Anda di halaman 1dari 61

DASAR-DASAR

KEPENDUDUKAN/DEMOGRAFI
Fertilitas

Sisdjiatmo K. Widhaningrat,
Lembaga Demografi, dan
Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

S-2 Lingkungan, Okt. 2009.


1
1. Pertumbuhan penduduk :
Fertilitas – Mortalitas + (Mig. Netto).
2. Kesempatan Kerja = f (Pertumbuhan Ek,..)
 Pertumbuhan ek = pertumbuhan GDP atau GNP

Pertumbuhan penduduk :
• Keseimbangan kekuatan yang menambah dan yang
mengurangi jumlah penduduk.
– Dipengaruhi jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah
penduduk).
– Tetapi secara bersamaan dikurangi jumlah kematian di
setiap kelompok umur.
– “Imigran”akan menambah, “Emigran” akan mengurangi
jumlah penduduk. 2
Jumlah penduduk dan ekonomi

a. Pertumbuhan penduduk 1,2 % per tahun


= 0,012 X 222 juta = sekitar 2,66 juta.
b. Mereka semua bayi (usia dibawah 1
tahun). Tergantung dari Orang Dewasa.

PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
PENDUDUK EKONOMI
3
Mengapa perlu mempelajari
demografi ?

Subyek yang dibicarakan :


• Population size, distribution and composition.
• Population dynamics, the basic factors in
population change.
• Population estimates, population projections,
and related types of data that are not directly
available from a primary source, such as
census, sample survey, or registration system.
4
PERUBAHAN PENDUDUK
(DINAMIKA).

Studi mengenai :
• Perubahan jumlah penduduk
• Perubahan komposisi penduduk

Meliputi :
• Persamaan berimbang :
• P1 = Po + (B – D) + (Mi – Mo)
5
Perubahan alamiah

Perubahan jumlah penduduk tanpa


memperhitungkan migrasi (Natural
increase : Fertilitas dan Mortalitas)
• Persentase Perubahan Alamiah :
Persentase perubahan alamiah terhadap
jumlah penduduk dasar.
B–D
-------- X 100 %
P
6
Persentasi Perubahan Penduduk

Persentase perubahan penduduk terhadap jumlah penduduk


dasar.
B – D + Mi - Mo
---------------------- X 100 %
P

Angka Perubahan Linear :


Perhitungan ini mengasumsikan adanya perubahan
jumlah absolut penduduk yang sama dari tahun ke tahun
lain.
(Pt – Po) / n
r = -----------------
P
7
Angka Perubahan Geometris

Perhitungan ini mengasumsikan adanya


angka perubahan penduduk yang sama
dari tahun ke tahun.
 Pt = Po (1 + r)n
• Angka Perubahan Eksponensial
• Waktu Berganda
• Zero Population Growth

8
SUMBER DATA KEPENDUDUKAN

• Dalam mempelajari keadaan serta


perubahan penduduk suatu daerah/negara,
diperlukan berbagai ukuran. Misalnya :
angka pertumbuhan penduduk, angka
kelahiran, angka kematian dan angka
perpindahan.
•  dapat dihitung dari data yang tersedia
(Sensus Penduduk, Survey, Registrasi, dsb).
9
Transisi Demografi : Perubahan
tingkat Fertilitas dan Mortalitas

I II III IV

10
Teori Transisi Demografi

Yaitu teori yang menerangkan perubahan


penduduk dari tingkat pertumbuhan yang
stabil tinggi (tingkat kelahiran dan kema-
tian yang tinggi) ke tingkat pertumbuhan
rendah (tingkat kelahiran dan kematian
rendah).
Teori ini didasarkan pengalaman negara2
Eropa abad ke 19 (tdk berlaku umum).
Terdiri dari 4 proses tahapan, yang akan
dialami oleh negara yang sedang melaksa-
nakan pembangunan ekonomi yang pesat.
11
Tahap I

• Pertumbuhan penduduk sangat rendah.


• Perbedaan angka kelahiran (50 per
1000 pddk) dan kematian (40 per 1000
pddk) yang tinggi, dan cenderung tidak
terkendali.
• Panen gagal, harga tinggi, kelaparan,
penyakit menular, dsb., menyebabkan
tingkat kematian tinggi.
• Diimbangi dengan tingkat kelahiran
“harus tinggi” juga. 12
Tahap II

• Angka kematian menurun tajam, akibat


revolusi industri, kemajuan tehnologi
dan penemuan obat antibiotik.
• Angka kelahiran menurun lambat, tapi
masih tinggi.
• Akibatnya : jumlah penduduk meningkat
dengan cepat.

13
Tahap III

• Angka kematian terus menurun, tapi


tidak secepat Tahap II.
• Angka kelahiran mulai menurun tajam,
sebagai akibat tersedianya peralatan
kontrasepsi yang semakin maju, serta
peningkatan pendidikan dan kesehatan
masyarakat.
• Pada akhir tahap III ini pertumbuhan
penduduk menjurus rendah. 14
Tahap IV

• Angka kelahiran dan kematian sudah


mencapai angka yang rendah.
• Tingkat pertumbuhan penduduk juga
rendah, yang dihasilkan dalam kondisi
sosial-ekonomi masyarakat yang maju.
• Menurut Coale (1973) : Transisi
Fertilitas dalam bentuk penurunan
TFR, transisi mortalitas dikaitkan
dengan transisi epidemiologi. 15
Pertumbuhan penduduk :

Pt = Po + (B – D) + (Mi - Mo)

Po = Jumlah penduduk tahun dasar.


Pt = Jumlah penduduk tahun sesudahnya.
B = Jumlah kelahiran antara 2 tahun tsb.
D = Jumlah kematian antara 2 tahun tsb.
Mi = Migrasi masuk antara 2 tahun tsb.
Mo = Migrasi keluar antara 2 tahun tsb.

16
Natural Increase : Selisih kelahiran dan
kematian (Fertilitas – Mortalitas).

• Fertilitas : Kemampuan riil seorang wanita


untuk melahirkan, yaitu jumlah bayi yang
dilahirkan (lahir hidup).
• Keputusan ekonomi oleh individu/rumah tangga
 kaitan dengan faktor-faktor demografi
(fertilitas dan migrasi)  menghasilkan bidang
baru yg disebut population economics
• Fertilitas adalah variabel ekonomi yang
endogen, yang merupakan respon terhadap
kendala dan insentif ekonomi
17
Fertilitas : pilihan ekonomi
• Orang tua peduli dengan kuantitas (jumlah)
dan kualitas (kesejahteraan) keturunan
 tercermin pada besarnya pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga untuk anak.
• Ada kalanya, keturunan dianggap sebagai
alat asuransi bagi kesejahteraan orang tua
di umur lanjut
 Pemikiran anak sebagai “barang modal”
(agraris).
18
FERTILITAS

• Fertilitas secara umum diartikan


sebagai :
Kemampuan manghasilkan keturunan
yang dikaitkan dengan kesuburan
wanita.
• Dalam demografi fertilitas lebih dikaitkan
dengan hasil reproduksi yang nyata (bayi
lahir hidup) dari seorang wanita atau
sekelompok wanita.
19
FERTILITAS
• Sinonim fertilitas adalah natalitas.
 mengacu kepada faktor kelahiran dan
perubahan penduduk.
• Dalam arti sempit, yang lebih sering
dipakai adalah fertilitas.
• Sementara itu, statistik kelahiran (birth)
dan angka kelahiran (birth rates)
cenderung lebih sempit penggunaannya
dibandingkan dengan statistik atau angka
natalitas  karena statistik kelahiran lebih
mengacu kepada hasil registrasi. 20
Fekunditas :

• Menunjukkan potensi fisik seorang


wanita untuk melahirkan anak.
• Seorang wanita dikatakan “subur”
(fertile) apabila sudah melahirkan anak
lahir hidup.

21
KONSEP KELAHIRAN.
• Lahir Hidup (Life Birth) :
Kelahiran seorang bayi, tanpa memperhitungkan
lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan, misalnya ada nafas, ada denyut
jantung, atau dejut tali pusat, atau gerakan-
gerakan otot.
• Lahir Mati (Still Birth) :
Kelahiran seorang bayi dari kandungan, yang
sudah berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat
dilahirkan.
22
Abortus :

• Kematian bayi dalam kandungan dengan umur


kehamilan kurang dari 28 minggu.
Ada 2 macam :
• Abortus disengaja (induced abortion) :
berdasar alasan medis, misalnya si ibu
mempunyai penyakit jantung yang berat, atau
membahayakan jiwa ibu jika melahirkan, atau
alasan lain yang berbentuk kesengajaan.
• Abortus tidak disengaja (spontaneous
abortion)
23
KONSEP MASA REPRODUKSI
(Childbearing Ages).

• Secara medis, masa reproduksi adalah masa


dimana seseorang wanita memiliki potensi
untuk menghasilkan keturunan, yang
berawal sejak mendapat haid pertama dan
berakhir pada saat berhenti mendapatkan
haid (menopause).
• Dalam analisa fertilitas, pada umumnya umur 15
– 49 tahun dijadikan rujukan sebagai masa
subur (reproduksi) seorang wanita.
24
UKURAN DASAR FERTILITAS.
2 pendekatan :
a. Ukuran yang sifatnya “penampang melintang”
(cross section) dalam satu tahunan (yearly
performed). Sering disebut current fertility.
Mencerminkan tingkat fertilitas dari suatu
kelompok penduduk atau kelompok wanita
untuk jangka waktu tertentu. Biasanya satu
tahun.
b. Ukuran yang sifatnya mencerminkan “riwayat
kelahiran” atau “ riwayat reproduksi”
(reproductive history). Ukuran ini sering
disebut ukuran longitudinal.

25
Penampang lintang :

• Angka/tingkat Kelahiran Kasar (Crude


Birth Rate, CBR).
• Angka/tingkat Kelahiran Umum (General
Fertility Rate, GFR).
• Angka/tingkat Kelahiran menurut Umum
(Age Spesific Fertility Rate, ASFR).
• Angka/tingkat Kelahiran Total (Total
Fertility Rate, TFR).
26
UKURAN FERTILITAS DARI DATA
SURVEI ATAU SENSUS.

• Anak Lahir Hidup (Children Ever Born,


CEB).
• Rasio Anak-Wanita (Child Women Ratio).
• General Fertility Rate (GFR) berdasarkan
Child Woman Ratio.

27
PERMASALAHAN DALAM
PENGUKURAN FERTILITAS
• Angka fertilitas diukur berdasarkan pembagian antara jumlah
kejadian (event) dengan penduduk yang menanggung resiko
(exposed to risk).
• Tidak semua kelompok penduduk wanita mempunyai resiko untuk
melahirkan, yaitu hanya wanita pada usia reproduktif (15 – 49
tahun). Umumnya terbatas wanita yang telah kawinlah yang
mempunyai rsiko untuk hamil dan melahirkan.
• Kelahiran melibatkan orangtua. Dapat mengukur fertilitas
berdasarkan sifat-sifat ibu, ayah, atau kedua orang tua.
• Penentuan jumlah penduduk yang mempunyai eksposi untuk
melahirkan (expose to risk) dalam fertilitas sangat sukar. Tidak
semua wanita berusia 15 – 49 tahun mempunyai resiko
melahirkan.
• Kesulitas membedakan antara lahir hidup dan lahir mati.
• Ada unsur “pilihan” (choice) untuk melahirkan atau tidak.
Tergantung jumlah anak yang telah dimiliki, pendidikan, dsb.
28
UKURAN REPRODUKSI.
1. Angka Reproduksi Bruto (Gross
Reproduction Rate, GRR).
• Banyaknya bayi wanita yang dilahirkan oleh
suatu cohort wanita, yaitu sekelompok wanita
yang mulai melahirkan pada usia yang sama
dan bersama-sama mengikuti perjalanan
reproduksi sampai masa usia subur selesai.

Terdapat 2 cara perhitungan, menggunakan :


• (a) Angka fertilitas total (TFR).
• (b) Angka fertilitas menurut umur (ASFR).

29
GRR – DKI Jakarta, 1995
Umur Penduduk Kelahiran Kelahiran Bayi ASFR bayi
Wanita Wanita Bayi (L+P) Perempuan saja perempuan /
1000 wanita
(5) = [(4) :
(1) (2) (3) (4) (2)] X 1000
15 – 19 585.414 15.221 7.425 13
20 – 24 589.946 57.225 27.915 47
25 – 29 505.509 61.672 30.084 60
30 – 34 399.754 33.979 16.575 42
35 – 39 330.342 13.544 6.607 20
40 – 44 257.850 2.579 1.258 4
45 – 49 188.589 754 368 2
15 – 49 188
30
GRR – DKI Jakarta, 1995
a. GRR = 100 / 205 X TFR
= 100 / 205 X 1.925
= 939 per 1000 wanita usia 15 – 49 tahun.
GRR = 0,9 anak perempuan per wanita.
Tanpa memperhatikan kematian yang mungkin dialami anak
sesudah kelahiran, akan ada hampir 1 anak perempuan yang akan
menggantikan ibunya melahirkan.

b. GRR = 5 Σ ASFRf.i  dimana I = 1, …, 7


= 5 (188) X 1000 wanita
= 940 per 1000 wanita = 0,9 per wanita.
Di DKI Jakarta 1995, setiap wanita akan digantikan oleh hampir 1
orang anak perempuan yang akan menggantikan ibunya
melahirkan, tanpa memperhitungkan kenyataan bahwa banyak bayi
lahir yang meninggal dan tidak sempat mengalami masa reproduksi.

31
Gross Reproduction Rate (GRR)

• Angka Reproduksi Bruto : banyaknya bayi


perempuan yang dilahirkan oleh suatu “cohort”
wanita dalam usia produktif.
• Kelemahannya :
Tidak memperhitungkan kemungkinan mati bayi
perempuan tersebut sebelum masa reproduksinya.
• Contoh GRR Jakarta 1970 = 2.480 per 1000
wanita (15-49) atau 2,48 bayi perempuan per 1
wanita.
• GRR Jakarta 1995 = 940 per 1000 wanita. 32
Net Reproduction Rate (NRR)

• Berbeda dgn GRR, NRR memperhitungkan


kemungkinan si bayi perempuan meninggal
sebelum mencapai masa reproduksinya.
• Asumsi : bayi perempuan tersebut meng-ikuti
pola fertilitas dan mortalitas ibunya.
• NRR Indonesia 1995-2000 = 1,16.
Berarti banyaknya anak perempuan yang
dimiliki suatu cohort wanita, yg akan hidup
hingga masa reproduksinya, adalah 1,16
orang.
33
Children Ever Born (CEB) :

jumlah anak yang pernah dilahirkan,


mencerminkan banyaknya kelahiran
dari sekelompok wanita selama masa
reproduktif (umur 15–49 tahun).
Rata-rata CEB Indonesia 2002-2003 :
wanita 15 – 19 tahun adalah 0,09 dan
wanita 45 – 49 tahun adalah 4,3
34
Total Fertility Rate (TFR)

• Adalah jumlah dari Age Spesific Fertility


Rate (ASFR).

• TFR Indonesia 2002-2003 (SDKI) adalah


2,6.
Artinya : Setiap wanita (dalam usia
reproduktif 15 – 49 tahun), rata-rata
mempunyai anak 2,6 orang diakhir masa
reproduksinya.
35
2. Angka Reproduksi Netto (Net
Reproduction rate, NRR)
Umur Penduduk Kelahiran ASFR bayi Rasio Bayi yg
Wanita Wanita Bayi perempuan bayi diharapkan
wanita / 1000 masih tetap hidup
wanita hidup per 1000
hingga wanita
usia ibu
(4) = [(3) : (6) = (4) X
(1) (2) (3) (2)] X 1000 (5) (5)
15 – 19 585.414 7.425 13 0,8849 11,5
20 – 24 589.946 27.915 47 0,8766 41,2
25 – 29 505.509 30.084 60 0,8662 51,9
30 – 34 399.754 16.575 42 0,8543 35,9
35 – 39 330.342 6.607 20 0,8404 16,5
40 – 44 257.850 1.258 4 0,8238 3,3
45 – 49 188.589 368 2 0,8030 1,6
Total 188 161,9
36
2. Angka Reproduksi Netto (Net
Reproduction rate, NRR)
• NRR = 5 X 161,9 = 809,5 per 1000 wanita
• = 0,8 per wanita.
• Berarti, seorang wanita di DKI Jakarta tahun 1995 akan
digantikan oleh sekitar 0,8 anak wanita yang akan tetap
hidup sampai menggantikan ibunya melahirkan.
• TFR Indonesia (Supas 1995) = 2,8 anak per wanita.
• GRR = 1,37 anak perempuan per wanita.
• NRR = 1,18 anak perempuan per wanita.
• Seorang wanita akan digantikan oleh > 1 anak wanita
untuk meneruskan keturunan.  Pertumbuhan
penduduk.

37
ASFR Indonesia (2002-2003)
Umur Kota Desa Jumlah
15 – 19 41 63 51
20 – 24 119 144 131
25 – 29 143 144 143
30 – 34 103 95 99
35 – 39 64 68 66
40 – 44 18 21 19
45 – 49 2 5 4
TFR 2,4 2,7 2,6
GFR 85 93 89
CBR 22,1 21,7 21,9
GFR : jml. Kelahiran / jml. Wanita 15 – 44, per 1000 wanita 38
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

1. Perbedaan antara Status Perkawinan dan


Perkawinan itu sendiri.

2. Status Perkawinan menurut PBB :


• Belum Kawin (single)
• Kawin
• Cerai
• Janda
• Duda

39
3. Menurut Badan Pusat Statistik :
Belum Kawin :
• Mereka yang belum pernah menikah. Dalam
kelompok ini termasuk penduduk berusia muda 0
– 14, 15-19 misalnya, dan juga kelompok
penduduk yang hidup selibat atau tidak pernah
kawin.

Kawin :
• Adalah mereka yang kawin secara hukum (adat,
negara, dan agama) dan mereka yang hidup
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya
dianggap sebagai suami isteri.
40
3. Menurut Badan Pusat Statistik :
Cerai :
• Adalah mereka yang bercerai dari suami/isteri dan belum
melakukan perkawinan ulang.

Janda/Duda :
• Adalah mereka yang suami/isterinya meninggal dan belum
melakukan perkawinan ulang.

Perceraian :
• Adalah suatu pembubaran yang sah dari suatu perkawinan
dan perpisahan antara suami dan isteri oleh surat keputusan
pengadilan yang memberikan hak kpada masing-masing
untuk kawin ulang menurut hukum sipil dan agama, sesuai
dengan peraturan atau adat kebudayaan yang berlaku di
tiap-tiap negara.
41
3. Menurut Badan Pusat Statistik :
Angka Perceraian Kasar :
• Menunjukkan jumlah perceraian yang terjadi per 1.000
penduduk.
• Misal di Swedia 1960 : 8.958 / 7.458.615 X 1.000 = 1,2
per 1.000 penduduk.

Angka Perceraian Umum :


• Sudah memperhitungkan penduduk yang terkena resiko
perceraian yaitu penduduk berumur 15 tahun keatas
(penduduk yang berumur divorceable).
• Modified Crude Divorce Rata :
• Menunjukkan angka perceraian atas dasar jumlah
pasangan yang kawin.

42
KELUARGA BERENCANA (FAMILY
PLANNING).
BEBERAPA ISTILAH :
1. Pasangan Usia Subur (PUS)
• Pasangan suami isteri yang pada saat ini hidup
bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam
satu rumah maupun tidak, dimana umur
isterinya biasanya antara 15 – 44 tahun.
• Batasan umur isteri disini bukan 15 – 49 tahun,
karena seringkali kelompok 45 – 49 tahun bukan
sasaran KB lagi (kemungkinan melahirkan lagi
sudah sangat kecil).

43
KELUARGA BERENCANA (FAMILY
PLANNING).
2. Akseptor KB.
• Pasangan usia subur (PUS) dimana salah seorang daripadanya
menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan
pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non-program.
• Akseptor baru :
• PUS yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi, dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu
cara/alat kontrasepsi setelah mereka berahkhir masa kehamilannya
(baik kehamilan yang berakhir dengan keguguran, lahir mati atau lahir
hidup).
• Akseptor Aktif Kembali :
• PUS yang telah berhenti menggunakan selama 3 bulan atau lebih, yang
tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara
kontrasepsi, baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti/beristirahat paling kurang 3 bulan berturut-turut dan bukan
karena hamil.

44
KELUARGA BERENCANA (FAMILY
PLANNING).
3. Cara kontrasepsi modern dan tradisional
• Modern :
• Cara/alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah/menjarangkan
kehamilan misalnya : IUD, Pil, Suntikan, Kondom, Diagfragma, Vaginal
tablet/jelly/foam, sterilisasi, dsb. Disebut “effective methods”.

4. Current User (peserta KB aktif).


• PUS yang saat ini masih menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi.

5. Ever User :
• PUS yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi, baik
sekarang masih menggunakan atau tidak menggunakan.

6. Kehamilan Tercegah (Birth Prevented).


• Banyaknya kelahiran yang dapat dicegah karena PUS menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi.
45
BEBERAPA UKURAN KB.
1. Angka kelangsungan (Continuation Rate).
2. Current Users.
3. a. Bulan Pasangan Perlindungan (Couple
Months of Protection) :
banyaknya bulan-pasangan suami isteri yang
terlindung dari kemungkinan mengalami
kehamilan karena menggunakan salah satu alat
kontrasepsi.
b. Tahun Pasangan Perlindungan (Couple
Years of Protection).
4. Perkiraan penurunan fertilitas akibat pelaksanaan
KB.
46
Program KB : Komitment rendah,
pertumbuhan penduduk tak terbendung,
Suara Pembaruan, Kamis, 16 Nov. 2006.
• Komitment politik di tingkat nasional dan daerah
terhadap persoalan kependudukan kian memudar.
Akibatnya laju pertumbuhan penduduk tidak terbendung.
Padahal, masalah kependudukan harus tetap dijadikan
program prioritas bangsa.
• Salah satu program yang mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk adalah program KB.
Memberikan manfaat sosial dan ekonomi.
• Di NTT dengan penduduk 4,2 juta orang, sebenarnya
sudah menjadi beban pemerintah. Jika pertumbuhan
penduduk 2 % maka dalam 35 tahun akan terjadi baby
boom.
47
Program KB : Komitment rendah,
pertumbuhan penduduk tak terbendung,
Suara Pembaruan, Kamis, 16 Nov. 2006.
• Penelitian program KB DKI Jakarta 1990-2000, terjadi
pengurangan pertumbuhan penduduk 1.818.270 juta jiwa. Dua
pemanfaatan : Penghematan Rp. 2,59 trilyun untuk biaya
pendidikan dasar, dan Rp. 3,3 trilyun untuk biaya kesehatan
dasar. Ini bukti Cost-Benefit Ratio program penurunan jumlah
penduduk adalah tinggi.
• BKKBN : SDKI 2002-2003 TFR 2,6 diturunkan menjadi 2,1
• Angka kelahiran dari PUS turun menjadi 2,27 %. Namun
kenaikan peserta (akseptor) KB PUS hanya sekitar 1,5 % per
tahun. PUS dari kalangan kurang mampu dan pendidikan rendah
lebih sedikit, sedangkan angka kelahirannya lebih tinggi.
• Data menunjukkan, angka kelahiran perempuan usia subur dari
kalangan mampu sekitar 2 % per tahun. Sedangkan dari
kalangan tidak mampu dan pendidikan rendah 3 % per tahun.
Padahal sekitar 17,7 % dari PUS penduduk Indonesia adalah dari
kalangan kurang mampu dan berpendidikan rendah. Hingga
akan menigkatkan penduduk miskin.
48
PEMIKIRAN “FAKTOR ANTARA” DALAM
FERTILITAS
PROXIMATE DETERMINANT
• Fertilitas merupakan hasil dari suatu proses
perilaku serta persepsi dan kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi fertilitas : sosial, budaya, agama,
ekonomi, dsb. Dapat mempengaruhi secara
langsung atau tidak langsung. Menurut
perkembangannya memakai perkembangan ilmu
sosial atau ilmu ekonomi.

49
PENDEKATAN SOSIAL.

a. Davis and Blake.


• Melalui pendekatan variabel antara, yaitu vaiabel
yang harus dilalui oleh variabel lain untuk dapat
mempengaruhi fertilitas.
• Pada tahun 1956, Kingsley Davis dan Judith Blake
(paper Social structure and fertility : an analytic
framework” mengatakan terdapat 3 tahap penting
dalam proses kelahiran :
1. Tahap hubungan kelamin (intercourse)
2. Tahap konsepsi (conception)
3. Tahap kehamilan (gestation) 50
PENDEKATAN SOSIAL.
• Ditambahkan bahwa faktor-faktor sosial, ekonomi dan
budaya yang mempengaruhi fertilitas hanya akan
berpengaruh jika melalui faktor-faktor yang langsung
mempunyai kaitan dengan ketiga tahap fertilitas diatas, :

1. Variabel yang berhubungan dengan tahap hubungan


kelamin (intercourse) adalah semua faktor yang
mempengaruhi hubungan kelamin :
a. Umur mulai hubungan kelamin.
b. Selibat permanen, tidak pernah melakukan hubungan
kelamin seumur hidup.
c. Lamanya berstatus kawin.
d. Abstinensi sukarela.
e. Abstinensi terpaksa, sakit, berpisah sementara, dsb.
f. Frekwensi hubungan kelamin.
51
PENDEKATAN SOSIAL.
2. Variabel konsepsi (conception), yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya
konsepsi atau pembuahan, seperti :
a. Fekunditas atau infekunditas, yang disebabkan hal-hal
yang tidak sengaja.
b. Pemakaian kontrasepsi.
c. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal
yang disengaja, misalnya sterilisasi.
3. Variabel kehamilan (gestation variables) :
a. Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak
disengaja.
b. Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja.
52
PENDEKATAN SOSIAL.

• Konsep variabel antara dipakai sebagai alat untuk


menganalisa tinggi rendahnya fertilitas antara
suatu keompok wanita dengan kelompok lain
(antara negara maju dan berkembang, antara
kelompok tingkat ekonomi, dsb).
• Contoh : kelompok wanita dengan pendidikan
tinggi akan kawin di umur lebih tua dan umumnya
mempunyai jumlah anak lebih sedikit dengan
memakai kontrasepsi. Bagaimana penjelasannya
? Diterangkan melalui variabel antara “usia kawin
pertama” (umur saat mulai hubungan kelamin) dan
“variabel konsepsi” yaitu pemakaian kontrasepsi.
53
PENDEKATAN SOSIAL.

b. Ronald Freedman.
• Lebih lengkap, tetapi tetap memakai jalan pikiran bahwa
variabel antara adalah satu-satunya perantara yang dapat
dengan jelas menerangkan perbedaan fertilitas.
Menurutnya, variabel antara (intermediate variables) sangat
erat hubungannya dengan norma sosial/masyarakat.
Semua perilaku wanita yang berkaitan dengan variabel
antara sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, anggapan
masyarakat disekelilingnya tentang proses kelahiran mulai
saat menikah, hamil dan melahirkan. Norma sosial tersebut
sangat berhubungan dengan tingkat kemajuan wanita atau
pasangan itu atau masyarakat disekelilingnya. Jadi pada
akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma
yang ada. 54
PENDEKATAN EKONOMI

• Antara lain dengan pendekatan “New


Home Economics”. Teori ekonomi dapat
menerangkan keputusan suami-isteri
untuk mempunyai anaka atau menambah
jumlah anak dengan pertimbangan
ekonomis seperti layaknya memikirkan
apakah setelah menikah mereka akan
membeli rumah atau mobil atau
mempunyai anak dulu.
55
PENDEKATAN EKONOMI
a. Harvey Leibenstein.
• Mempunyai anak dapat dilihat dari 2 segi ekonomi, yaitu :
• - Kegunaannya (Utility)
• - Biaya (Cost) yang harus dikeluarkan untuk membesarkan
dan merawat anak.
• Kegunaan (utility) anak adalah memberikan kepuasan
kepada orang tua, dapat memberi balas jasa ekonomi
(misalnya kiriman uang) atau membantu dalam kegiatan
produksi (pertanian). Anak juga dapat merupakan sumber
yang dapat membantu kehidupan orang tua dimasa depan
(investasi). Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan
anak merupakan biaya (cost) dari kepemilikan anak
tersebut.
56
PENDEKATAN EKONOMI
• Apabila ada kenaikan pendapatan orang tua, aspirasi orang
tua untuk mempunyai anak akan berubah. Orang tua
menginginkan anak dengan kualitas yang lebih baik. Misal :
sekolah setinggi mungkin, makanan bergizi, kursus diluar
sekolah, kesehatan. Ini berarti pengeluaran (biaya) untuk
membesarkan dan merawat anak naik. Dilain pihak
kegunaannya akan turun, sebab walau anak masih
memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya
menurun. Waktu yang diberikan oleh anak untuk membantu
orang tua akan menurun karena lebih lama di sekolah atau
tempat lain untuk kepentingan anak sendiri.
• Disamping itu, orang tua modern dengan penghasilan cukup
juga tidak lagi tergantung seumbangan anak. Singkatnya,
biaya membesarkan anak menjadi lebih besar dari
kegunaannya. Secara ekonomi hal ini mengakibatkan
demand atau permintaan terhadap anak menurun, dan pada
gilirannya akan menurunkan tingkat fertilitas.
57
PENDEKATAN EKONOMI
b. Gary Becker.
• Anak dapat dianggap sebagai barang konsumsi
tahan lama (durable goods). Orang tua
mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas
anak.
• Kualitas diartikan sebagai rata-rata pengeluaran
(biaya/cost) untuk anak oleh satu keluarga yang
didasarkan pada 2 asumsi :
1. Selera orang tua tidak berubah.
2. “Harga anak” dan harga barang-barang konsumsi
kainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah
tangga untuk berkonsumsi. 58
PENDEKATAN EKONOMI

• Becker berpendapat bahwa apabila


pendapatan naik, maka banyaknya anak yang
dimiliki juga bertambah.
• Jadi hubungan antara pendapatan dan fertilitas
adalah positif.
• Pada kenyataannya, kelompok pasangan yang
pendapatannya tinggi umumnya mempunyai
jumlah anak lebih sedikit dibandingkan dengan
kelompok pasangan yang berpendapatan
rendah.
• Permintaan orang tua terhadap anak dapat
dianalogikan dengan permintaan barang dan
jasa. 59
PENDEKATAN EKONOMI
• Permintaan anak tergantung pada pendapatan rumah
tangga, baiaya (price/cost) anak dan selera atau
preferensi terhadap anak, secara relatif terhadap
barang dan jasa lainnya yang memberikan kepuasan
terhadap orang tua tersebut.
• Dengan menganggap vaiabel lain tetap, makin tinggi
pendapatan rumah tangga, makin tinggi pula
permintaan terhadap anak (dengan asumsi anak adalah
barang normal).
• Namun tingginya permintaan anak ini juga berimplikasi
pada meningkatnya sumber daya yang harus
dikeluarkan untuk tiap anak yang dilahirkan.
• Jadi peningkatan pendapatan ini tidak semata-mata
meningkatkan jumlah anak tapi peningkatan
pendapatan berarti meningkatkan permintaan terhadap
kualitas anak. 60
STUDI FERTILITAS DI INDONESIA (Dari berbagai sumber :
Widjojo Nitisastro (1970), Mc Nicoll dan Masri Singarimbun (1983), SDKI 1991, SDKI
1997, Aris Ananta dan Anwar (1994) dan perkiraan proyeksi penduduk.)
PERIODE CRUDE BIRTH
RATE
1900 – 1920 45,5
1930 – 1935 45,3
1935 – 1940 44,9
1940 – 1945 39,0
1945 – 1950 40,3
1950 – 1955 47,3
1955 – 1960 46,6
1961 – 1970 43,0
1971 – 1980 38,0
1980 – 1984 32,0
1986 – 1989 27,9
1988 – 1991 25,1
1991 – 1994 23,3
1990 – 2000 * 22,3
2000 – 2005 * 19,7
2005 – 2010 * 18,1
2010 – 2015 * 16,3
2015 – 2020 * 14,6 61
2020 – 2025 * 13,9

Anda mungkin juga menyukai