Anda di halaman 1dari 24

Indahnya Membangun

Mahligai Rumah Tangga


Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan.
Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti
berkumpul atau bersatu.
Istilah syariat, nikah itu berarti melakukan suatu akad
atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan demi terwujudnya
keluarga (rumah tangga) bahagia, yang di ridai oleh
Allah SWT.
72. Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri)
dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu
bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang
baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan
mengingkari nikmat Allah ?
Tujuan Pernikahan :

Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah


SWT berfirman: ”Dan dijadikannya di antara kamu rasa
kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30: 21)
Untuk memperoleh ketenangan hidup
(sakinah). Allah SWT berfirman: “Dan di antara
tanda-tanda kebiasaan-Nya ialah Dia menciptakan
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya…” (Q.S.
Ar-Rum, 30:21)

Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.


• ‫س ِب َها َو َج َما ِل َها‬َ ‫ ِل َما ِل َها َو ِل َح‬:‫ (ت ُ ۡن َك ُح ۡال َم ۡرأَةُ ِِل َ ۡربَع‬:‫ع َِن النَّ ِبي ِ ﷺ قَا َل‬
َ ‫ين ت َ ِربَ ۡت يَ َد‬
)َ‫ا‬ ِ ‫الد‬ِ ‫ت‬ ِ ‫اظفَ ۡر ِب َذا‬ۡ َ‫ ف‬،‫َو ِل ِدي ِن َها‬

Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Wanita dinikahi


karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya,
dan karena agamanya. Maka, pilihlah wanita yang memiliki agama yang baik, kalau
tidak, maka rugilah engkau.”

• Memenuhi ketenangan hidup (Qs.ar-Rum:21 )


• Membentengi akhlak
• Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
• Mendapatkan eturunan yang shalih
• Menegakan rumah angga islami
Hukum Pernikahan
1. Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia
khawatir berbuat zina jika tidak segera menikah, maka hukum nikah
adalah wajib.
2. Sunnah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan
mampu pula mengendalikan diri dari perzinaan, walaupun tidak
segera menikah, maka hukum nikah adalah sunah.
3. Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah
terhadap istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.
4. Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka
hukum nikah adalah haram.
5. Mubah
boleh dilaksanakan jika seseorang memiliki kemampuan untuk
menikah namun ia dapat tergelincir dalam perbuatan zina jika
tidak melakukannnya. Pernikahan bersifat mubah jika ia menikah
hanya untuk memenuhi syahwatnya saja dan bukan bertujuan
untuk membina rumah tangga sesuai syariat islam namun ia juga
tidak dikhwatirkan akan menelantarkan istrinya.
Wanita yang haram dinikahi karena keturunan :

1. Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah).
2. Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya).
3. Saudara perempuan (sekandung, sebapak atau seibu).
4. Saudara perempuan dari bapak
5. Saudara perempuan dari ibu.
6. Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah.
7. Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah.
Wanita yang haram dinikahi karena
hubungan sesusuan:
a. Ibu yang menyusui.
b. Saudara perempuan sesusuan.
Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan:
a. Ibu dari istri (mertua).
b. Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila
suami telah berkumpul dengan ibunya.
c. Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah dicerai atau belum.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu kawini
wanita-wanita yang pernah dikawini oleh ayahmu.” (Q.S. An-
Nisa’, 4: 22)
d. Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai
maupun belum.
Wanita yang haram dinikahi karena pertalian muhrim dengan
istri. Misalnya, haram melakukan poligami (memperistri sekaligus)
terhadap dua orang bersaudara, terhadap seorang perempuan
dengan bibinya, terhadap seorang perempuan dengan
kemenakannya.
Rukun nikah ada lima macam yakni
sebagai berikut:
1) Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang
sudah berusia dewasa (19 tahun), beragama Islam, tidak
dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram haji atau
umrah, dan bukan mahram calon istrinya.
2) Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang
sudah cukup umur (16 tahun): bukan perempuan
musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang
lain, bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam
keadaan ihram haji atau umrah.
3) Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai
laki-laki dengan mempelai wanita atau mengizinkan
pernikahannya.
a) Wali Nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan
mempelai wanita yang akan dinikahkan.
b) Wakil Hakim, yaitu kepala negara yang beragama Islam.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah
adalah sebagai berikut:
a) Beragama Islam.
b) Laki-laki.
c) Balig dan berakal.
d) Merdeka dan bukan hamba sahaya.
e) Bersifat adil.
f) Tidak sedang ihram haji atau umrah.
4) Ada dua orang saksi.
5) Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul.
Kewajiban Suami
a. Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat
tinggal kepada istri dan anak-anaknya, sesuai dengan
kemampuan yang diusahakan secara maksimal.
b. Memimpin serta membimbing istri dan anak-
anak, agar menjadi orang yang berguna, keluarga, agama,
masyarakat, serta bangsa dan negaranya.
c. Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik
(makruf).
d. Membantu istri dalam tugas sehari-hari,
terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anak agar
menjadi anak saleh.
Kewajiban Istri
a. Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai
dengan ajaran Islam.
b. Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda
suami, baik di hadapan atau di belakangnya.
c. Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan
keselamatan keluarga.
d. Menerima dan menghormati pemberian suami
walaupun sedikit, serta mencukupkan nafkah yang diberikan
suami, sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya, hemat,
cermat, dan bijaksana.
e. Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya
f. Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar
menjadi anak yang saleh.
Pernikahan Tidak Sah
Diantara pernikahan yang tidak sah dan dilarang oleh
Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :
a) Pernikahan Mut’ah, yaitu pernikahan
yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu,
baik sebentar ataupun lama.
b) Pernikahan Syigar, yaitu pernikahan
dengan persyaratan barter tanpa pemberian
mahar.
a) Pernikahan Muhallil, yaitu pernikahan seorang wanita
yang telah ditalak tiga oleh suaminya yang karenanya diharamkan
untuk rujuk kepadanya, kemudian wanita itu dinikahi laki-laki lain
dengan tujuan untuk menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan
suaminya Abdullah bin Mas’ud berkata…
b) Pernikahan Orang yang Ihram, yaitu pernikahan orang yang
sedang melaksanakan ihram haji atau umroh serta belum memasuki
waktu tahallul. Rosulullah SAW bersabda…

c) Pernikahan dalam Masa Iddah, yaitu pernikahan di


mana seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan yang
sedang dalam masa iddah, baik karena penceraian maupun karena
meninggal dunia. Allah SWT berfirman...
a) Pernikahan Tanpa Wali, yaitu
pernikahan yang dilakukan seorang laki-
laki dengan seorang wanita tanpa seizin
walinya.
b) Perhikahan dengan Wanita Kafir, selain
wanita-wanita ahli kitab,
c) Menikahi Mahram, baik mahram untuk
selamanya, mahram karena pernikahan
atau karena sepersusuan…
Fasakh
• Li’an
• Ila’
• Khuluk
• Dzihar
• Thalak
• Syiqaq
• Nusuz
• Sighar
Pernikahan Menurut UU Perkawinan Indonesia
(UU No. 1 Tahun 1974)
Dalam rangka tertib hukum dan tertib penting dalam peraturan perundang-
adminitrasi, maka tatacara pelaksanaan undangan di Indonesia yaitu diatur dalam
pernikahan harus mengikuti prosedur Undang-Undang No. 32 Tahun 1954, bahkan
sebagaimana diatur dalam Peraturan sampai sekarang PPN adalah satu-satunya
tentang Pelaksanaan Undang-Undang pejabat yang berwenang untuk mencatat
No. 1 Tahun 1974. perkawinan yang dilakukan berdasarkan
Adapun pencatatan Pernikahan sebagai- hukum Islam di wilayahnya. Artinya,
siapapun yang ingin melangsungkan
mana termaktub dalam BAB II pasal 2 perkawinan berdasarkan hukum Islam ,
adalah dilakukan oleh Pegawai Pencatat berada di bawah pengawasan PPN
Nikah (PPN) yang berada di wilayah
masing-masing. Karena itu Pegawai Pencatat
Nikah mempunyai kedudukan yang amat
Prinsip prinsip pernikahan
1. Memenuhi dan melaksanakan perintah
agama
2. Adanya kerelaan dan persetujuan
3. Pernikahan untuk selamanya
Manfaat pernikahan
1. untuk memenuhi tuntutan manusia yang asli
2. untuk membentengi martabat manusia dari
perbuatan kotor dan keji
3. untuk menegakkan rumah tangga yang islam
4. untuk meningkatkan ibadah kepada ALLAH
5. untuk mendapatkan keturunan yang salih
Hikmah Pernikahan
• Terciptanya hubungan dalam ikatan suci yang halal dan diridhai ALLAH
• Mendapatkan keturunan yang sah
• Terpeliharanya kehormatan suami istri dari perbuatan zinah
• Terjalinnya silaturrahmi
• Memenuhi kebutuhan biologis
• Membentuk rumah tangga islami yang sejahtera
• Mendidik dan memelihara keturunannya
• Mengikuti sunah rasul
• Memupuk rasa tanggung jawab dalam memelihara dan mendidik keturunannya
• Membagi tanggung jawab antara suami dan istri
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai