Anda di halaman 1dari 81

SIROSIS HEPATIS

DEFINISI
 Penyakit hati kronis yang di cirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang normal oleh
lembar lembar jaringan ikat dan nodul
regenerasi sel hati
 Fase lanjut penyakit hati yang ditandai
proses keradangan, nekrosis sel hati, usaha
regenerasi dan penambahan jaringan ikat
difus dengan terbentuknya nodul yang
mengganggu susunan lobulus hati.
ETIOLOGI
 Di Amerika penyebab dari sirosis hepatis
yang tersering akibat alkoholik
 Di Indonesia terutama akibat infeksi virus
hepatitis B maupun C. hepatitis B (30-40%),
virus hepatitis C (30-40%), dan penyebab
yang tidak diketahui (10-20%).
ETIOLOGI
Virus Alkohol
Kelainan
hepatitis (alcoholic
metabolik
(B,C,dan D) cirrhosis)

Gangguan
imunitas Toksin dan
Kolestasis
(hepatitis obat-obatan
lupoid)

Nonalcoholic
Sumbatan
fatty liver
Kriptogenik saluran vena
disease
hepatika
(NAFLD)
 Hemokromatosis penyakit sebuah penyakit di
mana besi tidak dimetabolisme dan menumpuk
di jaringan di seluruh tubuh, terutama di hati.
 Penyakit Wilson penimbunan tembaga dalam
jaringan hati
 nonalkoholik steatohepatis
 Kholestasis berkepanjangan
 Gangguan autoimun,
 Toksin dan obat-obatan,
 Kriptogenik
PATOFISIOLOGI
Alkohol hepatitis virus
alkoholdehidrogenase
Asetaldehid non spesifik respon imun spesifik
dan asetat
sel NK sell imfosit T & sel limfosit B
Oksidasi lemak
& lipogenesis lisis sell

Steatosis hati
hepatosit rusak (neckrosis) hepatosit hidup

lisosom & sitokin regenerasi sell

aktivasi sel kupffer hiperplasi sel

stimulasi sel stella hepatic nodul


sekresi kolagen

Fibrotik

Sirosis hepatis
SIROSIS BILIER PRIMER
 Sirosis bilier primer bermula dari peradangan
saluran empedu di hati. Peradangan tersebut
menghalangi pengaliran empedu dari hati,
karena itu empedu tetap berada dalam sel-
sel hati atau mengalir ke dalam aliran darah.
Sejalan dengan penyebaran peradangan ke
seluruh bagian hati, akan terbentuk jaringan
parut yang meliputi seluruh bagian hati. 
PRIMARY BILLIARY CIRRHOSIS

Penyebab pasti dari primary biliary cirrhosis
tidak begitu diketahui secara pasti, namun
diperkirakan bahwa kerusakan hati adalah
hasil dari dua fenomena yaitu kelainan
imunologi  baik seluler dan humoral. Diamati
bahwa pada pasien dengan PBC merupakan
gangguan dari kedua limfosit B dan T
 Fenomena kedua diwakili oleh
penghancuran terus menerus saluran
empedu kecil dan menengah dimediasi
oleh CD4 dan CD8 limfosit yang diaktifkan
 kolestasis kronik regenerasi saluran
empedu yang baik tidak mungkin atau
tidak efisien.
 Akibat gangguan pada aliran empedu 
retensi dan pengendapan zat
beracundapat menyebabkan kerusakan
sekunder lanjut dari saluran-saluran
empedu dan dari hepatosit.
  
PBC
 Pada tahap pertama penyakit, temuan
pemeriksaan fisik normal. Sebagai
penyakit berkembang, excoriations kulit,
xanthelasmata, tanda-tanda sirosis,
seperti hepatomegali, hiperpigmentasi
kulit, splenomegali, jaundice, spider nevi,
eritema palmaris, asites, temporal dan
pengecilan otot proksimal, dan edema
perifer bisa hadir. Sicca syndrome, yang
terdiri dari xerophthalmia (mata kering)
dan xerostomia (mulut kering) dapat hadir
dalam 50% -75% dari pasien-pasien
dengan PBC.
MEKANISME TERJADINYA
SIROSIS
 Secara Mekanik, dimulai dari kejadian
hepatitis viral akut, timbul peradangan luas,
nekrosis hati, dan pembentukan jaringan hati
yang luas disertai pembentukan nodul
regenerasi oleh sel parenkim hati yang masih
baik. Jadi fibrosis pasca nekrotik adalah dasar
timbulnya sirosis hati.

 Secara imunologis, dimulai dengan kejadian


hepatitis viral akut yang menimbulkan
peradangan sel hati, nekrosis/nekrosis
bridging dengan melalui hepatitis kronik
agresif diikuti timbulnya sirosis hati.
MANIFESTASI KLINIS
►Gejala/tanda kegagalan fungsi
hati
▪ Edema
▪ Ikterus
▪ Hipoalbumin dan malnutrisi kalori
▪ Spider nevi
▪ Ginekomastia
▪ Bulu ketiak rontok
▪ Eritema palmaris
▪ Atropi testis
▪ Kelainan darah(anemia)
► Gejala/tanda Hipertesi portal
▪ Varises Esofagus
▪ Splenomegali
▪ Pelebaran Vena Kolateral
▪ Ascites
▪ Haemoroid
▪ Caput Medusae
▪ Kelainan sel darah
tepi(anemia,leukopeni,trombositopeni)
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah


:
1.Hematemesis/melena, oleh karena
varises esofagus yang pecah
2.Ensefalopatik hepatik
3.Ascites permagna
4.Peritonitis bakterial spontan
5.Sindrom Hepatorenal
MEKANISME TERJADINYA VARISES
ESOPHAGUS
 Varises Esophagus adalah pelebaran
pembuluh darah dalam yang ada di dalam
koronkongan makan (esophagus).
 Pelebaran ini dapat terjadi dalam bentuk
yang kecil hingga besar, bahkan hingga
besarnya dapat pecah menimbulkan
perdarahan hebat.
 Perdarahan yang terjadi dapat
dimuntahkan dengan warna hitam hingga
merah segar (hematemesis) dan darah
dapat mengalir ke bawah (anus) sehingga
timbul buang air besar hitam (melena).
 Mekanisme yang mendasari terjadinya
varises esophagus ini adalah penyempitan
pembuluh darah yang berasal dari
 Peristiwa ini terjadi pada penyakit hati kronik
dengan disertai perubahan struktur dari organ
hati, hal ini yang dinamakan sirosis hati.
 Pada keadaan yang terus berlangsung, sehingga
aliran darah di dalam dinding esophagus
melambat dan tekanannya meninggi.
 Keluhan yang sering terjadi pada keadaan ini
rasa mual, mudah capek, terkadang mata jadi
kuning.
PENGGUNAAN ALKOHOL DALAM JANGKA
PANJANG MERUSAK LIVER DALAM TIGA
TAHAP.
 Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan
takaran standar mengandung 10 gram
alkohol murni. Jumlah ini kurang lebih sama
dengan 250 mililiter bir, 100 mililiter anggur,
atau 30 mililiter alkohol sulingan.
 Tidak lebih dari dua takaran standar per hari*
(20 gram)
Gangguan faal hati

Metabolisme metabolisme
protein ,karbohidrat
steroid

Hipoalbumin Glikogenesis
estrogen testosteron

Glikogenolisis genikomasti atrofi testis


tek osmotik
eritema palmaris
Bilirubin indirect hipoglikemi
spider nevy
Bilirubin direct

Ikterus acites
HIPERTENSI PORTA

V.lienalis V. esophageal v. Paraumbilikalis v mesentrika inf


splenomegali varisces eshophagus caput medusae hemoroid
interna
hipersplenisme
Hematemesis melena
leukosit anemia
trombosit amoniak
HB fx detoksifikasi
Ensephalopati hepatikum
pansitopeni
KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS
 Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi
sirosis hepatis atas 3 jenis, yaitu :
 Mikronodular nodul-nodul berukuran < 3
mm.
 Makronodular nodul-nodul berukuran > 3
mm.
 Campuran Yaitu gabungan dari
mikronodular dan makronodular.
 Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :

1. Sirosis hati Kompensata


Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada
stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala
yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada
saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini
biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya
ascites, edema dan ikterus.
GAMBARAN KLINIK  KOMPENSATA

 Mual
 Perasaaan perut kembung
 Perasaan mudah lelah dan lemah, kelemahan
otot.
 (eritemapalmaris, spider nevi, ginekomastia,
atrofi testis, dan gangguan siklus haid)
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
GAMBARAN KLINIK 
DEKOMPENSATA
 Gejala lbh menonjol
 Komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
porta
 Gangguan pembekuan darah, perdarahan
gusi, epistaksis, gangguan siklus haid
 Ikterus dengan BAK teh pekat
 Muntah darah/ melena
 Perubahan mental  mudah lupa, sukar
konsentrasi, bingung, agitsi s/d koma
 Hilanngya rambut badan, gangguan tidur,
demam tidak begitu tinggi
KLASIFIKASI CHILD PUGH
 Klasifikasi Child A = Sirosis hati ringan
 Klasifikasi Child B = Sirosis hati sedang
 Klasifikasi Child C = Sirosis hati berat
ENCHEPHALOPATI HEPATIKUM
Stadium Manifestasi Klinis

0 Kesadaran normal, hanya sedikit ada penurunan daya


ingat, konsentrasi, fungsi intelektual, dan koordinasi.
1 Gangguan pola tidur

2 Letargi

3 Somnolen, disorientasi waktu dan tempat, amnesia

4 Koma, dengan atau tanpa respon terhadap rangsang nyeri.


ENSEFALOPATI HEPATIKUM

 Ensefalopati Hepatik,suatu sindrom


neuropsikiatri sekunder karena
penyakit hati akut atau penyakit hati
kronis.
 Pada SH disebut : Ensefaloporto-
Sistemik.
FAKTOR PRESIPITASI EH PADA SH
 Endogen
Fungsi hati yang jelek (Child )

 Eksogen
 Diit protein yang berlebihan

 Pendarahan saluran cerna yang masif

 Sindrom Dehidrasi hipokalemik

 Infeksi / Sepsis

 Konstipasi

 Obat-obatan

 Peningkatan kadar amoniak darah


GEJALA DAN TANDA KLINIS EH

 Kelainan Neurologik
 Kelainan Mental
 Gangguan rekamam EEG
PERITONITIS BAKTERIAL SPONTAN (PBS)

 Peradangan peritoneum akibat infeksi


cairan acites.

 Diagnose PBS
 berdasarkan pemeriksaan pada cairan
asites, dimana ditemukan sel
polimorfonuklear lebih dari 250 sel /
mm3 dengan kultur cairan asites yang
positif.
SINDROM HEPATORENAL

 Hipertensi porta

Vasodilatasi splanik

Perfusi ginjal
SHR
rennin angiotension
system saraf simpatis vasokonstriksi renal
retensi natrium
SINDROM HEPATORENAL

gangguan fungsi ginjal pre-renal disebabkan


adanya hipoperfusi ginjal.
 sirosis hati dan hipertensi portal
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi arteri
splanknik yang akan mengakibatkan hipovolemia
arterial sentral sehingga merangsang aktivasi
sistem saraf simpatis, renin-angiotensin-
aldosteron dan hormon antidiuretik yang
secara keseluruhan akan menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah ginjal.
KRITERIA DIAGNOSTIK SHR BERDASARKAN
INTERNATIONAL ASCITES CLUB

1. Penyakit hati akut atau kronik dengan gagal


hati lanjut dan hipertensi portal.
2. GFR rendah, kreatinin serum >1,5 mg/dl
atau kreatinin klirens 24 jam < 40ml/mnt.
3. Tidak ada syok,infeksi bakteri sedang
berlangsung, kehilangan cairan dan
mendapat obat nefrotoksik.
4. Tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan
pemberian diuretic (penurunan kreatinin
serum menjadi < 1,5 mg/dl atau peningkatan
kreatinin klirens menjadi > 40 ml/mnt)
5. Proteinuria < 0,5 g/hari dan tidak dijumpai
bstruktif uropati atau penyakit parenkim
ginjal secara ultrasonografi.
 Kriteria tambahan :
 1. Volume urin < 500 ml / hari
 2. Natrium urin < 10 meg/liter
 3. Osmolalitas urin > osmolalitas plasma
 4. Eritrosit urin < 50 /lpb
 5. Natrium serum <130 meg / liter
Semua kriteria mayor harus dijumpai
dalam menegakkan diagnosa SHR,
sedangkan criteria tambahan merupakan
pendukung untuk diagnosa SHR
 SGOT, SGPT meningkat tapi tidak begitu
tinggi. OTlebih meningkat dibanding PT.
Namun, bila enzim ini normal, tidak
mengeyampingkan adanya sirosis

 ALP meningkat kurang dari 2-3 kali batas


normal atas. Konsentrasi yang tinggi bisa
ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis
primer dan sirosis bilier primer.

 GGT meningkat. Namun, pada penyakit hati


alkoholik kronik, konsentrasinya meninggi
karena alkohol dapat menginduksi
mikrosomal hepatik dan menyebabkan
 Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada
sirosis kompensata dan meningkat pada
sirosis yang lebih lanjut (dekompensata)

 Globulin, konsentrasinya meningkat akibat


sekunder dari pintasan, antigen bakteri dari
sistem porta masuk ke jaringan limfoid yang
selanjutnya menginduksi immunoglobulin.
 Waktu protrombin memanjang karena
disfungsi sintesis faktor koagulan akibat
sirosis

 Na serum menurun, terutama pada sirosis


dengan asites, dikaitkan dengan
ketidakmampuan ekskresi air bebas.

 Pansitopenia dapat terjadi akibat


splenomegali kongestif berkaitan dengan
hipertensi porta sehingga terjadi
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS YANG BISA DILAKUKAN :

 Barium meal, untuk melihat varises sebagai


konfirmasi adanya hipertensi porta
 USG abdomen untuk menilai ukuran hati,
sudut, permukaan, serta untuk melihat
adanya asites, splenomegali, thrombosis
vena porta, pelebaran vena porta, dan
sebagai skrinning untuk adanya karsinoma
hati pada pasien sirosis.  
ALCOHOLIC FATTY LIVER
MIKROBIOTA USUS
mikroba Basilus gram negatif anaerobik yang
ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B.
melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium.

Basilus gram positif diwakili oleh spesies-


spesies Clostridium, Ruminococcus (serta
spesies-spesies Lactobacillus.
MIKROBIOTA USUS
 Bakteri usus menekan sintesa Fasting
induced adipocyte factor (Fiaf) sehingga
meningkatkan aktivitas LPL dan akumulasi
trigliserida
 Bakteri usus produksi enzim yang
mengkatalis kolin menjadi metil amin
(toksik). Metilamin akan dirubah menjadi
trimethylamine-N-oxide yang maerangsang
inflamasi dan kerusakan hepar.
 Terjadi overgrowth mikrobiota usus pada
obesitas dan terjadi peningkatan
permeabilitas usus sehingga endotoksin dari
bakteri usus dapat berpindah ke hepar dan
merangsang inflamasi di hepar
PENANDA NON INVASIF
 melihat aktivasi HSC dan penumpukan
matriks ekstraseluler pada jaringan hati
berupa perubahan yang ditandai dengan
perubahan struktur dan aliran darah hati.
 metode pencitraan yang dapat digunakan
antara lain ultrasonografi, computed
tomografi, magnetic resonance imaging
(MRI), Fibroscan
FIBROSCAN
• suatu teknik yang menggunakan
gelombang suara (transient elastography)
untuk mengukur fibrosis hati (dinyatakan
dalam kilopascal atau kPa)
• dapat mengukur kekakuan atau elastisitas
jaringan berdasarkan pada kecepatan
propagasi gelombang.
• Semakin tinggi kecepatan propagasi
gelombang menandakan semakin kaku
suatu jaringan
Indeks Penanda PPV/NPV (%)
Penanda pengganti langsung
MP3 PIIINP,MMP-1 66/95
ELF PIINP, HA 35/92
Penanda pengganti tidak langsung
Forns Umur, plt, GGT, kolesterol 66/96
APRI AST, plt 91/90
Haptoglobin, a2-MC, apo-A1, GGT, bilirubin,
Fibrotest 61/85
G-globulin
Fibroindeks Plt, AST, GGT 90/61,7
Testa Plt, diameter lien 78,9/79
FPI 87/77,4
AST, kolesterol, intake alkohol, HOMA, umur
Fib-4 Plt, AST, ALT, umur 65/90
Bonancini ALT, AST, INR, plt PPV 92,9
Pohl AST, ALT, plt PPV 93
Shet (de Ritis) AST,ALT PPV 100
Age-platelet Umur, plt PPV 96
Kombinasi penanda langsung dan tidak langsung
SHASTA HA, AST, albumin 100/ 94
FM plt, PI, AST, HA, α2-MC, sex, umur PPV 86,3
Hepascore HA, GGT, α2-MC, sex, umur 88/98
FSII HA, α2-MC, TIMP-1 77,4/78
INDEKS FIB-4
 menggunakan empat parameter biokimia
standar dan rutin diperiksa yaitu jumlah
trombosit, AST, ALT, dan usia
2 cutoff points :
• the presence (> 0.676)

• absence (< -1.455) of significant


fibrosis.
• < -1.455: predictor of absence of
significant fibrosis (F0-F2 fibrosis),
negative predictive value 93% 
• -1.455 - 0.675: indeterminate score

• > 0.675: predictor of presence of


significant fibrosis (F3-F4 fibrosis),
positive predictive value of 90%
FIBROSIS
BARD SCORE  ≥ 2
THE NAFLD FIBROSIS SCORE
 distinguish between patients with
nonalcoholic fatty liver disease who
have (F3-F4) and do not have (F0-F2)
advanced fibrosis
 prediction of severity of fibrosis is
based on 6 variables: age (years),
BMI(kg/m2), IFG/diabetes, AST/ALT ratio,
platelet count and albumin (g/dl)

Anda mungkin juga menyukai