Al Farabi
Al Farabi
Anisa Ramadhani
Constanta Alfa Rizky
Dafa Nur Istiqomah
Al Farabi merupakan salah satu cendekiawan muslim yang terkenal hingga ke negara
Barat. Banyak orang yang mempelajari filsafat mengenal sosok Al Farabi sebagai filsuf
Islam pertama yang sanggup mendalami filsafat Yunani klasik dari Aristoteles dan Plato. Ia
juga berhasil menggabungkan filsafat dari kedua filsuf tersebut dengan ilmu agama Islam.
Bahkan oleh bangsa Arab, ia dikenal sebagai salah satu filsuf terbaik di dunia dan dijuluki
sebagai Guru Besar Kedua setelah Aristoteles.
Menariknya, Ibnu Sina baru berhasil memahami filsafat Aristoteles melalui buku Al
Farabi yang berjudul Tahqiq Ghardh Aristhu fi Kitab ma Ba’da Ath-Tabi’ah. Sebelumnya, ia
sudah berusaha mempelajari buku Metafisika miliki Aristoteles, tapi tak bisa memahami
isinya. Secara tidak langsung, hal tersebut menunjukkan kecerdasan Al Farabi dalam
memahami dan menjelaskan ulang menggunakan bahasanya sendiri.
KARYA
Selain karya seputar filsafat, ia juga banyak menuliskan seputar ilmu bahasa,
matematika, kimia, astronomi, musik, fikih, ilmu alam, militer, dan kenegaraan.
Kaum muslimin pun tak perlu khawatir kalau ilmu filsafat akan bertentangan
dengan ilmu agama. Al Farabi telah berhasil membuktikan kalau dasar-dasar
ilmu filsafat dan ilmu agama Islam itu saling mendukung, bahkan dapat
digabungkan.
Dua filsuf yang paling mempengaruhi Al Farabi adalah Aristoteles dan Plato.
Menariknya, ketika kebanyakan filsuf lain akan membanding-bandingkan filsafat
yang diutarakan oleh kedua filsuf besar tersebut, ia justru berhasil
menggabungkannya. Karena keberhasilan itu, ia dikenal sebagai filsuf
sinkretisme.
PEMIKIRAN
• Metafisika
Seperti yang disebutkan dalam bukunya yang berjudul Al Madinah Al Fadhilah (Kota
atau Negara Utama), masyarakat itu ibarat tubuh manusia. Jika ada salah satu bagian
organ tubuh yang sakit atau terluka, maka dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya.
Masih dalam buku yang sama, Al Farabi juga menyebutkan kalau negara yang baik itu
dapat diibaratkan seperti tubuh manusia sehat yang tumbuh dan berkembang dengan
baik. Kebalikannya, negara yang rusak itu sama seperti orang sakit yang perlu segera
diobati.
PEMIKIRAN
Selain tentang sistem kenegaraan, ia juga memiliki sebuah
pemikiran seputar orang-orang yang berhak memimpin sebuah negara.
Menurutnya, orang-orang yang berhak memimpin negara hanyalah
filsuf, raja, dan nabi. Di sisi lain, seandainya tiga orang tersebut tidak
ada, ia menyebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin.