Refarat Aam
Refarat Aam
•virus,
Acute disseminated • bakteria,
encephalitis •parasit,
•fungus dan
•riketsia.
ENSEFALITIS SUPURATIVA : staphylococcus aureus, streptococcus,
E.coli dan M.tuberculosa.
ENSEFALITIS SIFILIS : Treponema pallidum.
ENSEFALITIS VIRUS :
Virus RNA : morbili, rabies, rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus
dengue), enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus), arenavirus
Virus DNA : Herpes virus (herpes zoster-varisella, herpes simpleks,
sitomegalivirus), virus Epstein-barr, Poxvirus ( variola, vaksinia), Retrovirus :
AIDS
ENSEFALITIS KARENA PARASIT : plasmodium falsifarum.
ENSEFALITIS KARENA FUNGUS : Candida albicans,Cryptococcus
neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis.
RIKETSIOSIS SEREBRI : Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan kutu
Menurut statistik dari 214 ensefalitis,54% (115 orang) dari
penderitanya ialah anak-anak.
Virus yang paling sering ditemukan ialah virus herpes
simpleks (31%) yang disusul oleh virus ECHO (17%).
ensefalitis primer yang disebabkan oleh virus yang dikenal
(19%),
Ensefalitis primer dengan penyebab yang tidak diketahui
(40% ),dan
ensefalitis para- infeksiosa (41%)
Mikroorganisme tumbuh di jaringan
ekstraneural
◦ Saluran nafas : mumps, measles, rubella
◦ Oral-saluran cerna : poliovirus, enterovirus
◦ Inokulasi : gigitan binatang-nyamuk
◦ Plasenta : rubella, MCV, HIV
Penyebaran ke SSP : hematogen-neuronal
Kerusakan neuron
◦ Invasi langsung
◦ Respon imunitas terhadap antigen
•Usia, status imunisasi, infeksi virus, gejala
sistemik yang mendahului, status
imunologik,, infeksi HSV ibu perinatal
Anamnesa •Exposure 2-3 minggu terakhir
•Manusia-hewan sakit, bepergian,
serangga (nyamuk,roden, ticks)
Pemeriksaan
Fisik •Mukosa, kulit-ruam, jaringan limfe
1. Cairan serebrospinal
Analisa sitokimia, virologi, serologi
ELISA
PCR
Baku emas deteksi HSV (spes 100%, sens 75-95%)
Enterovirus, CMV, HHV-6, VZV, HIV
2. Pencitraan
Nilai tingkat kerusakan SSP
CT-SCAN :
Biasanya normal, tidak spesifik, subtle
Edema otak, tanda radang
MRI
Lebih unggul dari pada ct-scan
Pemeriksaan pilihin
HSV : lesi lobus temporal
ADEM : demielinisasi multifokal masa putih
3. Elektroensefalogram
Normal
Perlambatan umum
Status epileptikus non konvulsif
HSV : lesi fokal lobus temporal
Tidak spesifik, empiris
Perawatan penunjang
◦ Beratnya penyakit
◦ Antisipasi penyulit potensial
Kemoterapi antivirus
Pantau ketat di ICU
Cairan IV rendah natrium
75% kebutuhan rumatan
◦ Glukosa 5-10% : NaCl 0,9% (3:1) + KCL rumat
Pantau kadar glukosa, magnesium, kalsium,
elektrolit lain
Asetaminofen/parasetamol
◦ 10-15 mg/kg/kali, 4-5 kali/hari
Ibuprofen
◦ 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali/hari
Kepala setinggi 30ᵒ
Cairan 75% rumatan
Hiperventilasi
◦ pCO2 25 mmHg
Manitol 0,25-1 gr/kg IV 30’/8 jam
Gliserol per NGT 0,5-1 ml/kg/6 jam
Pada 15-50% penderita
Sulit diberantas dan refrakter
Singkat dan tidak sering, benzodiazepine
◦ Diazepam 0,25-0,5 mg/IV ( laju 2mg/menit,
maksimal 20 mg)
◦ Lorazepam 0,05-0,1 mg/kg/IV (laju <2mg/menit,
maksimal 4 mg)
Status konvulsif
◦ Fenitoin 15-20mg/kg (maksimal 1gr),IV perdrip
dalam Nacl, 20 menit
◦ Fenobarbital, 10-20mg/kg (maksimal 1gr), IV
perdrip 5-10 menit
◦ Midazolam 0,1-0,2mg/kg, IV selama 5 menit,
dilanjutkan infus rumatan 0,05 mg/kg/jam,
maksimal 0,4 mg/kg/jam
HSV
◦ Acyclovir 10-20mg/kg/8 jam,14 hari (vzv)
◦ Foscarnet 60mg/8jam, 14 hari
HHV-6,CMV : gancyclovir, forcarnet, zidovir
Measles : ribavirin
Japanes B : interferon alpha
HIV : zidozudine, didanosine, ritonavir
Vaksinasi
Poliomielitis
Japanese B
Varicella
Measles, mumps, rubella
Pengendalian vektor serangga
Penyemprotan
Eradikasi sarang serangga
•Mortalitas dapat mencapai 40%
•Gejala sisa pada 50% survival
•Intelektual, tingkah laku, psikiatrik
•Motorik
•Epileptik
PROGNOSIS •Penglihatan/pendengaran
Ensefalitis adalah inflamasi pada parenkim otak
Penyebab ensefalitis biasanya bersifat infektif tetapi
bisa juga yang non- infektif
Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang
dan kesadaran menurun.
Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa.
Mencapai Central Nervous System melalui darah
(hematogen) dan melalui saraf (neuronal spread).
Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan
pertolongan.
UF wanita (19) rujukan dari puskesmas dengan penurunan kesadaran disertai kejang
sebelah badan. Ibunya mengatakan sebelumnya ada riwayat demam tinggi dan
sifatnya naik turun sekitar 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Namun, gejalanya
semakin memburuk.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran semi coma dengan GCS E1V2M1, pemeriksaan
kaku kuduk (-), babynski test (-), oppenhim test (-), chaddock test (-),gordon test(-),
schaefer test (-), kernig sign (-). Ditemukan edema pada ekstremitas dan edema
kelopak mata.
Pemeriksaan darah rutin terjadi penurunan pada hemoglobin (8,56%), pemeriksaan
tubex thypoid ≥ 6 (+) positif kuat, ureum kreatinin normal, terjadi gangguan elektrolit
yaitu ; hiponatremia (132 mEq/l),hipokalemia (2,9 mEq/l), dan hipochlorida (96
mg/dl). Uji serologi anti HIV non reactive. Pemeriksaan MSCT scan kepala
menunjukkan enchepalitis cerebri.
Hari ketujuh perawatan di rumah sakit dilakukan pemeriksaan ulang ureum kreatinin
normal, foto thoraks tampak edema paru, MSCT scan kepala tampak edema cerebri.
Kesadaran coma dengan GCS E1V1M1. Masih tampak edema palpebra dan edema
seluruh ekstremitas. Selanjutnya pasien dirujuk ke rumah sakit tipe A.