Anda di halaman 1dari 10

Stunting

bagi
Jawa Barat.
Namun,

generasi
pesaing

www.cahyaloka.co
m
08778865602
Stunting sering disebut kerdil atau pendek adalah
kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi
berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia
23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau
tinggi badannya berada dibawah minus dua standar
deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya.

''Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam


pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola
makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses
air bersih‘’. [Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila
Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K)]

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada


1.000 HPK disamping berisiko pada hambatan
pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap
penyakit, juga menyebabkan hambatan perkembangan
kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat
kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Stunting dan masalah gizi lain diperkirakan
menurunkan produk domestik bruto (PDB) sekitar 3%
per tahun. [World Bank, 2014. Better Growth Through
Improved Sanitation and Hygiene Practices, WB:
Angka penderita stunting (kekerdilan) di Jabar mencapai 2,7 juta
anak atau sekitar 29,2 persen dari jumlah penduduk usia balita.
Wilayah terbanyak penderita stunting di Jabar, terutama di
kawasan Jabar Selatan. [pikiran-rakyat.com]

Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN), di Jabar tercatat ada 29,9 persen
atau 2,7 juta balita yang terkena stunting. Tiga belas daerah
dengan penderita terbanyak di Jawa Barat yang disinggung Emil,
antara lain Kabupaten Garut (43,2 persen), Kabupaten
Sukabumi (37,6 persen), Kabupaten Cianjur (35,7 persen),
Kabupaten Tasikmalaya (33,3 persen), Kabupaten Bandung
Barat (34,2 persen), Kabupaten Bogor (28,29 persen), Kabupaten
Bandung (40,7 persen), Kabupaten Kuningan (42 persen),
Kabupaten Cirebon (42,47 persen), Kabupaten Sumedang
(41,08 persen), Kabupaten Indramayu (36,12 persen),
Kabupaten Subang (40,47 persen), dan Kabupaten Karawang
(34,87 persen). [republika.co.id]

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dodo Suhendar


mengungkapkan, isu "stunting" memang baru muncul beberapa
tahun belakangan ini dari kajian WHO yang melihat di Indonesia
banyak anak balita mengalami masalah "stunting". Dodo
menyebut, angka anak balita "stunting" di Garut paling tinggi di
Jawa Barat. Karenanya, pihaknya akan menyusun program
khusus untuk menangani masalah stunting, termasuk di Garut.
Menurunkan, mencegah hingga mentiadakan
stunting berarti menguatkan komitmen
pemerintah dan mengaktivasi partisipasi aktif
masyarakat.

Pencegahan stunting memerlukan


intervensi struktural dan sosio-kultural
yang terpadu dan terukur. Mencakup
intervensi melalui kebijakan yang
menstimulus pola berpikir maju.

Dengan menyelenggarakan intervensi yang


terpadu dan terukur, edukasi memiliki peranan
esensial yang mendasari keberhasilan capaian
kebijakan.

Bahwa kunci keberhasilan perbaikan gizi


masyarakat, kesehatan ibu hamil, tumbuh
kembang anak, dan pencegahan stunting,
sangat dipengaruhi oleh edukasi yang menjadi
tools capaian kebijakan.

Ketika Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita F.


Moeloek, menyebutkan dalam mencegah
stunting perlu perbaikan terhadap pola makan,
pola asuh, dan perbaikan sanitasi serta akses
air bersih, saat bersamaan kita patut
Memproduksi paradigma memerlukan
metodelogis. Edukasi sebagai tools
menyampaikan “pesan” yang menjadi ruh di
paradigma. Edukasi merupakan serangkaian
pengetahuan (terapan) dari metodelogis yang
mengoptimalkan kemampuan praktis.

Edukasi tak dapat berkerja sendiri, ia


membutuhkan aktivitas Rehabilitasi yang
berguna mengikat pengetahuan. Rehabilitasi
memprioritaskan pada mentalitas dan
moralitas (faktor psikologis).

Sedangkan Kaderisasi adalah subjek yang


menjadi katalisator tersampaikannya
paradigma secara terukur. Kinerja Kader
dimonitoring dan dievaluasi menggunakan
Sistem Informasi Rumah Ibu (aplikasi
berbasis website).

Menyoal stunting kiranya terdapat dua


poin
1 fundamental
Edukasi danyang patut dilakukan:
Rehabilitasi
. Kaderisasi dan Membangun
2 Sistem
. Informasi Rumah Ibu (SIRI)
Intervensi stunting memerlukan konvergensi
program dan upaya sinergis dari pemangku
kebijakan dan masyarakat. Untuk memastikan
konvergensi program dan sinergitas,
optimalisasi potensi (sumber daya masyarakat
Jawa Barat) menjadi aksis strategis capaian
kebijakan (intervensi stunting).

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan


Kemiskinan (TNP2K) menyebutkan penyebab
belum efektifnya kebijakan serta program
intervensi stunting yang ada, selain beberapa
faktor terkait persoalan regulasi dan kebijakan
pusat dan daerah, yaitu: “Program-program
berbasis komunitas yang efektif di masa lalu
tidak lagi dijalankan secara
maksimal.” Dalam arti, komunitas tak
dioptimalkan menjadi katalisator sebagai mitra
strategis dari capaian kebijakan.

Menginsyafi hal tersebut, “Program Rumah Ibu”


berkhidmat mendedikasikan menjadi sentra
paradigma progresif dan arif yang berfungsi
sebagai inkubator bagi Wanita, Anak dan
Pemuda/i di Provinsi Jawa Barat.
Capaian Kebijakan
Pemprov Jabar:
INTERVENSI
STUNTING
EDUKASI EDUKASI
DAN DAN
REHABILITA REHABILITA
SI: SI:
ENTITAS: Kaderisasi Wanita, PEMPRO
Posyandu, PKK, dan Anak & VJABAR:
TBM, Majelis INKUBA
Relawan ADVOKA
Pemuda/i
Pengajian, SI SI Kab/Kota,
Koperasi Kec. & Desa
Sehat/Gizi, dan
Dasawisma MONEV:
Capaian
MONEV Kebijakan
: Monev
Capaia Capaian
n Kebijakan:
Kebijaka SIRI www.cahyaloka.co
m
n
NO POKOK-POKOK SASARAN KONTEN INDIKATOR CAPAIAN
PROSTRA
1. Menyelenggarakan Terdistribusikannya 1. Workshop 1. Tersedianya Kader dan
Pelatihan Berkala: Kader dan Relawan Mengatasi Relawan untuk
Workshop dan untuk Kecamatan Persoalan Stunting didistribusikan ke
Training of Trainer dan Desa dan 2. Workshop Kab/Kota, Kecamatan
(TOT). Penguatan PKK, Epidemiologi dan dan Desa.
Imunisasi 2. Tersampaikannya
Posyandu, TBM,
3. Workshop Sanitasi dan pengetahuan dan
Koperasi,
Kesehatan Lingkungan kompetensi secara
Dasawisma sebagai 4. Workshop Literasi: ilmiah pada Kader dan
mitra strategis • Literasi Parenting Relawan.
Pemprov Jawa • Literasi Pemuda/i 3. Kader dan Relawan
Barat. • Literasi Anak menjadi model prilaku
5. Training of hidup sehat dan
Trainer (TOT): sejahtera.
• Pendampingan 4. Kader dan Relawan
dan penyuluhan dapat melakukan
(advokasi) pendampingan dan
• Pengelolaan penyuluhan pada
Koperasi Masyarakat.
Sehat/Gizi 5. PKK, Posyandu, TBM,
• Manajemen Koperasi Sehat/Gizi,
Organisasi Dasawisma, berjalan
6. Capacity secara efektif sebagai
www.cahyaloka.co
Building mitra Pemprov Jabar.
m
Training
NO POKOK- SASARAN KONTEN INDIKATOR CAPAIAN
POKOK
PROSTRA
2. Sosialisasi Program Masyarakat 1. Kampanye: 1. Tersedianya layanan
dan Isu Popular: mengetahui dan • Makanan Bergizi informasi bagi
Stunting, Pra- memahami indikator dan masyarakat mengenai
Pernikahan, tata laku hidup sehat, Pengelolaannya tata laku hidup sehat.
Imunisasi, Penyakit beradab dan sejahtera. • Kesehatan 2. Terpetakannya kondisi
Seksual dan faktual masyarakat
Menular, Sanitasi,
Reproduksi secara spesifik dengan
Kesehatan
• Persiapan ukuran pengetahuan
Lingkungan dan Pernikaha mengenai tata laku
Pemberdayaan n hidup sehat, beradab
Ekonomi Mikro • ASI, Imunisasi dan dan sejahtera.
(Koperasi Kesling 3. Meningkatnya
Sehat/Gizi). • Hidup Sehat kuriositas dan
dan Beradab kesadaran pemuda/i
Bersama mengenai kesehatan
Rasulullah SAW reproduksi dan
1. Pendampingan penyiapan kehidupan
dan Penyuluhan berkeluarga.
di lingkungan: 4. Terbangunnya
• Sekolah dan Ponpes mutualisme masyarakat
• Pertanian, dengan Pemprov Jawa
Perkebunan Barat.
dan Pabrik 5. Terbentuknya Koperasi
• Entitas Masyarakat Gizi yang khusus
2. Penyediaan Alat melayani Ibu Hamilwww.cahyaloka.co
dan
Kampanye. Balita 1000 HPK. m
NO POKOK- SASARAN KONTEN INDIKATOR CAPAIAN
POKOK
PROSTRA
3. Monitoring dan Pembangunan 1. Basis data spasial 1. Kinerja kader dan
Evaluasi dapat Sistem Informasi dan non spasial. relawan dapat
dilakukan secara Rumah Ibu 2. Informasi pemuda/i pra dimonitoring secara
real time untuk berbasis website. pernikahan. intensif.
mengukur capaian 3. Informasi balita 2. Variabel-variabel yang
1000 HPK. menjadi faktor resiko
program.
4. Informasi Ibu yang penyebab stunting
tidak dan dan resiko kesehatan
memberikan ASI. lainnya dapat
5. Informasi pemberian diantisipasi.
gizi cukup. 3. Tersedianya informasi up
6. Informasi to date sebagai referensi
pemberian awal untuk pencegahan
imunisasi. dan tindakan.
7. Informasi PKK, 4. Menjadi tolok ukur
Posyandu, TBM, guna mereferensikan
Koperasi profil kesehatan
Sehat/Gizi, Pemprov Jabar secara
Dasawisma yang aktual.
berjalan efektif
8. Informasi
tersedianya
sanitasi standar.
9. Informasi
potensi
pangan. www.cahyaloka.co
10.Informasi m

Anda mungkin juga menyukai