BUKTI
1. Teliti apakah sudah ada penetapan izin / persetujuan Ketua PN setempat
atau bukti tanda terima dari pihak yang menyerahkan (meliputi
penggeledahan / penyitaan)
2. Apakah ada surat perintah penggeledahan / penyitaan dan dibuatkan berita
acara penggeledahan / penyitaan dan disaksikan oleh dua orang saksi
3. Apakah suatu barang bukti yang disita sesuai dengan berita acara penyitaan
4. Apakah barang bukti / surat yang disita ada hubungan langsung dengan
tindak pidana yang disangkakan
5. Apakah barang bukti disimpan di Rubasan, gudang, dititipkan atau
dipinjamkan
6. Kalau barang bukti dilelang apakah oleh pejabat lelang negara, ada
disisihkan contoh dan dibuatkan berita acara:
a. Kalau barang bukti dikembalikan apakah ada surat perintah pengembalian
dan dibuatkan berita acara
b. Kalau logam berharga, narkotika / psikotropika dan benda tertentu lainnya
apakah ada berita acara keterangan ahli
c. Luka, sebab kematian dibuktikan dengan Laporan Ahli (V.E.R) dari ahli
kedoktoran kehakiman)
Memberi petunjuk guna melengkapi berkas perkara
CONTOH PETUNJUK DALAM P19
1.Fakta dalam berkas perkara :
Saksi A adalah warga negara asing, sehingga diduga tidak akan dapat hadir
dalam pemeriksan di pengadilan
Dasar : Pasal 116 ayat (1), Pasal 162 ayat (1), (2) KUHAP
Petunjuk : Supaya saksi A diperiksa ulang dan disumpah sebelum
memberikan keterangan, keterangan yang dibacakan di sidang pengadilan, nilainya
sama dengan keterangan saksi
2.Fakta dalam berkas perkara :
Ahli B beragama Kristen Protestan diperiksa di penyidikan tanpa berjanji
sebelum memberikan keterangan
Dasar : Pasal 120 ayat (2), Pasal 179 ayat (2) KUHAP
Petunjuk : Supaya ahli B berjanji lebih dahulu dihadapan penyidik sebelum
memberikan keterangan agar keterangannya mempunyai nilai sebagai bukti keterangan
ahli
3. Fakta dalam berkas perkara :
Tersangka disangka melakukan pembunuhan (Pasal 338 KUHP) diperiksa tanpa
didampingi penasihat hukum
Dasar :
Pasal 56 ayat (1) KUHAP
Petunjuk :
Supaya tersangka diperiksa dengan didampingi penasihat hukum, dengan
memberi tahukan bahwa menghadirkan penasihat hukum adalah kewajiban
penyidik. Kalau tersangka menolak supaya dibuatkan berita acara penolakan
yang ditanda tangani tersangka dan penyidik juga penasihat hukum kalau dia
hadir
4. Fakta dalam berkas perkara :
Barang bukti berupa sepeda motor disita dari tersangka dalam keadaan
tertangkap tangan tapi tanpa penetapan persetujuan ketua PN
Dasar:
Pasal 38 ayat (2) KUHAP
Petunjuk :
Agar segera minta penetapan persetujuan dari ketua PN dan penetapan
tersebut dilampirkan dalam berkas perkara
PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN :
1. Dalam waktu tujuh hari Penuntut Umum sudah harus memberitahukan
kepada penyidik apakah berkas perkara sudah lengkap atau belum. (Pasal
138 ayat (1) KUHAP)
2. Dalam hal berkas perkara belum lengkap, maka dalam waktu empat belas
hari (7 hari + 7 hari) Penuntut Umum Wajib sudah mengembalikan berkas
perkara untuk dilengkapi dengan disertai petunjuk yang jelas dan bisa
dilaksanakan. (Pasal 138 ayat (2) KUHAP)
3. Dalam waktu empat belas hari setelah menerima berkas dari PU, penyidik
harus sudah melengkapi berkas perkara sesuai petunjuk dan
mengembalikan kepada PU. (Pasal 138 ayat (2) KUHAP).
4. PU hanya menerima berkas perkara yang sudah lengkap.
5. Apabila penyidik tidak dapat melaksanakan petunjuk maka PU meminta
penyerahan tersangka dan barang bukti untuk dilakukan pemeriksaan
tambahan.
MAPPI saat ini mengajukan permohonan uji materi ke
Mahkamah Konstitusi terhadap beberapa Pasal dalam UU
No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yaitu Pasal 50 ayat (1)
dan (2) , Pasal 14 huruf b dan i, Pasal 109 ayat (1), Pasal
138 ayat (1) dan (2) KUHAP.

Keselurhan pasal tersebut berkaitan erat dengan HAM karena dapat


menimbulkan kesewenang-wenangan penyidik dan berlarut-
larutnya penanganan tindak pidana dalam proses penyidikan.

Contoh :
• Kasus tersangka Denny Indrayana.
• Kasus Suparman Marzuki dan Taufiqurrohman Syahuri.
MENERIMA TANGGUNG JAWAB TERSANGKA DAN
BARANG BUKTI
1. Dalam hal berkas perkara dinyatakan lengkap penyidik
segera menyerahkan tanggung jawab tersangka dan
barang bukti (kalau ada) kepada PU.
2. Penuntut Umum meneliti identitas tersangka
disesuaikan dengan identitas dalam BAP tersangka,
BAP penahanan, dan apakah keterangan / fakta dalam
BAP-BAP tersebut benar atau tidak.
3. Apakah tersangka dapat dan perlu ditahan atau tidak.
4. Apakah barang bukti yang diserahkan, sesuai dengan
berita acara penyitaan.
5. Penelitian barang bukti harus disaksikan dan
dibenarkan oleh tersangka yang ikut bertandatangan
dalam berita acara penyerahan barang bukti.
6. Penyimpanan barang bukti di Rubasan atau di gudang,
atau dititipkan dan tidak boleh dipinjamkan atau
dipergunakan dalam keadaan apapun juga.
Apabila PU merasa berkas perkara penyidikan sudah layak utk dimajukan ke
persidangan maka Penuntut Umum akan melimpahkan Surat Dakwaan berikut
Berkas Perkara dan barang buktinya ke Pengadilan.

SURAT DAKWAAN
PENGERTIAN :
Surat atau akte yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan
kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan
penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi Hakim dlm
pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

 Apabila hakim menjumpai rumusan surat dakwaan yang


menyimpang dari hasil pemeriksaan penyidikan, hakim dapat
menyatakan surat dakwaan tidak dapat diterima.
 Pemeriksaan persidangan tidak boleh lari menyimpang dari apa
yang dirumuskan dalam surat dakwaan.
SYARAT-SYARAT DAN BENTUK-BENTUK SURAT DAKWAAN

a. Syarat Syahnya Surat Dakwaan


• Syarat Formal
• Diberi tanggal dan ditandatangani penuntut umum
• Mencantumkan identitas terdakwa :
- Nama Lengkap
- Tempat tanggal lahir
- Jenis kelamin
- Kebangsaan
- Tempat tinggal
- Agama, dan
- Pekerjaan
•Syarat Materil
•Mumuat uraian secara ;
cermat,
Jelas, dan
lengkap,
mengenai tindak pidana yang didakwakan
•Menyebutkan waktu tindak pidana dilakukan
•Menyebutkan tempat tindak pidana dilakukan
(pasal 143 ayat (2) a, b KUHAP)

•Memuat keterangan mengenai keadaan terutama yang


dapat memberatkan / meringankan kesalahan terdakwa.
(pasal 250 ayat (4) HIR)
a.1 Surat Dakwaan Tidak Memenuhi Ketentuan
Tidak Memenuhi Syarat Formal
Surat dakwaan tidak batal demi hukum
Surat dakwaan dapat dibatalkan (baik atas keberatan
terdakwa / PH atau karena kewenangan hakim)
Tidak Memenuhi Syarat Materil
•Surat dakwaan batal demi hukum (pasal 143 ayat 3
KUHAP; pasal 250 (4) HIR)
•Tidak Cermat :
•Delik aduan, yang pengaduannya surat dicabut
•Penerapan hukum tidak tepat
•Terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan
•Tidak dapat dituntut demi hukum
•Surat dakwaan disusun berdasarkan hasil penyidikan
yang tidak sah
•Tidak Jelas :
•Mencampur adukan unsur tindak pidana yang satu dengan
yang lain (pencurian dgn penggelapan) ;
•Tidak jelas menyebutkan fakta perbuatan yang menjadi
dasar tindak pidana yang didakwakan ;
•Tidak jelas menguraikan peranan masing-masing peserta
(dlm delik penyertaan) ;
•Tidak jelas membedakan antara unsur masing-masing delik
yang didakwakan (concurcus / samanloop).

•Tidak Lengkap :
•Tidak lengkap menyebutkan unsur tindak pidana yang
didakwakan ;
•Tidak lengkap menguraikan fakta yang mendukung masing-
masing unsur delik ;
•Tidak menyebutkan unsur khusus delik berkwalifikasi
(unsur PNS, unsur subyektif) ;
•Tidak lengkap menguraikan perbuatan materil tindak pidana
yang didakwakan (cara melakukan).
a.2 Pengertian Tempus dan Locus Delicti

Tempus Delicti
Menyangkut asas legalitas
Menyangkut umur terdawka / korban pada waktu tindak pidana
dilakukan
Menyangkut unsur delik tertentu (malam hari)
Menyangkut masa daluarsa
Menyangkut alibi terdakwa
Menyangkut masa recidivi

Locus Delicti
Kewenangan mengadili
Ruang lingkup berlakunya UU pidana
Menyangkut unsur delik tertentu (dimuka umum)
Menyangkut alibi terdakwa
a.3 Batalnya Surat Dakwaan

 Syarat Formil Dapat Dibatalkan


 Syarat Materil Batal Demi Hukum
 Yang menentukan Batal Penilaian Hakim
Tidak semua fakta / keadaan Harus dirumuskan dalam Surat
Dakwaan
Tidak
 hanya yang mendukung perbuatan pidana dan unsur tindak
pidana
 Yang tidak langsung mendukung tidak harus dimasukkan ;
► Keadaan mati seketika atau tidak lama kemudian di rumah sakit
► Terdakwa ditangkap kemudian diserahkan ke kantor Polisi
► Contoh Surat Dakwaan Yang Batal
 Tidak Cermat
Penerapan hukumnya tidak tepat
Unsur dan pasal yang disangkakan pencurian dengan
kekerasan, akan tetapi uraian perbuatan : “karena takut
korban menyerahkan arloji yang dipakainya(pemerasan)”
Anak berumur di bawah 18 tahun, didakwa bersama-sama
dgn orang dewasa dalam satu surat dakwaan.
Tidak dapat dituntut demi hukum
Terdakwa didakwa melakukan pencurian yang dilakukan 13
tahun yang lalu.
Delik aduan tanpa pengaduan
Seorang didakwa mencuri mobil bapaknya, sementara si
Bapak tidak mengadukan anaknya, atau pengaduannya
sudah dicabut.
Pengadilan Negeri tidak bewenang mengadili
• Tidak diuraikan / diuraikan tetapi tidak jelas dimana tindak
pidana itu dilakukan.
 Tidak Jelas
 Bentuk Dakwaan tidak jelas
Apakah dakwaan kumulatif atau alternatif
Apakah terdakwa bersama-sama atau membantu
Apakah pembarengan atau perbuatan berlanjut
 Tidak menyebutkan fakta yang menjadi dasar tindak pidana yg
didakwakan
Didakwakan “pencurian pada malam hari”, tetapi tidak dijelaskan
apakah terdakwa ada di rumah itu tidak dikehendaki yang berhak
Didakwakan penggelapan, tetapi yang dijadikan tempus dan locus
delicti adalah ketika terdakwa menerima barang itu dan bukan
pada waktu memiliki / menggunakan
 Tidak jelas menguraikan Peranan masing-masing Peserta
Para terdakwa didakwa secara bersama-sama melakukan
penganiayaan, tetapi tidak dijelaskan apa yang dilakukan dan
bagaimana perbuatan itu dilakukan oleh masing-masing peserta
Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana eks psl. 415 KUHP,
tetapi tidak dijelaskan apakah terdakwa adalah PNS dan apa
jabatannya.
 Tidak jelas Membedakan Unsur Delik yang Didakwakan
• Tidak jelas membedakan apakah perbuatan pidana sudah selesai
atau baru percobaan
 Tidak Lengkap
 Tidak Lengkap Menyebutkan Unsur Tindak Pidana yang
Didakwakan
Didakwa melakukan pencurian, tapi tidak menyebutkan unsur
“dengan maksud untuk memiliki”.
 Tidak Lengkap Menguraikan Fakta Yang Mendukung Unsur Delik.
Terdakwa didakwa “dengan sengaja” merampas nyawa orang
lain; tapi tidak diuraikan apakah terdakwa menyadari /
mengetahui dan menghendaki perbuatan terdakwa yang
mengakibatkan matinya korban.
 Tidak Menyebutkan Unsur Khusus Delik Berkwalifikasi
Pencurian ternak, tidak menyebutkan jenis ternak yang diambil;
Pencurian – kekerasan, tidak menyebutkan apakah dalam
sebuah rumah /pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di
jalan umum, atau kereta api yang sedang berjalan.
 Tidak Lengkap Menguraikan Perbuatan Materil Delik Yang
Didakwakan
• Bagaimana cara pembunuhan, pemalsuan
• Penganiayaan, tipu muslihat terdakwa lakukan
b. Bentuk-bentuk Surat Dakwaan

 Perumusan surat dakwaan ditentukan oleh penguasaan


pengetahuan hukum acara dan hukum materiel
 Bentuk surat dakwaan mengikuti perbuatan pidana yang terjadi
• Pelaku dan perbuatannya tunggal
• Deeineming / penyertaan
► Medeplegen / bersama
► Uitlokking / penganjuran
► Doenplegen / menyuruh melakukan
► Medeplichtige pembantuan
• Concursus / perbarengan
 Concursus idealis
 Concursus realis
 Voorgezette handeling
 Penyusunan dan perumusan surat dakwaan yang baik dan benar
memerlukan kemampuan :
• Penguasaan pengetahuan hukum acara pidana dan hukum pidana
materil
• Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
• Memilik jiwa seni (bahasa sastra)
b.1. Bentuk Dakwaan Biasa / Tunggal

 Terdakwa hanya melakukan satu tindak pidana


• Seorang terdakwa melakukan satu tindak pidana (paling sederhana)
• Seorang terdakwa melakukan perbuatan berlanjut (voorgezette
handeling)
• Beberapa orang terdakwa secara bersama-sama (medeplegen)
melakukan satu tindak pidana

 Kerangka / Pola Surat Dakwaan


1. Identitas Terdakwa / Para Terdakwa
2. Status tahanan (tidak harus)
3. Dakwaan
• Jumlah dan peran masing-masing terdakwa
• Waktu terjadinya tindak pidana
• Tempat terjadinya tindak pidana
• Uraian lengkap unsur delik
• Dirangkaikan dengan fakta / keadaan yang mendukung masing-masing
unsur delik (cara tindak pidana dilakukan dan akibat yang ditimbulkan –
delik materil)
4. Diberi tanggal pembuatan surat dakwaan dan ditandatangani Penuntut
Umum
b.2. Bentuk Dakwaan Alternatif
 Terdiri dari lebih satu tindak pidana yang didakwakan
• Antara dakwaan yang satu dengan yang lain saling mengecualikan
• Hanya satu dakwaan yang dibuktikan
• P.U bebas memilih dakwaan mana yang dianggap terbukti
• Hakim hanya memilih satu dakwaan yang dapat dipertanggung
jawabkan kepada terdakwa
 Sifat / Ciri :
• Antara dakwaan yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kata
penghubung “ATAU”
• Antara dakwaan yang satu dengan yang lain bukan tindak pidana yang
sejenis (tidak mutlak)
 Cara Pemeriksaan / Pembuktian
• Semua dakwaan diperiksa lebih dahulu
• Dari hasil pemeriksaan, PU dan Hakim memilih satu dakwaan yang
tepat dan terbukti
Contoh :
• P.U ragu apakah tindak pidana yang disangkakan dalam berkas;
“penipuan” atau “penggelapan”
• Susunannya :
 … rumusan tindak pidana penipuan …
ATAU
 … rumusan tindak pidana penggepalan …
b.3. Bentuk Dakwaan Subsidair

 Terdiri dari lebih satu tindak pidana yang didakwakan


• Hanya satu dakwaan yang dibuktikan
• P.U / Hakim memilih hanya dakwaan yang dianggap terbukti
• Yang pertama-tama dibuktikan adalah dakwaan utama/primair. Kalau
dakwaan primair terbukti, dakwaan pengganti/subsidair tidak perlu
dibuktikan
• Dakwaan subsidair dibuktikan, jika dakwaan primair tidak terbukti.

 Sifat / Ciri :
• Tindak pidana yang satu dengan yang lain sejenis atau menimbulkan
akibat yang sama
• Terdapat titik singgung antara ketentuan pidana yang satu dengan
lainnya
• Susunan dimulai dari ancaman pidana terberat sbg dakwaan primair
baru yang ringan sbg dakwaan subsidair, dan seterusnya lebih
subsidair.
 Cara Pemeriksaan / Pembuktian Dakwaan Subsidair
• Dakwaan diperiksa dan dibuktikan satu persatu
• Yang pertama diperiksa adalah dakwaan primair; dakwaan
subsidair baru diperiksa jika dakwaan primair tidak terbukti
Contoh :
• Primair :
Pembunuhan berencana
• Subsidair :
Pembunuhan biasa
• Lebih subsidair
Penganiayaan berencana mengakibatkan kematian
• Lebih subsidair labi
• Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
b.4. Bentuk Dakwaan Kumulatif
 Dalam satu surat dakwaan didakwakan beberapa tindak pidana
sekaligus, yang masing-masing berdiri sendiri baik dengan ancaman
pidana sejenis atau tidak sejenis.
• PU harus membuktikan satu persatu tindak pidana yang didakwakan

 Sifat / ciri dakwaan Kumulatif


• Terdiri dari lebih dari satu tindak pidana
• Antara dakwaan yang satu dengan yang lain dihubungkan
dengan kata penghubung “DAN”.
• Dilarang mengkumulasikan antara delik yang diperiksa dengan
acara pemeriksaan biasa/singkat dengan delik yang diperiksa
dengan acara pemeriksaan cepat.
b.5. Bentuk Dakwaan Gabungan / Kombinasi
 Dasarnya adalah Surat Dakwaan Kumulatif
 Salah satu atau setiap Dakwaan Kumulatif itu terdapat bentuk
Dakwaan Alternatif atau Dakwaan Subsidair
 Merupakan concursus idealis
 Contoh :
Dakwaan Kesatu
Primair :
Melakukan tindak pidana “pembunuhan berencana”. Dakwaan pasal
340 KUHP
Subsidair :
Melakukan tindak pidana “pembunuhan biasa”; Dakwaan pasal 338
KUHP
Dakwaan Kedua
Membawa senjata api tanpa hak; dakwaan pasal 1 ayat (1) UU No.
12/Drt/1951
Atau sebaliknya
Dakwaan Kesatu
Berbentuk Tunggal dan Alternatif
Dan
Dakwaan Kedua :
Berbentuk Subsidair atau Alternatif juga
 Pembuktian Dakwaan Gabungan
• Dakwaan Kesatu Primair lebih dahulu dibuktikan, kalau sudah terbukti,
Dakwaan Subsidair tidak dibuktikan ;
• Kemudian Dakwaan Kedua juga harus dibuktikan (dan seterusnya).
 Dalam Surat Dakwaan Gabungan tidak boleh ada dakwaan tindak
pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat
b.6 Surat Dakwaan Dalam Hubungannya dgn Pasal
141 dan 142 KUHP
• Pasal 141 KUHP
Penggabungan perkara dalam satu surat dakwaan
Beberapa tindak pidana dilakukan oleh satu terdakwa yg sama (concursus
realis)
Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain
(voorgezette handelig)
Beberapa tindak pidana yang satu sama lain ada hubungannya (pasal 84 (2)
KHUP) disusun secara concursus realis
Lihat juga penjelasan pasal 141 tsb)
Beberapa orang melakukan satu tindak pidana secara bersama-sama
(medeplegen)
• Pasal 142 KUHP
Satu berkas perkara memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan
beberapa orang
Penuntut umum melakukan penuntutan terhadap masing-masing
terdakwa secara terpisah (spiltsing )
• Penganjur dan pelaku
• Pembantu dan pelaku
• Orang dewasa dan anak dibawah umur 18 tahun
• Tindak pidana ekonomi dan tindak pidana umum
• Dll.
b.7 Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan
• Jangan merumuskan kualifikasi delik dalam surat dakwaan (mencuri;
menipu; membunuh; memeras dll)
• Jangan hanya menguraikan unsur-unsur delik tanpa uraian perbuatan
materil yg dilakukan terdakwa
• Jangan hanya menguraikan perbuatan materil saja tanpa didahului
perumusan unsur deliknya
• Yang diuraikan dan dirumuskan hanya fakta perbuatan.
Jangan menyebutkan kesimpulan (kesimpulan nanti dlm tuntutan pidana)
Jangan menyebutkan fakta perbuatan yang tidak ada dalam berkas perkara
(yg diperoleh dari alat bukti)
• Dalam hal terjadi penyertaan dalam satu surat dakwaan, maka harus
dirumuskan secara jelas terperinci peran masing-masing terdakwa
• Hindari pertentangan antara uraian unsur delik dengan perumusan
fakta perbuatan.
• Contoh :
• Pasal 170 KUHP; … dengan tenaga bersama atau sendiri-sendiri …
• Pasal 368 KUH; … setelah tidak berdaya, terdakwa mengambil dompet
dalam saku celana korban ….
• Pasal 82 UU No. 14/1997; … menggunakan merek yang sama pada
pokoknya, … tapi dalam uraian yang disebutkan
perbedaannya.
• Hindari pengulangan kalimat yang sama dan hindari kalimat
yang berbelit-belit
• Jangan mendakwakan tindak pidana ringan atau pelanggaran
lalu lintas jalan dalam surat dakwaan (sekalipun dlm bentuk
Kumulatif, Subsidair; atau Alternatif)
• Dalam rumusan surat dakwaan jangan mencampur adukan
antara :
Penganjur dgn pembantu
Penganjur dgn menyuruh melakukan
Concursus idealis dgn voorgezette hendeling
Concursus idealis dgn concursus realis
Voorgezette handeling dgn concursus realis
• Dalam unsur delik tertentu perlu penjelasan untuk menghindari
dakwaan tidak jelas
Dalam delik culpa, harus menguraikan perbuatan terdakwa yang
dianggap alfa
Unsur dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu; harus
menguraikan motiv, bentuk perencanaan, hubungan antara
perencanaan dengan pelaksanaan.
• Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat
dimengerti dan dakwaan tidak kabur.
b.8. Beberapa Yurisprudensi
► Putusan MA; tgl. 31-1-1973, No. 104 K/Kr/1971 dalam perkara :
Rinie Juiar Tutut
“…bahwa dalam tuduhan ternyata tidak disebutkan semua unsur delik
pasal 378 KUHP dan meskipun disebutkan waktu dan tempat perbuatan
dilakukan tapi tidak dengan jelas dan tepat diluruskan hal ihwal
terdakwa.
“… oleh karena itu tuduhan harus dinyatakan batal”.
► Putusan MA; tgl. 25-1-1975 No. 41 K/Kr/1973, dalam perkara : Andi
Tadang Anwar
“ … tindak pidana penggelapan secara prinsipil berbeda dengan tindak
pidana penipuan. Ia harus dengan tegas dirumuskan dalam tuduhan
dan tidak cukup menunjuk kepada tuduhan primair saja”.
► Putusan MA; tgl. 10-12-1974, No. 74 K/Kr/1973, dalam perkara :
Sungani Sunjaya.
“ … suatu tuduhan tindak pidana yang dirumuskan berdasarkan unsur-
unsur pemerasan psl 368 KUHP bersama-sama unsur-unsur penipuan
pasal 378 KUHP merupakan kesalahan yang essensial yang
menyebabkan tuduhan itu batal” .
► Putusan H.R; tgl. 17-11-1941
“…dianggap kurang memenuhi syarat adalah kwalifikasi sebagai berikut
: bahwa pegawai negeri tersebut “dalam menjalankan tugasnya yang
sah”, karena tidak dijelaskan perbuatan yang memperjelas kwalifikasi.
► Putusan H.R ; tgl 27-6-1938 N.j 1939 hal 24
“ … kata-kata : “dengan sengaja dan melawan hukum” bukan hanya
kwalifikasi tapi juga merupakan pengertian yang nyata (artinya tidak
perlu diuraikan)”.
► Putusan H.R; Tgl. 23-4-1961 N.j 1970 No. 13-14
“ … tuduhan tersebut tidak cukup jelas menguraikan perbuatan konkrit
dari terdakwa, karena di dalamnya tidak sedikitpun diuraikan
bagaimana caranya dan dengan alat apa terdakwa dapat masuk ke
stasiun bensin tersebut, sedang isitlah “memasuki” saja tidaklah cukup
untuk menguraikan perbuatan yang dilakukan, karena “memasuki”
dapat terjadi dengan bermcam-macam cara”.
Tuduhan demikian dibatalkan.
► Putusan MARI No. 229 K/Kr/1953
Pengakuan terdakwa di luar sidang, yang kemudian ditarik tanpa
alasan, adalah merupakan suatu petunjuk tentang adanya kesalahan
terdakwa tersebut.
► Putusan MARI No. 1671.K/Pid/1996, Tgl. 18-03-1997
Mahkamah Agung membenarkan putusan Hakim Pertama dan
mempersalahkan terdakwa melakukan delik “membantu melakukan
pembunuhan berencana” terhadap dakwaan alternatif yang tidak
didakwakan Penuntut Umum.
Dakwaan PU :
Primair : psl. 340 jo psl. 55 ayat (1) ke-1 KUHP
Subsidair : psl. 338 jo psl. 55 ayat (1) ke-1 KUHP
MARI : Terbukti psl. 338 jo psl. 56 KUHP
► Putusan MARI No. 758.K/Pid/1996, Tgl. 25-02-1998
1. Surat dakwaan yang mencantumkan psl. 55 KUHP secara umumn
tanpa menjelaskan dan merinci ayat dan angka berapa dari pasal yg
didakwakan, menyebabkan surat dakwaan batal demi hukum (kabur)
2. Surat dakwaan yang demikian tidak memenuhi ketentuan pasal 143
ayat (2) KUHAP. Putusan hakim bukan membebaskan terdakwa dari
segala dakwaan, melainkan dakwaan penuntut umum dinyatakan tidak
dapat diterima.
Catatan : Adnan Paslyadja
Seharusnya putusan MARI berbunyai “Surat Dakwaan batal demi hukum”
► Putusan MARI No. 2125 K/Pid/1990, Tgl. 31-08-1993
1. Ucapan terdakwa dengan kata-kata : “hakim Anjing, Jaksa Kancing,
kerjanya merampas tanah orang saja”, bukan delik memfitnah ex psl.
311 KUHP, akan tetapi termasuk delik menista ex psl 310 ayat (1)
KUHP.
2. Dakwaan ketiga ex psl 335 ayat (1) KUHP, dinyatakan batal demi
hukum karena tidak diterangkan dengan jelas apa yang dilakukan oleh
saksi korban dan apa yang dibiarkan dengan perbuatan melawan
hukum berupa paksaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
dari terdakwa atas korban
Catatan : Adnan Paslyadja
• PU mendakwakan “memfitnah” ex psl 311 KUHP namun MARI
menghukum terdakwa melakukan delik “menista” ex psl 310 KUP yang
tidak didakwakan PU
• Meskipun salah satu dakwaan kumulatif dinyatakan batal demi hukum,
namun tidak membatalkan surat dakwaan secara keseluruhan.
► Putusan MARI No. 758.K/Pid/1996, Tgl. 25-02-1998
Dalam tindak pidana pencurian ex psl 362 KUHP, unsur “mengambil
barang” tidak harus ditafsirkan bahwa barang yang diambil harus dibawa
pergi dan berpindah dari tempatnya semula, melainkan sudah cukup
bilmana barang itu sudah berada di bawah penguasaan sepenuhnya oleh
terdakwa
4. MEMBUAT MATRIK DAN MENYUSUN
SURAT DAKWAAN

 Identitas Terdakwa (para terdakwa)


 Merupakan syarat formal
 Diisi sesuai dengan psl. 143 ayat (2) a KUHP
 Status Tahanan (kalau ditahan)
 Tidak wajib (bukan syarat)
 Kalau dicantumkan harus jelas :
• Jenis tahanan (Rutan, Rumah, Kota)
• Tahanan penyidik berakhir s.d. penyerahan tanggungjawab tsk.
kepada PU
• Tahanan PU, mulai saat penerimaan tanggungjawab tsk dari
penyidik s.d. dilimpahkan ke PN (Acara Biasa)
 Dakwaan :
1) Terdakwa / para terdakwa
• Dimulai dengan kalimat : “Bahwa terdakwa … atau Bahwa
para terdakwa I … dan Terdakwa II … (kalau terdakwanya
lebih dari satu orang
• Kalau terdakwa mempunyai kwalifikasi khusus seperti PNS
(kejahatan jabatan) atau karena hubungan kerja pasal 374
dll harus disebutkan dengan jelas jabatan, kewenangan,
tugas pekerjaan dsb.
• Kalau dilakukan secara bersama-sama, haurs dijelaskan :
- Peranan masing-masing terdakwa
- Kedudukan masing-masing terdakwa (pelaku, penganjur,
penyuruh melakukan, membantu melakukan, bersama-sama
melakukan
- Hindari penyebutan fungsi ganda terhadap terdakwa
(bersama-sama melakukan dan membantu melakukan, psl. 55
jo psl. 56 KUHP)
2) Waktu / Tempus Delicti
• Sesuai waktu yang ada dalam berkas perkara
• Sebutkan hari, tanggal, bulan, tahun, atau setidak-tidaknya pada
sekitar bulan, tahun
• Kalau merupakan perbuatan berlanjut, maka waktunya
(hari/tanggal) harus disebut secara terperinci, demikian juga kalau
dakwaan dalam bantuk Concursus yang digabung dalam satu
dakwaan.
• Mengenai waktu tindak pidana dilakukan merupakan persyaratan
materil surat dakwaan

3) Tempat / Locus Delicti


• Sesuaikan dengan tempat terjadinya tindak pidana dalam berkas
perkara
• Bertempat di jalan …No. .. RT … RW… Desa… Kecamatan
…Kabupaten/Kotamadya… atau setidak-tidaknya di suatu tempat
dalam daerah hukum PN …
• Dalam hal terjadinya di luar wilayah hukum PN yang
bersangkutan, seperti halnya psl. 84 ayat (2), (4); psl. 85 dan 86,
maka setelah menyebutkan tempat terjadinya tindak pidana,
ditambahkan kalimat “… atau setidak-tidaknya termasuk
kewenangan PN … untuk memeriksa dan mengadili”.
• Kalau dakwaannya dalam bentuk Kumulatif dalam satu
dakwaan maka masing-masing tempat kejadian harus
disebut satu persatu secara terperinci disesuaikan dengan
waktu kejadian
• Dalam hal tindak pidana di laut / ZEE / Perikanan, yang
disidik Penyidik Perwira TNI AL, maka yang berwenang
mengadili adalah PN yang di dalam daerah hukumnya
meliputi pelabuhan dimana Kapal / orang itu diserahkan.
• Tempat terjadinya tindak pidana merupakan syarat materil
Surat Dakwaan

4) Uraian Delik dirangkaikan dengan uraian Fakta


perbuatan atau keadaan / kejadian.
• Ada dua teknik penguraian dalam hal ini :
1) Setelah uraian tempat terjadinya tindak pidana langsung
dihubungkan dengan unsur-unsur delik yang didakwakan,
baru kemudian dirangkaikan dengan fakta perbuatan /
keadaan yang menyertai / mendukung unsur delik tadi
2) Setelah uraian tempat terjadi tindak pidana langsung
menguraikan fakta perbuatan/keadaan yang menyertai atau
mendukung setiap unsur delik yang didakwakan, jadi tidak
menyalin keseluruhan unsur-unsur delik secara utuh lebih
dahulu.
• Dalam praktek akhir-akhir ini PU lebih cenderung
menggunakan teknik pertama, dengan maksud agar tidak
ada unsur delik yang tertinggal.
• Dalam hal suatu tindak pidana yang unsur deliknya
merupakan Alternatif sepertihalnya pasal 480 KUHP, psl. 1
ayat (1) UU No. 12/Drt/1951, maka tidak harus semua
unsur Alternatif disalin, tetapi disesuaikan dengan fakta
perbuatan terdaklwa yang ada alam berkas perkara.
• Uraian mengenai cara dan peran terdakwa / masing-masing
terdakwa melakukan perbuatan harus jelas sehingga
terdakwa dapat mempersiapkan pembelaan dirinya. (kalau
tidak jelas Surat Dakwaan batal demi hukum)
• Dalam delik materil (akibat yang dilarang) maka akibat
yang ditimbulkan dari perbuatan terdakwa harus
disebutkan.
• Tidak semua fakta kejadian / keadaan yang tidak
mendukung unsur delik harus dimasukkan dalam surat
dakwaan, sehingga menimbulkan kesan bertele-tele yang
justru bisa membingungkan terdakwa dan Hakim.
5) Sebutkan ketentuan pidana yang disangkakan
• Pasal 363 ayat (1) ke – 1 KUHP
• Pasal 338, jo pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP
• Pasal 362 jo pasal 64 ayat (1) KUHP
• Dll.

6) Surat Dakwaan ditutup dan ditandatangani PU


“… tanggal …. Bulan ….. Tahun …..”

Penutut Umum,
ttd.
SATYA A. WICAKSANA, S.H.
JAKSA PRATAMA NIP. 230022498
 Setiap saat PU harus meneliti kemudian merubah
surat dakwaann jika ada kekeliruan baik Syarat
Formil maupun Syarat Materil, asalkan berkas
perkara belum dilimpahkan ke pengadilan.
 Jika berkas perkara telah dilimpahkan, maka PU
hanya boleh mengubah Surat Dakwaannya.
 Sebelum ditetapkan hari sidang
 Selambat-lambatnya 7 hari sebelum sidang dimulai.
 Tujuan Perubahan Surat Dakwaan
 Untuk menyempurnakan Surat Dakwaan
• Untuk hal yang memberatkan :
 Perbuatan tidak direncanakan menjadi perbuatan berencana
 Pegawai Negeri, atau karena pekerjaannya
 Residivis
 Tentang concursus / samenloop
 Tindak pidana berkwalifikasi ; psl. 363 KUHP diubah menjadi 365
KUHP
• Untuk memperbaiki kesalahan Syarat Formil maupun Syarat
Materil (untuk menghindari batalnya atau dapat dibatalkannya
Surat Dakwaan)
 Perubahan surat dakwaan dapat juga dilakukan untuk tidak
melanjutkan penuntutan (untuk menghentikan penuntutan)
 Tadinya dituntut suatu tindak pidana, kemudian ternyata bukan
tindak pidana
 Harus dihentikan demi hukum ;
• Daluarsa
• Terdakwa meninggal dunia
• Nebis in idem
 Penyidikannya tidak sah, sehingga harus disidik kembali.

Catatan :
Suatu berkas perkara yang sudah dinyatakan lengkap (P-21) tidak
menutup kemungkinan untuk dihentikan penuntutannya berdasarkan
pasal 139, 140 (2) dan 144 ayat (1). Namun seyogyanya jangan
terjadi.
 Perubahan surat dakwaan menjadi tindak pidana lain
 Semula terdakwa didakwa melakukan pencurian kemudian
diperbaiki menjadi penggelapan
 KUHAP tidak mengatur secara tegas
 Sementara mengatakan boleh, dengan alasan
• Belum ada penetapan hari sidang
• Terdakwa masih banyak waktu untuk mempersiapkan
pembeleaannya
 Putusan MARI Tgl. 13-12-1971 No. 15 K/Kr/1969
“… perubahan surat tuduhan yang dimaksud psl. 282 HIR adalah
perubahan yang tidak mengakibatkan timbulnya perbuatan pidana
lain”. –
Catatan :
Psl 282 HIR, memberikan kekuasaan untuk mengubah surat dakwaan
dengan suatu pembatasan, jangan sampai akibat perubahan itu tindak
pidana yang didakwakan berubah menjadi tindak pidana lain.
 Perubahan surat dakwaan :
 Hanya boleh dilakukan 1 kali.
 Surat dakwaan maupun perubahannya harus disampaikan
kpd terdakwa / penasehat hukumnya dan penyidik

Anda mungkin juga menyukai