Anda di halaman 1dari 16

KETUHANAN

OLEH : KELOMPOK 3
MEMBER:
AMIRAFI E (222015084)
RESMA M (222015156)
DIAN S (222015172)
ADIYUNA N (222015195)
OUTLINE:
• SIAPA TUHAN?
• KONSEP KETUHANAN
• BUKTI ADANYA TUHAN
• POSISI MANUSIA TERHADAP PENCIPTA
Allah ‫هللا‬adalah kata bahasa Arab untuk Tuhan (al-Ilāh, arti harfiah: sang Tuhan).
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan
Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS al-An’am[6]:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut
al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang
membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu
manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
KONSEP KETUHANAN
1. Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak
manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum
dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan
Allah dan menjadi saksi.
Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang
sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan
Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.
a. Tuhan mengirimkan utusan
Tuhan juga mengirimkan utusan-Nya saat kerusakan moral terjadi untuk mengembalikan hakekat
tauhid dan menegakkan ajaran-Nya (Al-Anbiya [21]:25). Semua utusan diutus untuk tujuan yang sama,
yaitu tauhid. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan
dirikanlah salat untuk mengingat Aku, (Ta Ha [20]:13-14). Tuhan mengutus Muhammad sebagai nabi
untuk alam semesta. Masyarakat Arab Jahiliyah saat itu, ketika Muhammad diutus, merupakan kaum
yang mengenal Allah namun dalam konsep yang salah. Arab pra-Islam memang mengenal Allah sebagai
Pencipta (Al-‘Ankabut [29]:61-63) dan bersumpah atas nama Allah (Al-An’am [6]:106), namun
beranggapan keliru atas Allah. Mereka menganggap Allah merupakan golongan Jin (As-Saffat [37]:158),
memiliki anak-anak wanita (Al-Isra’ [17]:40), dan bahwa manusia karena tidak mampu berdialog
dengan Allah, karena ketinggian dan kesucian-Nya, menjadikan malaikat-malaikan dan berhala-berhala
untuk disembah sebagai perantara mereka dengan Allah (Az-Zumar [39]:3).
b. Tuhan Maha Esa
Keesaan Tuhan atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Esa
dan (wāḥid). Al-Qur’an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi
alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan.[12] Menurut al-Qur’an:
“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu
dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah
menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (al-An’am [6]:133).
2. Konsep Tuhan berdasar spekulasi
Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid sejati.
Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya adalah Hulul, Ittihad, dan
Wahdatul Wujud.
a. Hulul
Hulul atau juga sering disebut “peleburan antara Tuhan dan manusia” adalah paham yang dipopulerkan
Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu, dapat melebur
dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-lahut manusia. Al-Lahut
merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasutadalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham
ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing.
b. Ittihad
adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti “bergabung
menjadi satu”, sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih
dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan baqa,
bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad harus melalui beberapa
tingkatan yaitu fana dan baqa’. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik.
Pada saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam
hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, “diam pada kesadara ilahi“.
c. Wahdatul Wujud
merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari hadits Qudsi, “Aku pada
mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk,
maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku.” Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak
menciptakan alam semesta. Alam merupakan pemampakan lahir Tuhan.
BUKTI ADANYA TUHAN
1. Dalil fitrah
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka
menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (az-
Zukhruf:87)

َ ‫َص َرا ِن ُِّه أ َ ُّْو يُ َم ِ ِّج‬


ُّ‫سا ِن ِه‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬
ِّ ِ ‫ط َرُِّة فَأَبَ َواُّهُ يُ َه ِّ ِو َداُِّن ُِّه أ َ ُّْو يُن‬ َ ‫ُكلُّ َم ْولُ ْودُّ يُ ْولَ ُُّد‬
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari)
2. Dalil akal
Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia dapat membuktikan
adanya Tuhan.

a. Teori sebab
Adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya.

b. Teori keteraturan
Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang bergerak
dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil berjalan dengan sendirinya, tanpa ada yang mengatur.

c. Teori kemungkinan
Jika alam ini tidak mungkin terjadi dengan kebetulan maka tentunya alam ini ada yang menciptakannya,
yaitu Allah.
3. Dalil naqli
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan
semesta alam.(al-A’raf:54).
4. Dalil indrawi
Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena:

a. Fenomena pengabulan do’a


Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa serta memohon
pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah

b. Fenomena mukjizat
Kadang-kadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya Allah secara inderawi yang disebut
mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang
wujud Yang Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah swt.
POSISI MANUSIA
TERHADAP SANG PENCIPTA
Sesungguhnya kedudukan manusia di hadapan Tuhan, sama sekali tidak ditentukan oleh warna kulit,
kedudukan, kekayaan, atau apapun hal-hal yang bersifat material, akan tetapi hanya bergantung pada
keimanan, ketakwaan dan kesempurnaan seseorang. Dengan kualifikasi seperti itulah seseorang akan
menjadi contoh dan teladan. Dalam pandangan Al-Quran, manusia sempurna seperti Rasulullah SAW dan
keluarganya yang suci, merupakan teladan dan figur bagi manusia yang lainnya.
Seperti pada surah Al-Ahzab ayat 35 disebutkan: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan
yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Intisari dari Q.S tersbut:
“Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan”
“Manusia memiliki derajat yang sama di hadapan tuhan”
“Sehingga satu sama lain, tidak boleh saling merasa benar”
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai