Anda di halaman 1dari 16

http://www.free-powerpoint-templates-design.

com
Kelompok 2 :
Belia Nabila Reta
Mahez Pradana
Putri Devasari
Reynaldi Muhibatullah
Salsabila Nuril
Identitas
Novel
Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : cetakan ke-18, Januari 2015
Halaman : 264 halaman
ISBN : 978-979-22-5780-9
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis perempuan yang
Sinopsis
berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika
sang ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi tulang punggung keluarga
kecil yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya bernama Dede.

Dengan segala keterbatasan yang menghimpitnya, Tania dan Dede akhirnya berhenti
bersekolah. Mereka mulai mengisi hari-hari mereka dengan mengamen yang
diharapkan bisa meringankan beban sang ibu, yang bekerja serabutan dan seringkali
sakit. Tapi semua kesulitan itu mendadak sirna, saat Tania menemukan seseorang.

Sejak itulah kehidupan Tania mulai berubah. Ia kembali bersekolah, kembali


menuntut ilmu berkat seseorang yang kehadirannya ia anggap seperti malaikat di
kehidupannya. Seseorang itu, yang bernama Danar. Tania kemudian mulai
merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi dirinya masih terlampau kecil dan
tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti hatinya itu.
Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali datang menerpa
dirinya. Ibunya meninggal. Tak lama setelah kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa
Sinopsis
untuk bersekolah menengah di Singapura. Dengan nasihat Oom Danar, ia berangkat ke
Singapura, meninggalkan Dede, pusara ibu, dan tentu saja meninggalkan dia.

Tiga tahun terlewati. Tania kembali pulang ke Indonesia, dan menghabiskan masa
liburannya. Meski setelahnya, ia kembali ke Singapura untuk melanjutkan studi sekolah
menengah atasnya disana. Saat hari kelulusan SMA-nya, Oom Danar datang dengan
kekasihnya, Kak Ratna, dan adiknya, Dede. Saat itulah Oom Danar dan kak Ratna
menyampaikan bahwa mereka memutuskan untuk menikah. Tania kaget bukan main.
Setelah kepulangan mereka, Tania bertekad untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.
Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Oom Danar sendiri yang memintanya. Meski kak
Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura beberapa hari sebelum pernikahannya.
Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama ini tentang
perasaan Oom Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata: Malaikatnya itu tak pernah
mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk pemuda itu,
menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan dewasa.
Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-mail dari kak
Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan Oom Danar. Cerita-
Sinopsis
cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan untuk kembali pulang. Tania
pulang ke Indonesia. Dede akhirnya bercerita tentang semuanya, maksud dari semua
perlakuan Oom Danar selama ini, dan sebuah draf novel di laptop Oom Danar yang
pernah ia baca, yang katanya tidak akan selesai.

Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Oom Danar. Tentang perasaan Oom Danar
yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama kepada Tania. Tapi novel
itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti pada saat hari pernikahan Oom
Danar dengan Kak Ratna. Tania kemudian bergegas menemukan Oom Danar. Tania
bertemu dengan Malaikatnya itu dibawah pohon linden, dekat rumah kardus Tania dulu.
Dan disinilah akhirnya semua kebenaran terungkap, Tetapi tidak ada yang berubah,
karena semuanya sudah terlambat. Bahwa Oom Danar sudah bersama Kak Ratna, dan
Kak Ratna sedang mengandung. Akhirnya, jalan yang terbaik adalah sama-sama
melepaskan, dan mengikhlaskan perasaan yang selama ini mereka pendam diam-diam
itu.
Unsur
Instrinsik
Tema
Tema dalam novel ini adalah "Cinta tak harus memiliki", seperti dalam kutipan berikut "Cinta tak
harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini." (hal.256)
Tema dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam kutipan
berikut:

“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin.... Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..” (hlm.63)

“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus
mengerti...pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami...pemahaman yang tulus. Tak
peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat
kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)
Unsur
Instrinsik
PENOKOHAN
1. Tania (Tokoh Aku)
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang
dada. Selain itu, Tania juga seorang yang menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela mengorbankan sekolahnya demi
membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk kelangsungan hidup mereka.
Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku
mendapatkan peringkat terbaik.” (hlm. 127)
Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua
urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania..”” (hlm. 15)
Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)
2) Oom Danar.
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis,
sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman
dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)

Baik
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor
dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm.
24)
“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat merah.” (hlm.24)
Unsur
Instrinsik
PENOKOHAN
3) Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar
yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika
sedang berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego,
sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai
bercerita, karena sering bercerita bersama Oom Danar di kelas mendongeng.
Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)
4) Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik,
menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia begitu
menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar
simpan diam-diam.
Unsur
Instrinsik
ALUR
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur. Hal
ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
• Alur maju
“Dua minggu kemudian, kami pergi ke toko buku ini.” (hlm. 29)

• Alur mundur
“Sepuluh tahun silam di toko inilah untuk pertama kalinya aku bisa merasakan
janji masa depan yang baik.” (hlm. 16)
Unsur
Instrinsik
LATAR
1) Latar Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan Singapura. Seperti ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat
di :
Ø rumah kardus Tania:
“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)
Ø lingkungan rumah kardus Tania:
“aku, adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini.”
(hlm. 232)
Ø toko buku favorit Danar:
“Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya. “
(hlm. 104)
Ø rumah sakit:
“menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)
Ø pusara Ibu:
“Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)
Ø Kontrakan Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm. 67)
Ø Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)
Novel ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di :
Ø Bandara Changi:
“pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm. 102)
Ø NUS (National University of Singapore):
“Aku mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm. 100)
Ø Toko buku terbesar di Singapura:
“buktinya, saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)
Unsur
Instrinsik
LATAR
2) Latar Waktu
Ø Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)
Ø Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
Ø Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
Ø Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)

3) Latar Suasana
Ø Menyenangkan
“pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm. 95)
Ø Menyedihkan
“Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata “kematian”” (hlm. 62)
Ø Mengharukan
“tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (hlm. 130)
Ø Mengagetkan
“mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)
Unsur
Instrinsik
GAYA BAHASA
1) Simile
“seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami...” (hlm.128)
2) Asosiasi
“mobil beringsut seperti keong.” (hlm. 65)
3) Hiperbola
“seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.” (hlm.129)
“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)
4) Personifikasi
“Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)
Unsur
Instrinsik
AMANAT
 Menerima bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang kita inginkan.
Jika sesuatu itu memang bukan hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat,
meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan meski
seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak akan bisa
mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak
Tuhan.
 Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif, hendaknya
kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang itu datangnya satu paket. Alih-
alih bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi. seperti
yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan hidup dan menjadi
seseorang yang sukses di Singapura.
Unsur
Ekstrinsik
• Nilai moral
“Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk
tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan
buruk itu.” (Halaman 31) karena sangat sayangnya dia kepada ibunya
membuat dia bertekad untuk mengingkari janjinya pada ibunya.

• nilai sosial
 “Dia mengeluarkan kotak. Kotak itu berisi dua pasang sepatu. “Pakailah!” Dia
memberi sepatu untuk kami.” (halaman 25) Tokoh “Dia” memberikan sepatu
tanpa pamrih kepada orang yang bahkan baru dikenalnya.
Daun yang jatuh tak pernah
membenci angin. Dia
membiarkan dirinya jatuh
begitu saja. Tak melawan.
Mengikhlaskan semuanya.
― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ―

Anda mungkin juga menyukai