Anda di halaman 1dari 200

Modul Kumpulan Materi

PELATIHAN MANAJEMEN PUSKESMAS


Pokok Bahasan 1 : Pendekatan Upaya Kesehatan Masyarakat
• Puskesmas sesuai dengan Permenkes 75 Tahun 2014, memiliki tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung
trwujudnya kecamatan sehat.

• Dalam melaksanakan tugas tersebut tugas tersebut, Pusekesmas


menyelenggarakan 2 fungsi diwilayah kerjanya, yaitu :
1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyaraka (UKM) tingkat pertama
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama

Hal 393-404
Seluruh upaya kesehatan di puskesmas,
diselenggarakan mengacu kepada prinsip :
1. Kesinambungan pelayanan bagi tiap tahap dalam siklus
hidup (continuum of care across life cycle)

Upaya kesehatan yang dilakukan pada suatu tahap kehidupan akan


mempengaruhi status kesehatan pada tahap kehidupan berikutnya
bahkan hingga generasi berikutnya.
Program kesehatan harus dilaksanakan secara holistik dengan
memperhatikan kondisi individu dan lingkungan yang
mempengaruhinya.
2. Pendekatan keluarga sehat

Berdasarkan permenkes 39 tahun 2016, pendekatan keluarga sehat


 cara kerja puskesmas yang tidak hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga aktif ke luar
gedung ini mengintegrasikan UKM dan UKP secara berkesinambungan
dengan entitas keluarga sebagai target intervensi.
3. Integrasi UKM-UKP

UKP dan UKM tingkat pertama di Puskesmas merupakan kesatuan


upaya kesehatan yang terintegrasi.
Kasu-kasus penyakit yang ditemukan pada pelayan UKP ditelusuri dan
ditindaklanjuti ditingkat keluarga dan masyarakat guna mencari Dn
mengatasi penyebab maupun mencegah penyebaran penyakit lebih
lanjut.
Demikian pula dalam kegiatan UKM ditemukan kasus penyekit yang
memerlukan tata laksana perorangan, maka kasus tersebut dirujuk ke
pelayanan UKP untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut.
Upaya Kesehatan di Puskesmas meliputi :
Pelayanan Promosi
Kesehatan
UKM Esensial Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
UKM TINGKAT KIA-KB
PERTAMA
UKM
Pengembangan Pelayanan Gizi

Pelayanan pencegahan dan


Pelayanan kesehatan Jiwa pengendalian penyakit
Pelayanan kesehatan Gigi
Masyarakat
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan
lanjut usia
tradisional
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan kerja Pelayanan kesehatan indera
olahraga
Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan Gawat
Darurat

Pelayanan Satu Hari


UKP TINGKAT PERTAMA (one day care)

Home Care

Pelayanan Rawat Inap


Pokok Bahasan 2 : Manajemen Upaya Kesehatan di Puskesmas
A. Perencanaan Upaya Kesehatan
1. Penyediaan data dan informasi Puskesmas
a) Data Penduduk dan Sasaran program kesehatan
b) Data umum : peta administrasi, demografi, dan sosial-ekonomi wilayah kerja puskesmas,
data indeks keluarga sehat.
c) Data Sumber Daya : sumber daya puskesmas : tenaga kesehatan, anggaran, sarana
prasarana, peralatan, obat dan vaksin dan sumber daya lintas sector : PLKB, TP, PKK,
sekolah, kader kesehatan, tokoh masyarakat/agama
d) Data kesakitan dan kematian periode sebelumnya
e) Data cakupan upaya kesehatan periode sebelumnya
f) Informasi kebijakan terkini bidang kesehatan, misal : Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019, Rencana strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan Tahun 2015-2019, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), Program
Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat.
2. Analisis Data dan Informasi
a) Pelaksana : Seluruh Staf Puskesmas dan jeringannya dibawah koordinasi Kepala
Puskesmas
b) Waktu pelaksanaan : Akhir tahun anggaran untuk penyusunan perencanaan tahun
berikutnya.
c) Metode : Analisis kualitatif dan kuantitatif yang interpretasinya dilakukan secara deskriptif
dalam bentuk table maupun grafik
d) Luaran :
 Ditemukenalinya keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pelaksanaan upaya
kesehatan pada periode sebelumnya
 Dihasilkannya rumusan atau kesimpulan untuk bahan pertimbangan dalam menyusun
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
3. Penentuan Target Upaya Kesehatan
Target Upaya Kesehatan dapat ditentukan melalui beberapa metode,
yaitu :
a) Target upaya kesehatan per Puskesmas telah ditetapkan oelh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
b) Target upaya kesehatan ditentukan secara mandiri oleh puskesmas melalui
perkiraan matematis terhadapa kemungkinan pencapaian target maupun
berdasarkan prestasi terbaik yang pernah dicapai oleh Puskesmas.

4. Penyusunan dan pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) DAN


Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Tahunan Upaya Kesehatan.
B. Penggerakan dan Pelaksanaan Upaya Kesehatan
Penggerakan
Penggerakan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui forum Lokakarya Mini
Tribulanan Lintas Sektor.

a). Analisis hasil surveilans dan pemnantauan wilayah setempat


Hasil-hasil yang harus didiskusikan antara lain :
o Hasil pencapaian upaya kesehatan pada bulan sebelumnya
o Target pencapaian upaya kesehatan pada bulan berikutnya
o Identifikasi masalah dan akar masalah yang menjadi hambatan pada bulan
sebelumnya
o Alternatif solusi untuk mengatasi tantangan yang ditemukenali
o Dukungan lintas program dan lintas sector yang diharapkan untuk mencapai target
program
o Kegiatan inovasi atau best practice yang dilakukan pusksesmas atau ditemukan di
masyrakat terkait upaya kesehatan.
b) Sosialisasi Informasi Terkini

Sosialisasi kebijakan kesehatan terkini, seperti Sosialisasi Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat melalui pendekatan keluarga sehat, sosialisasi
Prioritas Penggunaan Dana Desa, sosialisasi Dana BOK dan Jaminan
Persalinan, soisalisasi Akreditasi Puskesmas
Ajang berbagi hasil pelaksanaan kegiatan pertemuan teknis atau
pelatihan upaya kesehatan.
Pelaksanaan Upaya Kesehatan
UKM Tingkat Pertama terdiri dari :
a) Pelayan Kesehatan Lingkungan
• Kegiatan Pelayanan Kesehatan lingkungan mengacu pada Permenkes 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan di Puskesmas.
• Konseling Kesehatan Lingkungan
• Pengawasan dan pembinaan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum seperti dasar,
Puskesmas, sekolah (SD dan SMP) diwilayah kerjanya.
• Pengawasan kualitas air ( PDAM, Depot air minum, air perpipaan yang dikelola masyarakat,
dan sumber air lain yang terlindung ).
• Pengawasan dan pembinaan Tempat pengelolaan makanan (TPM)
• Pengawasan dan pembinaan limbah medis di fasilitas kesehatan tingkat pertama
• Pengawasan dan pembinaan lingkungan bersih dan sehat di pemukiman.
• Edukasi perubahan perilaku
• Pemicuan 5 pilar STBM bersama masyarakat dan sector lain dalam rangka peningkatan
jumlah kepemilikan sarana.
b) Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana (KIA-KB)

• Pelayanan Konsepsi /Keluarga Berencana (KB) BAGI Pasangan Usia Subur


• Pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin
• Pelayanan antenatal, termasuk penapisan dan tatalksana penyakit, pemberian suplementasi
gizi, dan perbaikan status gizi
• Edukasi kesehatan Ibu hamil melalui Buku KIA dan Kelas Ibu Hamil
• Pelayanan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
• Pelayanan ibu nifas, termasuk manajemen laktasi dan pelayanan KB pasca persalinan
• Perawatan esensial bayi baru lahir, termasuk skrining hipotiroid kongenital
• Pelayanan kesehatan bayi dan anak balita menggunakan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM), Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS), pemantauan tumbuh kembang
menggunakan panduan SDIDTK ( Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang )
serta pemberian imunisasi
• Edukasi kesehatan anak balita melalui Buku KIA dan Kelas Ibu Balita
• Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Sekolah
• Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, termasuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA
• Puskesmas menyelenggarakan Gerakan Pelayanan Santun Lansia, Posyandu Lansia, Home
Care dan Long Term Care.
c) Pelayanan Gizi
• Pelayanan gizi rawat jalan bagi individu bermasalah gizi seperti ibu hamil anemia, Ibu Hamil
KEK, balita kurus, penderita penyakit tidak menular (antara lain Diabetes Melitus,
hipertensi) melalui proses asuhan gizi terstandar (PAGT).
• Pelayanan gizi rawat inap pada puskesmas perawatan melalui proses asuhan gizi terstandar
(PAGT)
• Edukasi gizi/ pendidikan gizi mengacu pada pedoman gizi seimbang dan sesuai dengan
resiko/masalah gizi di Posyandu, Pusling, Institusi pendidikan, kelas ibu, kelas balia, upaya
kesehatan kerja dan lain-lain.
• Konseling ASI dan Pemberian Makanan Bayi dan Balita (PMBA) kepada ibu hamil dan
keluarga ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan di Posyandu.
• Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular ( Posbindu PTM)
• Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu
• Suplementasi gizi :
- Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A bagi bayi (6-11 bulan), balita (12-59 bulan),
dan ibu nifas
- Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja putri.
- Pengelolaan Pemberian PMT anak balita, ibu hamil dan PMT anak sekolah

• Surveilans Gizi
a) Pemantauan Status Gizi (PSG)
b) Pemantauan wilayah setempat (PWS) gizi, yang meliputi Ibu Hamil mendapat
90 Tablet Tambah Darah (TTD) selama kehamilan, Bayi 0-6 bulan mendapat ASI
ekslusif, Pemantauan pertumbuhan balita, balita kurus mendapat MP Asi, Ibu
Hamil Kurang Energi Kronik (KEK).
, mendapat TTD (remaja putri), pemberian Vit A (6 – 59 bulan, dan ibu
nifas), pantau garam beryodium
c. SKD – KLB ( Sistem kewaspadaan dini – kejadian luar biasa) gizi buruk,
pelacakan kasus gizi buruk
d. Pantau konsumsi gizi

(hal. 405-415)
d. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

1. Pelayanan terpadu PTM yang dilakukan di FTKP dan Posbindu


PTM: penyelenggara pencegahan dan pengendalian secara komperhensif
dan terintegrasi melalui UKM dan UKP

2. Prioritas program pencegahan dan pengendalian PTM di FTKP adalah:


• Hipertensi • Kanker Serviks • Ggn pendengaran dan
• Stroke • Kanker Payudara ketulian
• PJK • Kanker pada anak • Gangguan fungsional
• DM • PPOK
• Asma
• Obesitas • Ggn pengelihatan dan
kebutaan
3. Tujuan
Mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif serta paliatif untuk :
• menurunkan morbiditas
• menurunkan mortalitas
• menurunkan angka kecacatan
Dilaksanakan secara komperhensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan

4. Sasaran
Individu dan kelompok masyarakat risiko PTM maupun tidak berisiko
5. Garis Besar Kegiatan
a) Promosi kesehatan
b) Deteksi dini dan faktor risiko PTM
c) Peningkatan peran serta masyarakat
d) Penemuan kasus PTM
e) Penanganan kasus PTM
f) Pencatatan dan pelaporan PTM
g) Surveilans terpadu PTM
h) Pemantauan dan penilaian kegiatan P2PTM (Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular)
d. Pelayanan Kesehatan Jiwa
1. Tujuan: Setiap ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) mendapat
pelayanan kesehatan sesuai standar
2. Sasaran: Anak, remaja, dewasa, usia lanjut
3. Garis Besar Kegiatan:
• Penyuluhan kesehatan jiwa dan napza
• Deteksi dini
• Pelayanan kesehatan
• Pemberdayaan keluarga dan ODGJ
• Pencacatan dan pelaporan
• Monitoring dan evaluasi
POKOK BAHASAN 3:
Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi di Puskesmas
a. Penyelenggaraan surveilans kesehatan
Permenkes No. 45 Tahun 2014 = Prasyarat program kesehatan.
Tujuan:
(1) Tersedia informasi situasi, kecenderungan penyakit, faktor risiko,
masalah kesehatan, faktor yang mempengaruhi sebagai bahan
pengambilan keputusan
(2) Terselenggara kewaspadaan dini terhadap KLB/Wabah dan
dampaknya
(3) Terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah
(4) Penyampaian informasi kesehatan kepada pihak yang
berkepentingan
Tujuan dalam epidemiologi :
1. Memperoleh gambaran status
kesehatan populasi 8. Mengetahui diagnosis
2. Menentukan penyebab masalah komunitas
kesehatan 9. Mengukur kinerja pelayanan
3. Mengetahui riwayat alamiah kesehatan
penyakit 10. Mengetahui risiko individu dan
4. Evaluasi intervensi kesehatan peluang
5. Meramalkan masalah kesehatan 11. Melengkapi gambaran klinik,
dalam populasi pola penyebaran penyakit
6. Memperoleh gambaran upaya 12. Identifikasi sindrom
promotif, preventif, kuratif 13. Evaluasi gejala dan tanda
7. Penelitian sejarah terjadinya 14. Menganalisa keputusan klinik
penyakit
Konsep pendekatan epidemiologi
Host, Agent, Environtment saling mempengaruhi

Ukuran – ukuran dalam epidemiologi:


• Proporsi: melihat komposisi variable dalam populasi
• Rate: perbandingan jumlah kejadian terhadap jumlah penduduk
berisiko
• Ratio: perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator
dan denominator tidak berhubungan
• Incidence rate: jumlah kasus baru dibandingkan dengan jumlah
jumlah penduduk berisiko dikalikan konstanta
• Prevalence rate: jumlah kasus yang ada dibandingkan dengan
seluruh populasi dikalikan konstanta
• Ukuran kematian:
(1) CDR (Crude Death Rate) : Angka kematian kasar
(2) ASDR : Angka kematian menurut kelompok umur
(3) CSDR : Angka kematian karena penyakit tertentu
(4) CFR (Case Fatality Rate)
Pengertian
Surveilans Kesehatan :
Kegiatan pengamatan sistematis dan terus menerus tehadap data
tentang masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
peningkatan dan penularan untuk memperoleh informasi guna
mengarahkan pengandalian dan penanggulangan
Surveilans Epidemiologi :
Pengamatan secara terus menerus tentang penyakit dan faktor risiko
dalam kelompok untuk upaya pencegahan dan pengendalian
• KLB (Kejadian Luar Biasa) :
Timbul atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dapat menjurus pada terjadinya wabah
• Wabah:
Berjangkitnya suatu penyakit menular dan jumlah penderita meningkat
secara nyata melebihi dari keadaan lazim pada waktu dan daerah
tertentu, dapat menimbulkan malapetaka, ditetapkan oleh mentri
1) Pelaporan Rutin : dokumen yang tercatat secara sistematis.
Data tersebut berupa: (sebelum diberlakukannya Sistem Informasi
Puskesmas)
-Surveilans Terpadu Penyakit: laporan harian dikompilasi, dilaporkan
bulanan
-Surveilans Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas: data umum,
sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas
-Laporan bulanan
(LB 1: morbiditas, LB 2: mortalitas, LB3: data gizi, KIA, imunisasi, pengamatan
penyakit menular, LB4: obat-obatan)
-Laporan Triwulan
Kunjungan puskesmas, yandikdas gilut, kesling, lab, PKM, PSM, rujukan
-Laporan W1 : <24 jam bila terjadi KLB/wabah
-Laporan W2 : jumlah kasus baru di puskesmas, mingguan
SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon berbasis Internet adalah tools pelaporan mingguan
Peran Surveilans untuk Mendukung ProKes
Masyarakat
1. Penetapan prioritas
2. Perencanaan, implementasi, evaluasi
3. Pengendalian penyakit menular KLB
4. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, gejala klinis, dan
epidemiologi
5. Mendapatkan data dasar penyakit dan faktor risiko
KLB dan masalah kesehatan lainnya
Kriteria KLB dalam suatu wilayah:
• Penyakit menular sebelumnya tidak ada dalam wilayah tertentu
• Peningkatan morbiditas terus menerus
• Peningkatan morbiditas 2x/lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
• Jumlah penderita baru dalam 1 bulan mengalami penaikkan 2x/lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya
• Rata-rata jumlah morbiditas perbulan selama 1 tahun menunjukkan
kenaikan 2x/lebih dibandingkan dengan sebelumnya
• CFR dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50%/lebih dari
sebelumnya
• Angka proporsi penyakit menunjukkan kenaikan 2x/lebih dari sebelumnya
• Penetapan KLB
Penyakit menular yang dapat
Oleh Kadinkes Kab/Kota, menyebabkan KLB ( Permenkes 1501
Kadinkes Prov atau Menteri thn 2012):
• Kolera • Leptospirosis
kesehatan • Hepatitis
• Pes
• Pencabutan • Dbd
• Influenza baru H1N1
• Meningitis
Dalam 2 kali masa inkubasi • Campak • Yellow fever
penyakit KLB wilayah tsb tidak • Polio • Chikungunya

ditemukan lagi insiden serupa • Difteri


• Pertusis
• Rabies
• Malaria
• Avian influenza H5N1
• Antraks
Upaya penanggulangan bila terjadi
KLB/Wabah
• Secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
• Meliputi:
-penyelidikan epidemiologis
-penatalaksanaan penderita
-pengobatan, perawatan, isolasi, karantina penderita
-pencegahan dan pengebalan
-pemusnahan penyebab penyakit
-penanganan jenazah
-penyuluhan
Dinkes kab/kota melakukan upaya penanggulangan dini <24 jam jika memenuhi kriteria
Upaya pemberantasan
Memutus rantai penularan
-isolasi dan pengobatan
-pemberian profilaksis
-pemberian imunisasi
-karantina
-pencegahan dan pengendalian infeksi
-komunikasi risiko
Surveilans epidemiologi dalam Surveilans epidemiologi dalam
program upaya kesmas dalam gedung program upaya kesmas diluar
gedung
• Berdasarkan permenkes no 75 thn 2014: 1. Monitoring kegiatan di luar
Kegiatan promosi kesehatan, kegiatan Gedung
kesling, kegiatan 2. Pembinaan, pengawasan,
KIA/KB/Imunisasi/Skrining, kegiatan gizi, dan pelaporan
kegiatan pengendalian PM dan PTM
Memanfaatkan data berbasis
kejadian
1. Monitoring kegiatan surveilans dalam
Gedung
2. Pembinaan dan pengawasan
3. Diseminasi Informasi epidemiologi
Program puskesmas berfokus pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, dengan pendekatan keluarga untuk memenuhi Standar
Pelayanan Minimal (SPM) melalui UKM dan UKP dengan penjangkauan
di dalam dan di luar gedung.

SPM mewajibkan 12 indikator kesehatan untuk seluruh masyarakat

Perilaku masyarakat sehat dilakukan oleh seluruh komponen


masyarakat untuk mewujudkan masyarakat sehat
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Tujuan pembelajaran Umum : setelah mengikuti pembelajaran materi
ini, peserta mampu mengelola kegiatan pemberdayaan masyarakat di
Puskesmas
• Tujuan pembelajaran khusus :
1. Menjelaskan konsep pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
2. Menjelaskan peran dan fungsi petugas Puskesmas sebagai fasilitator
dalam pemberdayaan masyarakat
3. Mengelola kegiatan pemberdayaan masyarakat di Puskesmas
3. POKOK BAHASAN
SUB POKOK
• Pokok bahasan 1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
a) Pengertian, tujuan, manfaat, prinsip dan unsur-unsur Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
b) Bentuk kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
• Pokok bahasan 2. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Puskesmas
a) Peran dan fungsi petugas Puskesmas sebagai fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat
b) Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan penilaian kegiatan
Pemberdayaan masyarakat
(hal 428-439)
Pokok Bahasan 1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Latar Belakang Pemberdayaan Masyarakat
merupakan kegiatan penting dalam upaya promosi kesehatan karena:
1) menjadi arah pembangunan kesehatan nasional yang telah ditetapkan kebijakan
2) Pemberdayaan masyarakat tercantum dalam UU No. 36 thn 2009 tntg Kesehatan
3) Menerapkan perilaku sehat mjd tujuan pembagunan kesehatan di puskesmas
4) hasil kajian 70% sumber daya pembangunan kesehatan nasional berasal dari
kontribusi masyarakat
5) Pemberdayaan masyarakat berazaskan gotong royong
6) Perilaku masyarakat adalah faktor utama tejdnya gangguan kesehatan masyarakat
7) Pemerintah punya keterbatasan sumberdaya untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat
8) Potensi yang dimilki masyarajat sangat besar (kepemimpinan, material, dana,
tenaga, organisasi, sosial budaya)  perlu dimobilisasi dan dioptimalkan
• Konsep : community-development (pembangunan masyarakat) dan community-
based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat)
• Pemberdayaan masyarakat : upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi
dan memecahkan masalah dgn memanfaatkan potensi setempat
• Arah kebijakan Perpres no. 2 Tahun 2015  peningkatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
A. Pengertian, tujuan, manfaat, prinsip dan unsur-unsur pemberdayaan masyarakat
di bidang kemasyarakatan

1) Pengertian
• Sebagai penyediaan layanan kesehatan dasar yang mudah, cepat, dan murah dengan
memanfaatkan pengobatan “modern” dan pengobatan tradisional yang di teruji
kemanjuran dan keamanannya juga menyangkut kemandirian masyarakat untuk
mengorganisir lembaga swadaya masyarakat.
• Menekankan upaya promotif, preventif, tetapi ttp melihat kuratif dan rehabilitatif.
• Proses pemberian informasi terhadap individu atau kelompok secara kontinyu
mengikuti perkembangan agar terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu serta
mau dan mampu melaksanakannya.
• Merupakan intervensi stategis untuk perubahan perilaku
• Hasilnya : meningkatnya cakupan program di puskesmas  indikator kerja puskesmas
• Pihak puskesmas juga harus mampu melakukan pengelolaan program ini
denganmenggerakan mitra potensial shg dapat berperan aktif.
2) Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
a) Tujuan Umum
Meningkatkan individu, keluarga atau masyarakat agar tahu, mau dan dapat mempraktikan
perilaku hidup bersih dan sehat shg dapat meningkatkan kesehatan dan berperan aktif di
masyakarat. Dan nantinya dapat mengatasi permasalahan kesehatan.
b) Tujuan khusus :
• Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran tntg kesehatan
• Meningkatnya kewaspadaan terhadap risiko gangguan kesehatan
• Meningkatnya peran aktif dlm upaya kesehatan
• Meningkatnya kemampuan untuk menerapkan PHBS
• Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam pembayaran kesehatan dgn jadi anggota
JKN
• Meningkatnya kemampuan masayarakat untuk menolong diri sendiri dlm hal kesehatan
• Meningkatnya peran serta masyarakat dlm pembangunan kesehatan
• Meningkatnya dukugan pemerintahan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa
4) Prinsip pemberdayaan masyarakat
3) Manfaat pemberdayaan masyarakat
Berorientasi pada proses pemberdayaan
a) Meningkatnya sumber daya masyarakat untuk mencapai kemandirian
promosi kesehatan di puskesmas melalui peran aktif masyarakat
b) Meningkatnya peran masyarakat a) Menumbuhkan kemampuan, peran
dlm pengembangan program masyarakat dan semangat gotong
kerja puskesmas royong dalam pembangunan kesehatan
c) Meningkatnya dukungan b) Melibatkan partisipasi masyarakat
kebijakan publik kesehatan dalam perencanaan maupun
d) Meningkatnya cakupan upaya pelaksanaan.
kesehatan c) Menggalang kemitraaan dengan
e) Meningkatnya kinerja puskesmas berbagai pihak
sbg pusat pemberdayaan d) Petugas harus lebih menempatkan diri
masyakaran sbg katalisator yang menghubungkan
antara pemerintah – masyarakat
e) Mengakomodir kearifan lokal yang
sesuai dengan sosial budaya
5) Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
a. Penggerak pemberdayaan : pemerintah, masyarakat dan swasta
yang mempunyai kompetensi memadai dan dapat membangun
komitmen
b. Sasaran pemberdayaan : individu, kelompok dan masyarakat
luas serta pemerintah
c. Kegiatan hidup sehat : dilakukan setiap hari oleh masyarakat -->
membentuk kebiasaan dan pola hidup.
d. Sumber daya : potensi yang dimiliki oleh seluruh penggerak yaitu
dana, sarana dan prasaran, budaya, pedoman dan media agar
proses pemberdayaan masyarakat dapat terselenggara
b. Bentuk Kegiataan Pemberdayaan Masyarakat
1) Pemberdayaan Individu
• Sasaran kegiatan pemberdayaan individu : individu yang datang
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas
• Tujuan : memperkenalkan PHS thdp individu tsb agar
termotivasi dan mampu mempraktikkannya
• Bentuk kegiatan pemberdayaan individu : melakukan
komunikasi interpersonal melalui kegiatan di dalam/luar
puskesmas
• Metode KIE : konsultasi, konseling, nasehat, bimbingan,
demonstrasi, dll
• Media kIE : lembar balik, leaflet, poster, model, dll
2) Pemberdayaan Keluarga
• Sasaran : keluarga yang menjadi target program pelayanan
puskesmas. Lalu kerluarga yang punya ibu hamil, anak balita,
keluarga yang anggotanya ada penyakit menular
• Tujuan : memperkenalkan perilaku PHBS thdp keluarga agar
mampu mempraktikkannya
• Bentuk kegiatan : kegiatan KIE melalui hove visit
• Metode KIE : konsultasi, konseling, nasehat, bimbingan,
demonstrasi, dll
• Media kIE : lembar balik, poster, model, dll
3) Pemberdayaan Kelompok
• Sasaran : kelompok sasaran program puskesmas (Contoh L
kelompok ibu hamil, lansia, dll)
• Tujuan : memperkenalkan PHBS agar dapat mempraktikkannya
serta mau berperan aktif dlm kegiatan promosi kesehatan
• Bentuk kegiatan : KIE melalui komunikasi kelompok
• Metode KIE : diskusi, bimbingan, demonstrasi
• Media kIE : lembar balik, leaflet, selebaran, film, poster, model, dll
4) Pemberdayaan Masyarakat
• Sasaran : tokoh masyarakat, kader, kelompok masyarakat setempat
• Tujuan :
• membantu mengenali masalah kesehatan
• menentukan prioritas masalah
• mengenali penyabab terjadinya
• menemukan solusi untuk mengatasi penyebab
• Melakukan kegiatan untuk mengatasi masalah
• Mengembangkan upaya kesehatan dgn sumberdaya masyarakat
• Melakukan pengorganisasian dalam melaksanakan kegiatan untuk mengatasi masalah
• Bentuk kegiatan : penggerakkan, dan perngorganisasian masyarakat. Peran
petugas adlh sbg fasilitator
• Metode : disksusi, studi mawas diri (SMD), musyawarah, studi banding, forum
• Media : leaflet, buku pedoman, instrumen
Pokok Bahasan 2. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Puskesmas
a. Peran dan fungsi petugas puskesmas sbg fasilitator
1) Peran
• Kegiatan pemberdayaan masyarakat : suatu proses pemberian informasi scr kontinyu dan
mengikuti perkembangan agar tjd perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan masyarakat
dapat melaksanakan perilaku tsb
• Fasilitator : agen perubahan yaitu seseorang atas nama pemerintah atau lembaga yang
memiliki kewajiban untuk proses pengambilan keputusa.
• Peran fasilitator :
1) Katalisator : Menjadi media yang subur untuk mencapai harapan
2) Pemberi bantuan dalam proses (process helper) : Membantu saat masyarakat mengalami
kesulitan
3) Penghubung dgn sumberdaya : Membantu untuk dihubungkan dengan sumber yang teat
jika masyarakat mengalami kesulitan sumber daya
4) Pemberi solusi : Memberi solusi jika masyarakat menemukan kesulitan
5) Pemantau dan evaluator : Pemantauan dan evaluator kegiatan dengan melakukan
pembinaan monitoring kontiyu
2) Fungsi
a) Melakukan pembianan
• Dapat dilaksanakan telaah mawas diri oleh tokoh masyarakat bersama kade
• Mengkaji fungsi kepemimpinan, organisasi dan pendanaan masyarakat
• Tujuan : untuk memelihara kelancaran kegiatann, meningkatkan hasil kegiatan masyrakat, dikenalnya
masalah oleh masyarakat
b) Melakukan advokasi
• Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui macam bentuk komunikasi
persuasif
• Fasillitator dapat membantu provide untuk melakukan advokasi shg mendapat dukungan
c) Melakukan pemantauan dan evaluator
• Mengumpulkan informasi untuk kebutuhan operasional manajemen  hasil kerja monitoring dipakai
sbg bahan evaluasi
• Dapat mengetahui hambatan atau pencapaian dari kegiatan
d) Menggalang komunikasi
• Mencakup interaksi dengan orang lain untuk melakukan kemitraan/advokasi
e) Memberi kesempatan konsultasi
• Konsultasi : media berbagi yang berguna dengan memberikan masukan sesuai dengan peran dan
fungsinya;
• Fasilitator dapat memberikan saran, pembinaan, dll jika ada masalah
3) Fasilitas Siklus Pemecahan Masalah Kesehatan yang dihadapi
masyrakat
• Fasilitator berperan untuk memfasiltasi masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan
• Langkah yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi siklus pemecahan masalah
Penjelasan Siklus Pemecahan Masalah Kesehatan
1. Pengenalan Kondisi Desa/Kelurahan
• Dilakukan mengkaji data Profil Desa/Kelurahan dan hasil analisis
sistuasi perkembangan desa
2. Identifikasi Masalah kesehatan dan PHBS
• Masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat dan urutan prioritas
penangan
• Potensi dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah
kesehatan
• UKBM apa saja yang udah ada atau harus dibentuk baru untuk
mengatasi masalah
• Bantuan/dukungan yang diharapkan
3. Musyawarah Desa/Keluarga
• Dapat dilakukan secara berjenjang dengan menyelenggarkan musyawarah Dusun atau Rukun
Warga (RW).
• Tujuan :
a) Sosialisasi tentang masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat
b) Mencapai kesepakatan urutan prioritas masalah
c) Mencapai kesepakatan tentang UKMB yang akan dibentuk
d) Memantapkan data keluarga sehat/informasi dan bantuan yang diperlukan
e) Menggalang semangat dan peran warga untuk mendukung pengembangan desa siaga.
4. Perencanaan Partisipatif
• Mengadakan pertemuan secara intensif untuk menyusun rencana pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif untuk dimasukkan ke dalam rencana pembangunan
• Rencanga pembangunan desa/keluarga siaga aktif mencakup :
a) UKBM yang dibentuk baru atau diaktifkan kembali
b) Sarana yang akan dibanugn baru atau direhabilitasi
c) Kegiatan yang akan dilaksanakan dan biaya operasionalnya serta jadwal pelaksanaannya,
• Yang dapat dilaksanakan dgn swadaya/donatur  dokumen tersendiri
• Yang memerlukan dukungan pemerintah  masuk ke dokumen Musrenbang Desa/Kelurahan
5. Pelaksanaan Kegiatan
a) Saat menunggu proses Musrenbang selesai dan menunggu alokasi dana 
memulai kegiatan dengan membentuk UKBM yang diperlukan dan
menetapkan kade pelaksananya dan melakukan kegiatan swadaya.
b) kegiatan dilaksanakan secara swakelola oleh masyarat yang didampingi
perangkat pemerintahan
c) Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi, keuangan
dan administrasi sesuai rencana
d) Dinas Kesehatan dapat membantu masyarakat untuk menyediakan
barang/jasa melalui puskesmas
e) Catat dan lapor kegiatan yang dilaksanakan sesuai petunjuk teknis
f) Pelatihan teknis yang dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi mengacu
petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementrian dalam Negri & Kesehatan
6. Pembinaan, Pemantapan, Pelestarian dan Perluasan
• Tujuan dari tahap ini adalah agar kegiatan dapat terus berjalan dan
ditingkatkan kualitasnya
• Upaya petugas puskesmas bersama masyarakat :
o Menyelenggarakan lomba dan memberi penghargaan
o Mengajak tamu atau desa lain untuk ikut dan memberikan apresiasi
o Memberikan stimulan dana untuk UKBM
o Melakukan kegiatan penyegaran atau keterampilan melalui kegiatan
forum komunikasi desa  lebih hidup.
• Pembinaan yang kontinyu diharapkan dapat mengembangkan
kegiatan masyarakar tsb.
b. Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Penilaian Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat
• Memerlukan tahapan kegiatan yang disinergikan dnegan pengelolaan kegiatan puskesmas
• Yang diperlukan untuk menyusun perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat :
a) Tahap persiapan
i. Peningkatan kapasitas petugas Puskesmas
Menyelenggarakan pertemuan untuk menyamakan pemahaman, meningkatkan
kemampuan melakukan komunikasi untuk edukasi, meningkatkan kemampuan
memilih media KIE
ii. Penyiapan data umum atau data kesehatan untuk dianalisis
iii. Melakukan analisis situasi (umum dan kesehatan)
Data umum :
• Jumlah desa dan kelurahan yang ada di kecamatan
• Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
• Jumlah rumah tangga
• Data tentang geografi
• Data pendidikan, status ekonomi, sosial budaya
Data kesehatan :
• Data / Profil keluarga sehat (KS) puskesmas
• Cakupan program promosi kesehatan
• Cakupan program kesehatan lingkungan
• Cakupan program kesehatan ibu dan anak serta kB
• Cakupan program gizi masyarakat
• Cakupan program penanggulangan penyakit
• Cakupan program pengobatan dan penanggulangan kegawatdaruratan
• Angka kesakitan akibat penyakit menular
• Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular
• Angka kematian ibu dan anak
• Angka kesakitan dan kematian akibat KLB dan bencana
POKOK BAHASAN & SUB
POKOK BAB 6

1.Sistem Informasi Analisis dan Pemanfaatan


Pengelolaan data Pendataan Keluarga Sehat
Puskesmas Data

Pencatatan dan Pelaporan Pengelolaan Data Non


Analisis Data Analisis Keluarga sehat
Data Puskesmas Elektronik

Pengelolaan Data
Survei Lapangan Pemanfaatan Data Aplikasi Keluarga Sehat
Elektronik

Pelaporan Lintas Sektor


Penyajian Data
Terkait

Pelaporan Jejaring
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Wilayahnya
Data perilaku kesehatan masyarakat yang terkait dengan sakit pemeliharaan kesehatan , pencegahan penyakit ,
pencarian pengobatan pemulihan kesehatan .

Data perilaku kesehatan masyarakat yang terkait dengan lingkungan : penggunaan jamban , air bersih , rumah sehat ,
lingkungan sehat , buang sampah , pembuangan limbah , pembersihan sarang nyamuk , dll

Data perilaku kesehatan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan gizi masyarakat penggunaan garam beryodium ,
tinggi serat rendah lemak , menu aneka ragam makanan , cara mengolah makanan , kebersihan makanan , dll

Keberadaan dan kegiatan Forum Masyarakat Kecamatan , Forum Masyarakat Desa / Kelurahan

Jumlah dan jenis UKBM serta jumlah kader aktif

Dukungan dana atau sumberdaya lain yang mendukung upaya pemberdayaan masyarakat , melalui kegiatan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif

Peran serta masvarakat serta organisasi kemasyarakatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pemberdayaan masyarakat atau kegiatan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
• Petugas puskesmas mengolah data.
• Hasil digunakan sebagai bahan untuk melakukan advokasi terhadap

Pengolahan sasaran tersier yang ada di wilayah kecamatan , seperti Camat ,


Kepala Desa / Lurah dan sebagai bahan melakukan pendekatan
kemitraan kepada sektor lain, organisasi kemasyarakatan ( ormas ),

data tokoh masyarakat, donatur atau pihak - pihak lain yang terkait.
• Dukungan dan kemitraan diperlukan dalam melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas

Data masuk ke puskesmas  staf puskesmas mengolah data  menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar melakukan
advokasi , kemitraan serta mencari dukungan terhadap upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan kepada berbagai pihak
potensial lainnya.
Jenis kegiatan

Penyusunan rencana kegiatan pemberdayaan masyarakat Tujuan


Kepala Puskesmas, petugas pengelola pemberdayaan
masyarakat memahami ruang lingkup kegiatan pemberdayaan Sasaran
masyarakat  menyusun perencanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Tempat/lokasi

Hal yang ditetapkan: Metode

Media yang
digunakan

Petugas pelaksana

Dana

Waktu
Matrix Rencana Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Nama program : ..............................

Jenis Tempat/ Petugas Hasil


Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu
Kegiatan Lokasi Pelaksana Kegiatan
1. Tahap persiapan

2. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Tingkat Kecamatan

3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Tingkat Desa/ Kelurahan


Proses pemberdayaan masyarakat
Tujuan : membangun dan
 pengorganisasian kegiatan dari
menjaga keberlanjutan kelompok-
untuk dan oleh masyarakat
kelompok kesehatan/UKBM
menyelesaikan ketidakberdayaan
seperti Posyandu, Polindes,
dan mengembangkan potensi
Poskesdes, Posyandu Lansia,
dalam mengontrol perilaku dan
Posbindu PTM dan Pos UKK.
kesehatan lingkungan.

Peran Puskesmas  memberi


pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau, memberikan
pencerdasan melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.
-Hal yang disampaikan:
Pemberdayaan masyarakat tingkat - Hasil analisa serta berbagai penemuan
Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan masalah kesehatan.
Kecamatan.
Masyarakat.
Advokasi Camat, selaku pimpinan wilayah. - Target cakupan program puskesma beserta
Memperhatikan siklus pemecahan masalah permasalahannya.
kesehatan oleh masyarakat  memunculkan Hasil analisis situasi diolah menjadi
kemandirian menyelesaikan persoalan informasi sebagai materi atau bahan dasar - Pentingnya upaya mengatasi masalah
kesehatan yang didukung oleh melakukan advokasi, kemitraan serta kesehatan melalui pertemuan kemitraan
upaya/pelayanan kesehatan masayarakat mencari dukungan terhadap upaya dengan lintas sektor, tokoh masyarakat,
dari Puskesmas. pemberdayaan masyarakat di bidang organisasi kernasyarakatan, donatur, serta
kesehatan. Pelaksanaan kegiatan advokasi berbagai pihak terkait lainnya untuk
dilakukan dengan berkunjung ke kantornya membangun komitmen serta mendapatkan
atau rumahnya untuk memperoleh upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
dukungan. kesehatan.
- Rencana pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan, serta organisasi
kemasyarakatan, TP PKK, Tokoh Masyarakat
dan Agama, semua Kepala Desa dan
Kelurahan dan perwakilan kader kesehatan
terlibat dalam kegiatan ini.
- Pertemuan atau Loka Karya Kemitraan
Tingkat Kecamatan, dibahas kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan untuk peningkatan status
kesehatan masyarakat.
Lokakarya tingkat kecamatan
pertemuan kemitraan untuk menumbuhkan komitmen dan tekad
Tujuan: bersama dalam pemberdayaan madsyarakat di bidang kesehatan.

Menyamakan pemahaman pentingnya meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung


upaya peningkatan status kesehatan masyarakat, termasuk dalam pengembangan UKBM/ Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif
diselenggarakan di
tingkat kecamatan
diikuti oleh peserta Menyamakan persepsi tentang masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat yang ada di
sektor terkait tingkat kecamatan tersebut
kecamatan, para
Kepala Desa dan
kelurahan, para tokoh Mengidentifikasi permasalahan upaya promosi kesehatan dan berbagai hambatan yang
masyarakat dan dihadapi.
pemuda dan
perwakilan kader tiap
desa dan kelurahan. Menentukan kegiatan terkait upaya pemberdayaan masyarakat/pengembangan UKBM serta
desa-desa yang akan diberdayakan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,
dll.

Menyusun rencana aksi atau program kerja kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.
Lokakarya tingkat kecamatan
Pelaksanaan
Dibuka dan dipimpin oleh Camat sebagai Ketua Tim Pemberdayaan Masyarakal atau Forum Masyarakat
Kecamatan.

Perkenalan setiap peserta lokakarya.

Curah pendapat dan diskusi kelompok lentang masalah kesehatan yang dirasakan masyarakat,
penyebabnya serta hal-hal yang positif dan sumber-daya vang ada dilapangan yang dapat
dimanfaatkan dalam pemecahan masalah kesehatan.

Penyajian data hasil analisis situasi dan masalah kesehatan serta peran aktif masyarakat dalam
berdasarkan catatan atau hasil anailisa yang telah dibuat oleh Puskesmas.

Rencana Aksil Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan/ pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.

Presentasi Rencana Aksi/ Program Kerja terseb dan dibangun komitmen agar semua peserta Lokakarya terlibat
dan berperan aktif dalam melaksanakan rencana aksi.
Rencana
aksi Menyelenggarakan pertemuan
Meneliti masalah kesehatan yang
meliputi : ada di wilayah kerja termasuk
untuk membahas langkah-langkah
kegiatan pemberdayaan
Forum Masyarakat Desa /Kelurahan masalah perilaku masyarakat dan
masyarakat dalam upaya mengatasi
untuk tindak lanjut berdasarkan peran serta dalam kegiatan Desa-
masalah kesehatan masyarakat
hasil lokakarya. Kelurahan Siaga Aktif, menurut
termasuk pengembangan dan
tahapan pratama madya, purnama
peningkal status Desa dan
atau mandiri.
Kelurahan Siaga Aktif.

Menyelenggarakan pertemuan
Menyelenggarakan orientasi atau
sosialisasi kepada pemuka
Melaksanakan pertemuan tingkat pelatihan bagi para pemuka / tokoh
masyarakat yang tidak sempat
desa/ kelurahan untuk masyarakat, kader kesehatan (Tim
mengikuti Pertemuan atau Loka
menyamakan pemahaman tentang Penggerak PKK, Gerakan Pramuka,
Karya untuk memperoleh
masalah kesehatan dan upaya Ormas/LSM ) di desa/kelurahan
dukungan dan kemitraan dalam
mengatasinya. sesuai dengan permasalahan yang
melaksanakan kegiatan yang sudah
dijumpai.
direncanakan.

Pemantauan dan evaluasi kegiatan


pemberdayaan masyarakat di
Desa/Kelurahan Siaga Aktif
Camat dan staf

Kepala Puskesmas dan staf


Bagian-bagian Forum

Lintas Sektor terkait tingkat kecamatan (Urusan Pembangunan Desa, Petugas


Lapangan KB, Petugas Penyuluh Pertanian, Petugas Urusan Agama, Petugas Statistik,
UPT Pendidikan, dll)
Masyarakat
Kecamatan

Tim Penggerak PKK

Kwartir Ranting Gerakan Pramuka

Ormas/LSM yang peduli kesehatan

Tokoh masyarakat, Tokoh agama, Tokoh pemuda

Swasta dan Dunia usaha, dll.


Peran Forum Masyarakat Kecamatan / Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Tingkat Kecamatan:
Menganalisis permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat, menetapkan urutan prioritas masalah serta melakukan identifikasi
penyebab masalah terutama yang berkaitan dengan perilaku.

Menganalisis dan melakukan pemetaan tentang katagori Desa


dan Kelurahan Siaga Aktif yang ada di wilayah kecamatan.

Mengkoordinir sumber daya (tenaga, dana, sarana) dari lintas sektor


terkait untuk kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa.

Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah dalam


peningkatan cakupan program di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Melaksanakan pembinaan dan pelatihan kegiatan pemberdayaan masyarakat


terkait pengembangan dan peningkatan katagori Desa dan Kelurahan

Memantau dan mengevaluasi UKBM atau


kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Melakukan pengorganisasian dan pembagian tugas Tim Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat
Kecamatan, yang ditetapkan melalui kesepakatan bersama sesuai dengan fungsi sektoralnya.

Masing-masing anggota tim melaksanakan peran sesuai dengan tugas dan fungsinya atau
tugas yang disepakati pada lokakarya yang tercantum dalam Rencana Aksi/ Program Kerja.
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat:
Pertemuan Tingkat Desa dan Kelurahan Pertama

Peserta terdiri dari para Ketua RW/RT,


Kepala Dusun/Dukuh, Kelompok PKK
Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh
RW/RT, Ketua TP.PKK Desa dan
Kepala Desa atau Lurah sebagai
Kelurahan, Kader Posyandu, Pemuka
pimpinan wilayah di desa dan kelurahan.
atau Tokoh Masyarakat, Tokoh adat,
Tokoh agama, Tokoh Pemuda, dlI.

Pertemuan untuk menyamakan Membahas cakupan Indikator Keluarga


pemahaman tentang masalah kesehatan Sehat (IKS) yang mencerminkan perilaku
keluarga/masyarakat yang ada di desa keluarga berserta permasalahan
dan keiurahan, menetapkan prioritas kesehatan dan upaya peningkatan
masalah kesehatan serta penyebab kualitasnya. Upaya tersebut tertuang
terjadinya, serta merumuskan upaya dalam rencana aksi/ program kerja
mengatasi masalah dan sumberdaya upaya pemberdayaan masyarakat di
yang dapat dimanfaatkan. bidang kesehatan.
Pelaksanaan Pertemuan Tingkat Desa dan Kelurahan Pertama
Curah pendapat, diskusi kelompok untuk
menyamakan persepsi tentang masalah
Penyajian data tambahan
kesehatan, menetapkan penyebab
tentang masalah kesehatan
masalah (perilaku dan non perilaku),
Pembukaan serta oleh Bidan Desa terkait
Perkenalan peserta menetapkan prioritas masalah
sambutan Kepala Desa dan dengan hasil diskusi
pertemuan kesehatan melalui pemberdayaan
Kelurahan kelompok dan
masyarakat dengan promosi kesehatan,
pengembangan Desa dan
identifikasi potensi yang ada di desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
kelurahan untuk mengembangkan UKBM
dengan P4K yang benar.

Diskusi 
menentukanrencana kegiatan
Menyepakati Pembentukan
Kesepakatan untuk SMD dan pelaksanaannya
Forum Pemberdayaan
Kesepakatan upaya mengenali masalah pelaksanaannya di tiap
Masyarakat Dalam Desa dan
mengatasi masalah kesehatan prioritas, lebih RW/RT/dusun/dukuh, yang
Kelurahan Siaga Aktif Tingkat
kesehatan serta hambatan dalam lagi disetiap mencakup petugas pelaksana
Desa dan Kelurahan, dapat
melalui pengembangan kampung/dusun/dukuh SMD, jadwal, data yang perlu
membentuk Forum yang baru
dan pembinaan UKBM. dengan melakukan Survai dikumpulkan serta
atau menggunakan Forum
Mawas Diri (SMD). penyusunan kuesioner/cara
Masyarakat Desa yang ada.
pengumpulan data yang akan
digunakan dalam SMD.
Pertemuan Tingkat Desa dan Kelurahan Kedua
• diikuti para ketua RW/RT, Kepaia Dusun/Dukuh, •mempersiapkan pelaksanaan SMD di Desa dan
Kelompok PKK RW/RT. TP. PKK Desa dan Kelurahan
Kelurahan, Kader Posyandu, Pemuka atau Tokoh
Masyarakat, Tokoh adat, Tokoh agama, Tokoh •Membangun kesepakatan masalah kesehatan apa
Pemuda. yang menjadi prioritas untuk diatasi.
• dibuka dan dipimpın oleh Kepala Desa atau Lurah
sebagai pimpinan wilayah di desa dan kelurahan.
•Menyusun kuesioner atau instrumen SMD

•Tujuan
•Menyamakan pemahaman tentang cara
melakukan SMD.

•Melakukan pembagian tugas pelaksanaan SMD.

•Menetapkan waktu pelaksanaan SMD

•Menyamakan pemahaman tentang cara


melakukan pengolahan data hasil SMD.
Survei Mawas Diri (SMD)
Kegiatan pengenalan masalah kesehatan serta potensi sumber daya yang terkait
dengan pengembangan Desa Siaga Aktif.
Tujuan  Masyarakat mengenali permasalahan kegiatan UKBM yang telah
dilaksanakan di desanya sendiri, mengenali potensi di desa yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan, timbulnya kesadaran masyarakat untuk
mengatasi permasalahan kesehatan dengan mendayagunakan potensi yang ada.

Pelaksana SMD
oleh sekelompok warga masyarakat yang ditunjuk dalam pertemuan
tingkat desa, atau ditentukan kemudian yang diketuai oleh Ketua
RW/RT/Dusun/Dukuh, Ketua Kelompok PKK RW/RT atau Ketua
Kelompok Dasawisma.
Informasi masalah kesehatan di desa diperoleh dari Kepala Rumah
Tangga (KRT) dan hasil observasi dilapangan di desa tersebut.

Waktu pelaksanaan
Sesuai hasil kesepakatan pertemuan tingkat des dan disesuaikan kapan
akan diselenggarakannya Musyawaran Masyarakat Desa (MMD) untuk
membahas hasil SDM tersebut
Cara pelaksanaan SMD
Pengumpulan data dengan kunjungan rumah untuk wawancara atau
diskusi dengan anggota keluarga sekaligus melakukan pengamatan
(observasi) terhadap rumah/tempat-tempat umum dan lingkungannya.

Data non-perilaku yang menyebabkan masalah kesehatan

Data yang dikumpulkan:


Data tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah
Pengolahan data hasil SMD tersebut meliputi perilaku (Pengetahuan, sikap dan
• Kelompok pelaksana SMD, dengan kebiasaan/perilaku serta alasan kebiasaan/budaya/mitos)
bimbingan bidan di desa dan petugas
Puskesmas, mengolah hasil data SMD
secara sederhana, sehingga diketahui
berbagai masalah kesehatan Data peran serta masyarakat yang terkait dengan bidang kesehatan
penyebabnya yang ada di desa tersebut,
serta status Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
• Hasil SMD memberi gambaran berbagai
masalah, penyebab dan faktor yang Data adanya kebijakan publik berwawasan kesehatan
mempengaruhinya, serta daftar potensi
di desa yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah yang ada di desa. Data spesifik lainnya yang merupakan faktor risiko terjadinya
Hasil SMD selanjutnya dibahas di masalah kesehatan maupun potensi lokal yang dapat mendukung
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). upaya mengatasi masalah kesehatan di wilayah setempat.
Pertemuan Tingkat Desa dan Kelurahan Ketiga
menyampaikan hasil SMD serta
menyusun rencana aksi untuk
mengatasi permasalahan yang ada.

Tujuan
Melakukan pengorganisasian
• diikuti oleh peserta yang terdiri dari para ketua RW/RT, Kepala
masyarakat dalam pelaksanaan
Dusun/Dukuh, Ketua Kelompok PKK RW/RT, Ketua TP.PKK Desa dan kegiatan yang ada dalam rencana aksi
Kelurahan Kader Posyandu/UKBM lainnya, Pemuka atau Tokoh tersebut.
Masyarakat Tokoh adat, Tokoh agama, Tokoh Pemuda, dll
• dibuka dan dipimpin oleh Kepala Desa dan Lurah sebagai pimpinan
di wilayah desa dan kelurahan. Membahas sumberdaya yang
diperlukan untuk melaksanakan
rencana aksi tersebut

Membahas rencana kegiatan advokasi


kepada kecamatan untuk meminta
dukungan sumberdaya yang tidak bisa
diatasi oleh Tim Desa dan Kelurahan

Pertemuan ketiga ini sering disebut dengan pertemuan


Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan.
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
• MMD  pertemuan perwakilan warga desa, Tim Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Desa dan Tim Desa dan Kelurahan
Desa Siaga Aktif Tingkat Kecamatan.
• Membahas hasil SMD dan merencanakan pemecahan masalah Mengenal masalah kesehatan serta status desa kelurahan siaga di wilayahnya
kesehatan serta langkah-langkah kegiatan yang disesuaikan
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Menyepakati prioritas dipecahkan

Tujuan:
Menyepakati langkah-langkah pemecahan masalah dengan mendayagunakan
potensi yang ada dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Menyusun rencana pemecahan masalah kesehatan dan pengembangan Desa


dan Kelurahan Siaga Aktif sesuai hasil SMD
Tempat dan waktu pelaksanaan
• di Balai Desa atau tempat pertemuan
lain yang ada desa segera setelah Masyarakat berperan aktif dalam pemecahan masalah melalui pengorganisasian
SMD di dilaksanakan. pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan adalah pembagian peran dan
tanggung jawab warga masyarakat setempat dalam mengatasi masalah
kesehatan
Pembukaan oleh kepala desa dengan menguraikan tujuan MMD dan menghimbau seluruh
peserta agar aktif mengemukakan pendapat membantu pemecahan masalah yang dihadapi
bersama

Perkenalan peserta dipimpin kader pemberdayaan masyarakat untuk menimbulkan suasana


keakraban

Penyajian hasil SMD oleh Ketua Tim pelaksana SMD atau kader dari masing-masing
RW/RT/Dusun/Dukuh.
Pelaksanaan MMD

Perumusan dan penentuan prioritas masalah berdasarkan hasil SMD.

Menggali dan mengenali potensi yang ada di masyarakat untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Ada fasilitasi teknis dari petugas kesehatan dan sektor terkait di tingkat desa, kecamatan atau
kabupaten

Penyusunan rencana kerja pemecahan masalah kesehatan serta langkah-langkah


pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Pengorganisasian masyarakat, menyusun seksi-seksi beserta tupoksinya yang bertanggung


jawab terhadap pelaksanaan rencana kerja yang telah disusun.

Setiap seksi mengembangkan rencana kegiatan masing-masing yang mengacu pada rencana
kerja yang telah disepakati sebelumnya.

Pernyataan tekad bersama untuk melaksanakan kegiatan pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
Kegiatan apa yang akan dilaksanakan dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Dimana tempatnya Siapa yang akan melaksanakan


kegiatan ini

Pelaksanaan Kegiatan
Kapan dan berapa lama kegiatan ini berlangsung Sosialisasi rencana kerja pemecahan
masalah kesehatan oleh Tim Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Desa ke
Rencana kerja seluruh warga desa.
Bagaimana cara memantaunya
meliputi :

Sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan Semua pihak seksi melakukan kegiatan
kegialan ini (potensi yang ada di desa) sesuai tugas yang disepakati dalam
rencana kerja pemecahan masalah.

Siapa yang perlu dilibatkan

Target yang ingin dicapai baik jumlah maupun


kualitasnya
Pertemuan Tingkat Desa dan Kelurahan Keempat
• diikuti oleh para ketua RW/RT, Kepala Dusun/Dukuh, Ketua Kelompok PKK RW/RT, atau Ketua Kelompok Dasawisma, Ketua
TP.PKK Desa dan Kelurahan, Kader Posyandu, Pemuka atau Tokoh Masyarakat, Tokoh adat, Tokoh agama, Tokoh Pemuda, dll.
• dibuka dan dipimpin oleh Kepala Desa dan Lurah sebagai pimpinan wilayah desa dan kelurahan.

menyampaikan hasil kegiatan sesuai rencana yang telah ditelapkan dalam pertemuan ketiga

Setiap seksi menyajikan atau mengekspose kegiatan yang telah dilakukan beserta hambatan
Tujuan

permasalahannya.

Permasalahan yang ada dibahas dan upayakan untuk penyelesaiannya melalui penyusupan rencana tindak
lanjut.

Membahas upaya mengatasi masalah kesehatan prioritas lainnya yang belum diatasi.

Pertemuan ini merupakan pertemuan pemantauan dan penilaian serta tindak lanjut
Pemantauan dan Penilaian Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
• Sebagai salah satu fungsi manajemen pemberdayaan masyarakat yang harus dilaksanakan untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat berdasarkan rencana kegiatan yang sudah dijadwalkan dan disepakati, ada/tidak hambatan/permasalahan.
• Penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil dari kegiatan pemberdayaan masyarakat disesuaikan dengan maksud dan tujuan
dilakukannya kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Agar proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat berjalan baik sesuai tujuan yang
telah ditetapkan. Jika ada masalah dapat segera ditemukan dan diatasi dan dilakukan revisi
Manfaat Pemantauan atau penyempurnaan perancanaan.

Menghindari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh lintas program di


puskesmas tumpang tindih sehingga dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

Bagi Kepala Puskesmas selaku penanggung jawab kinerja puskesmas bisa mendapatkan
informasi yang up to date tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di
puskesmas.

Hasil pemantauan dapat dipergunakan sebagai acuan untuk memberikan arahan dan
melakukan pengawasan agar upaya kesehatan masyarakat dapat berjalan dengan baik dan bila
ada permasalahan dapat segera diatasi atau dicarikan jalan keluarnya.
Manfaat Penilaian
Pengelola lintas program kesehatan di puskesmas serta Kepala Puskesmas  Tau pengaruh
pemberdayaan masyarakat terhadap peningkatan sumberdaya yang berdampak pada peningkatan
cakupan program kesehatan di puskesmas.

Hasil penilaian upaya promosi kesehatan digunakan sebagai dasar acuan menyusun perencanaan
kegiatan di puskesmas tahun berikutnya berbasis evidensi.

Kepala puskesmas dapat menilai kemajuan dan tingkat keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat
di puskesmas, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan di puskesmas
serta menganalisis kekuatan upaya promosi kesehatan Keluarga Sehat dalam mempercepat proses
perubahan perilaku masyarakat dan petugas menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan mencapai
Indeks Keluarga Sehat yang sesuai standar
Metode Pemantauan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di
Puskesmas

Rapat kerja, Lokakarya


Mini, meninjau
kegiatan di lapangan
Observasi pelaksanaan untuk mengetahui
kegiatan progres pelaksanaan
pemberdayaan kegiatan yang
Focus group masyarakat di
discussion dilakukan oleh lintas
lapangan program beserta
(FGD/Diskusi
Wawancara kelompok Terarah temuan
mendalam (indepth dengan permasalahannya.
individual interview) petugas/fasilitator
Menganalisa laporan dengan petugas
tribulanan kegiatan pemberdayaan
kesehatan (Bidan di masyarakat dan
pemberdayaan Puskesmas Pembantu/
masyarakat/data masyarakat sasara
Polindes/ Poskesdes)
sekunder atau dengan kader,
tokoh masyarakat
yang ada di lapangan.
Metode Penilaian Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di
Puskesmas

Melakukan kajian terhadap adanya peningkatan cakupan program termasuk PHBS di


RT dan Profil Keluarga Sehat, peran serta masyarakat melalui peningkatan jumlah dan
keaktifan UKBM yang ada di Desa/Kelurahan. Termasuk jumiah geraka
kemasyarakatan untuk hidup sehat dan kebijakan pubiik berwawasan kesehatan yang
ditetapkan oleh Camat, Kepala di Desa/Lurah, RW/RT

Temu kerja dengan pengelola upaya kesehatan masyarakat di puskesmas, yang berasai
dari lintas program maupun lintas sektor atau jejaring kemitraan p:omos: kesehatan di
puskesmas.
1

Analisis situası masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas hingga penetapan masalah kesehatan
prioritas.

Kajian perilaku dan non perilaku (lingkungan, kebijakan dan potensi masyarakat) tentang masalah kesehatan
yang dilakukan oleh lintas program di puskesmas
Ruang Lingkup Pemantauan

Penyusunan perencanaan pemberdayaan masyarakat yang dibuat oleh lintas program puskesmas, yang
mengakomodir hasil kajian perilaku dan dan non perilaku yang dibuat berdasarkan strategi promosi kesehatan
puskesmas (advokasi, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan).

Lokakarya mini di puskemas yang membahas upaya kesehatan masyarakat yang terintegrasi secara lintas
program maupun lintas sektor.

Pengembangan jejaring kemitraan dengan individu, kelompok. Serta berbagai pihak potensial dalam
pelaksanaan program kesehatan puskemas.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh lintas program maupun lintas sektor/ jejaring kemitraan yang
terintegrasi dengan puskesmen yang diawali dengan SMD dan dilanjutkan dengan MMD.
2

Peningkatan kapasitas dan peran serta organısası kemasyarakatan, kader, tokoh masyarakat tokoh agama, dl
dalam upaya kesehatan masyarakat untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan
peran serta masyarakat

Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kesehatan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, melalui
Ruang Lingkup Pemantauan

kegiatan di dalam dan di luar gedung puskemas dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan status kesehatannya

Advokasi kesehatan pada pengambil keputusan di tingkat kecamatan untuk mendapatkan dukungan kebijakan
publik berwawasan kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan termasuk penanganan kejadian luar biasa,
dengan mengoptimalkan potensi dan peran jejaring kemitraan.

Penggerakan dan pengorganisasian peran serta masyarakat, melalui upaya pemberdayaan masyarakat dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas pencapaian PHBS dan Indeks Keluarga Sehat yang ada di wilayah
kerja puskemas.

Pengembangan berbagai jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di tingkat Desa/Kelurahan
dalam mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan status kesehatan masyarakat yang ada di wilayah
Desa/Kelurahan.
Indeks Keluarga Sehat
Cakupan PHBS

Jumlah UKBM di wilayah kerja puskesmas


Ruang Lingkup Penilaian Jumlah UKBM yang aktif dalam pelayanan kesehatan dasar.

Jumiah kebijakan publik berwawasan kesehatan

Jumlah mitra yang berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat

Jumlah sumber dana kegiatan pemberdayaan masyarakat

Persentase peningkatan dana kegiatan pemberdayaan masyarakat

Jumlah gerakan kemasyarakatan untuk hidup sehat

Cakupan pengobatan penyakit tidak menular dan penyakit menular

Cakupan Rumah Sehat

Cakupan kepesertaan KB

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap

Cakupan pengobatan penderita TB -BTA Positif


Persentase jumlah kunjungan sasaran UKBM seperti: Posyandu, Pokesdes,
Posbindu PTM, Posyandu Lansia, Polindes, STBM, dl.
Impelementasi konsep mutu di Puskesmas
• Peningkatan mutu penyelenggaraan pelayanan secara
berkesinambungan di puskesmas bertujuan untuk meningkatkan
hasil/keluaran/output yang diinginkan secara konsisten.
• Dalam penerapan mutu penyelenggaraan pelayanan di puskesmas,
yang berperan secara aktif bukan hanya manajemen dan stafnya
semata, melainkan juga seluruh pelaksana upaya-upaya kesehatan
dalam satu kesatuan organisasi pelayanan kesehatan maka penerapan
system manajemen mutu openyelenggaraan upaya-upaya kesehatan
usia lanjut.
TAHAPAN OUTPUT KEGIATAN

P1 (PERENCANAAN) • Adanya penggalangan komitmen manajemen dan


semua staf
• Adanya kebijakan mutu puskesmas
• Adanya tim mutu dan uraian tugas tim mutu
puskesmas
• Adanya penyusunan pedoman/manual mutu
• Adanya rencana/program kerja meningkatkan mutu
• Adanya sumber daya SPA yang dialokasikan
berkaitan dengan peningkatan mutu
P2 (PELAKSANAAN DAN PENGGEREKAN) • Adanya pertemuan tim mutu yang rutin
dilaksanakan dalam rangka proses pemantauan
dan evaluasi keberhasilan pencapaian indicator
mutu
• Terlaksannya upaya pengendalian dan peningkatan
mutu di FKTP setiap bulan
• Adanya rumusan alternative penyelesaian masalah
terkait peningkatan mutu
P3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerja) • Adanya pelaksanaan rapat tinjauan manajemen
dan audit internal
• Peningkatan kepuasaan pelanggan internal
• peningkatan kepuasaan pelanggan eksternal
Membangun komitmen

•Seluruh jajaran manajemen dan staf pelaksana upaya-upaya kesehatan, membangun satu kesepakatan bersama atas keputusan tentang kebijakan mutu dan
melaksanakan peraturan peraturan

Penyusunan kebijakan mutu

•Kepala puskesmas menyusun kebijakan-kebijakan tentang mutu penyelenggaraan upaya puskesmas UKM dan UKP
•Kepala puskesmas menyusun peraturan-peraturan dalam implementasi kebijakan

Pembentukan tim mutu dan uraian tugas tim mutu

•Memberikan arah arahan dan pemahaman tentang mutu, menjelaskan rencana program mutu yang akan dilaksanakan, memberikan petunjukbagaimana rencana
program mutu diimplementasikan pada bidang tugas tugasny amasing masing dengan memperhatikan keterpaduannya satu dengan lainnya.

Menyusun pedoman dan penetapan indikator mutu penyelengaraan upaya-upaya kesehatan dan manajemen di puskesmas

Menyusun pedoman dan penetapan indikator mutu penyelenghgaraan upaya upaya kesehatan dan manajemen di
puskesmas

Menyusun program mutu dan rencana pelaksanan kegiatan perbaikan dan peningkatan mutu berkesinambungan secara
terintegrasi

Melaksanakan program/rencana mutu

•setelah terdapat program/rencana mutu yang disusun kemudian rencana tersebut disepkati oelh semua petugas

Melakukan evaluasi dan tindak lanjut


Perbaikan Mutu Berkesinambungan di
Puskesmas
• Untuk mencapai berjalannya peningkatan mutu, berkesinambungan
(continuous quality improvement) di puskesmas, perlu dilaksanakan
metode kualitas empat langkah yang disebut dengan siklus PDCA (plan-do-
check-action)
1. Perencanaan : merencanakan tujuan dan proses yang dibutuhkan untuk
menentukan hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2. Pelaksanaan (Do) : melakukan perencanaan proses yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Periksa (check)
4. Aksi (action) : apabila upaya yang dinyatakan berhasil, maka standarisasikan
perubahan tersebut
• P1 (Perencanaan)
• P2 (penggerakan dan pelaksanaan)
• P3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja)
Keselamatan Pasien di Puskesmas
• C1 Definsi
• Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko. Identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden.
• Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden, adalah setiap kejadian yang
tidak sengaja dan kondisi yang mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
• C2 Penyelenggaraan keselamatan pasien
1. Standar keselamatan pasien terdiri dari
1. Hak pasien
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan
pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
7 langkah keselamatan pasien
Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Memimpin dan mendukung staf

Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

Mengembangkan sistem pelaporan

Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Belajar dan berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien

Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamtan pasien


SKP 1 mengindentifikasi pasien dengan benar
• Kesalahan karena kekeliruan bias terjadi di semua aspek ddiagnosis
• Tujuan ganda dari sasaran ini :
• Untuk dengan cara yang dapat dipercaya mengidentifikasi pasien sebagai individu
yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan
• Untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut
• Kegiatan yang dilaksanakan
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis pasien
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
SKP 2 meningkatkan komunikasi yang efektif
• Kegiatan yang dilaksanakan
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang kosnsiten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi darikomunikasi lisan melalui telepon
SKP 3 meningkatkan keamanan obat yang
harus diwaspadai
• Bila obat adalah rencana dari pengobatan, amak penerapan
manajemen yang benar penting / krusial memastikankeselamatan
pasien
• Obat yang tampak mirip ucapan (nama obat, rupa dan ucapan
mirip/norum atau look alike sound alike/LASA)
• Fasilitas kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk menyusun daftar obat yang perlu
diwaspadai.
Memastikan lokasi pembedahan
yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada
pasien yang benar
SKP 4 Memastikan lokasi pembedahan yang benar,
prosedur yang benar, pembedahan pada pasien
yang benar
• Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
operasi.
• Kesalahan pada hal ini dapat terjadi karena :
• 1. komunikasi yang tidak efektif atau tidak adek kuat antara anggota
tim bedah
• 2. kurang atau tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
• 3. tidak ada prosedur untuk meverifikasi lokasi operasi
• 4. assessment pasien, penelaahan catatan medis yang tidak adekuat
• 5. permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca
• Fasilitas pelayanan kesehatan perlu untuk mencegah masalah
masalah hal tersebut.
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
1. Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar
2. Memastikan semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan relavan
tersedia, dan di beri label dengan baik
3. Memastikan keberadaan peralatan khusus dan atau implant implant
yang dibutuhkan
SKP 5. mengurangi resiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
• Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
• Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
seperti :
1. Saluran kemih akibat kateter
2. Infeksi aliran darah
3. Pneumonia akibat ventilator
Salah satu cara menghindari hal tersebut adalah dengan cara menjaga
hygine seperti cuci tangan.
Dengan itu program kesehatan menerapkan hal berikut :
1. Mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygine terbaru
yang di terbitkan
2. Menerapkan program hand hygine yang efektif
3. Mengarahkan/mengedukasi pengurangan secara berkelanjutan
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
SKP. 6 MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN
AKIBAT TERJATUH
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan
untuk mencegah cedera pasien akibat terjatuh.
Fasilitas pelayanan kesehatan haeus mengevaluasi pasien yang memiliki
resiko jatuh seperti :
1. Riwayat jatuh
2. Obat dan efek samping obat dan konsumsi alcohol
3. Cara jalan dan keseimbangan pasien
4. Alat bantu yang digunakan pasien
• Untuk mencegah cedera akibat jatuh kegiatan yang dapat
dilaksanakan yaitu :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal
risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang pada pasien yang
diindikasikan terjadi perubahan kondisi
2. Langkah langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
pasien yang di anggap berisiko
• Insiden keselamatan pasien meliputi
1. Kondisi potensial cedera : berpotensi menimbulkan cedera namun
belum terjadi
2. Kejadian nyaris cedera : terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien
3. Kejadian tidak cedera : insiden yang sudah terpapar ke pasien
namun tidak menimbulkan cedera
4. Kejadian tidak di harapkan : insiden yang mengakibatkan cdera
pada pasien
• Penanganan insiden dapat dilakukan dengan membentuk tim
keselamatan pasien yang di tetapkan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai pelaksana kegiatan penanganan insiden

• Tim keselamatan pasien paling sedikit terdiri dari unsur management


fasilitas pelayanan kesehatan dan unsur klinisi di fasilitas pelayanan
kesehatan
• Semua insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim
keselamatan pasien paling lambat 2x24 jam dengan menggunakan
format pelaporan sesuai lempira permkes nomor 11tahun 2017 lalu
dilakukan verifikasi untuk kebenarannya.
Mutu dan keselamatan pasien dalam standar
akreditasi puskesmas
Upaya pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien dipuskesmas dalam penilaian akreditasi FKTP telah
diatur dalam standart bab 3 , 6 dan 9 →puskesmas, bab 4 → klinik
pratama, dan bab 2 → praktik mandiri dokter/dokter gigi
Bab 3 mutu administrasi dan manajemen
• Peningkatan mutu puskesmas
Standart 3.1 : perbaikan mutu dan kinerja puskemas konsisten dengan
tata nilai, visi, misi, dan tujuan puskesmas, dipahami dan dilaksanakan
oleh pimpinan puskesmas. Penanggung jawab upaya puskesmas dan
pelaksana.
Bab 6 mutu upaya kesehatan masyarakat
• Sasaran kinerja upaya kesehatan masyarakat
Standart 6.1 : perbaikan kinerja masing masing UKM puskemas
konsisten dengan tata nilai, visi, misi, dan tujuan puskesmas, dipahami
dan dilaksanakan oleh kepala puskesmas, penanggung jawab UKM
puskesmas dan pelaksana yang dtujukkan dalam sikap kepimpinan.
Bab 9 mutu upaya kesehatan perorangan
• Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
Standart 9.1 : perencanaan, monitoring dan evaluasi mutu layanan
klinis dan keselamatan menjadi tanggung jawab tenanga yang bekerja
dipelayanan klinis
Standart 9.2 : mutu layanan klinis dan keselamatan dipahami dari
didefinisikan dengan baik oleh semua pihak yang berkepentingan
Standart 9.3 : mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien di
ukur, dikumpulkan dan dievaluasi dengan tepat
Standart 9.4 : perbaikan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
diupayakan, dievaluasi dan dikomunikasikan dengan baik
Standart akreditasi puskesmas yang mensyaratkan
diterapkannya uapaya keselamatan pasien dan
manajemen risiko antara lain :
• Kriteria 1.2.5: Penyelenggaraan pelayanan dan Upaya Puskesmas
didukung oleh suatu mekanisme kerja agar tercapai kebutuhan dan
harapan pengguna pelayanan, dilaksanakan secara efisien, minimal
dari kesalahan dan mencegah terjadinya keterlambatan dalam
pelaksanaan,
• Kriteria 2.3.13: Lingkungan kerja dikelola untuk memirimalkan risiko
bagi pengguna Puskesmas dan karyawan
• Kriteria 5.1.5: Penanggung jawab UKM Puskesmas mengupayakan
minimalisasi risiko pelaksanaan kegiatan terhadap lingkungan,
• Kriteria 8.1.6 Program keselamatan (safety) direncanakan, dilaksanakan,
dan didokumentasikan,
• Kriteria 8.2.3. Ada jaminan kebersihan dan penyimpanan, penyiapan, dan
penyampaian obat kepada pasien serta keamanan dalam penatalaksanaan
obat kadaluwarsa/rusak
• Kriteria 8.2.4. Efek samping yang terjadi akibat pemberian obat-obat yang
diresepkan atau riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu harus
didokumentasikan dalam rekam medis pasien,
• Kriteria 8.2.5. Kesalahan obat (medication errors) dilaporkan melalui
proses dan dalam kerangka waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas,
• Kriteria 8.3.2. Ada program pengamanan radiasi, dilaksanakan dan
didokumentasi, dan Seluruh standar pada Bab IX, Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
Agar dapat memenuhi standar tersebut, perlu diterapkan prinsip
prinsip keselamatan yaitu :
1) Keterbukaan, didorong untuk melaporkan jika terjadi kesalahan
tanpa rasa takut untuk disalahkan. Dan menginfomasikan pada
keluarga pasien mengapa hal itu terjadi
2) Pembelajaran, sistem pelayanan didorong untuk belajar dari
kesalahan untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama
3) Kejelasan Kewenangan (pemberdayaan praktisi klinis) untuk
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
4) kejelasan siapa saja yang bertanggung jawab (akuntabilitas)
terhadap suatu kejadian atau tindakan yang dilakukan
5) Budaya adil (just culture), perlakuan yang adil dan tidak
dipersalahkan jika terjadi kegagalan sistem
6) Kearifan dalam memprioritaskan masalah dan tindakan
7) Pelayanan klinis dilakukan oleh praktisi klinis sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan, sesuai dengan panduan praktik klinik
8) Peran serta aktif semua praktisi klinis dan kerja tim
9) Kerja tim merupakan upaya yang efektif dalam mencegah terjadinya
kesalahan, dan membangun sikap saling percaya dan saling menghargai
• Untuk puskesmas tahapan untuk memenuhi standar tersebut
dilaksankan dengan mengikuti Sembilan langkah sebagai berikut :

1) Membentuk tim mutu (termasuk di dalamnya bidang klinis) dan tim


keselamatan pasien dengan program kerja yang jelas
2) Menetapkan area prioritas dalam pelayanan klinis yang menjadi
fokus untuk upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3) Mengembangkan tata nilai dan budaya keselamatan pasien
4) Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap mutu pelayanan
klinis dan perilaku dalam pemberian pelayanan klinis
5) Melaksanakan pelayanan klinis sesuai dengan prosedur dan
panduan praktik klinis
6) Menerapkan manajemen risiko dalam pelayanan klinis
7) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan mutu klinis dan
keselamatan pasien. Pembelajaran melalui penerapan manajemen
risiko klinis pada area prioritas.
8) Mengupayakan tercapainya enam sasaran keselamatan pasien
9) Pelaporan insiden keselamatan pasien
URAIAN
Tujuan Manajemen Data Puskesmas dan
Keluarga Sehat
Tujuan Umum Tujuan Khusus
• Menyatukan pemahaman mengenai
• Terwujudnya pengelolaan data penyelenggaraan manajemen data, informasi
Puskesmas dan Keluarga sehat dan keluarga sehat
• Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan
untuk manajemen Puskesmas
• Pembangunan komitmen pengambil
kebutusan dan penentu kebijakan
• Mengolah data dan informasi dengan
pencatatan dan pelaporan untuk memenuhi
kebutuhan data dan infoemasi
• Menyediakan data dan informasi
• Mengelola data keluarga menjadi informasi
yang berguna untuk pembangunan kesehatan
Ruang Lingkup
• Pencatatan data puskesmas
• Pelaporan data puskesmas
• Cara menganalisis dan memanfaatkan data
• Tata cara pengelolaan data puskesmas
• Pendataan keluarga sehat
Sistem Informasi Puskesmas
• Mencakup kegiatan:
• Pencatatan dan pelaporan
• Survei lapangan
• Pelaporan lintas sector
• Pelaporan jejaring fasilitas di wilayah kerja
Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas dan
Jaringannya
Pencatatan di Puskesmas
• Pelaksana kegiatan Puskesmas • Data program meliputi:
wajub melakukan pencatatan • Upaya kesehatan masyarat
kegiatan dan hasil kegiatan esensial
• Data dasar: • Upaya kesehatan masyarakat
pengembangan
• Identitas puskesmas
• Upaya kesehatan perseorangan
• Wilayah kerja puskesmas
• Sumber daya puskesmas
• Sasaran program
Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas dan
Jaringannya
• Pencatatan di puskesmas • Pencatatan menggunakan
meliputi: instrument:
1. Pencatatan di dalam Gedung • Kartu
• Formulir
2. Pencatatan pelayanan di luar • Register
Gedung
• Kartu status meliputi:
3. Pencatatan di jaringan
• Identitas Puskesmas
Puskesmas
• Identitas sasaran
• Kegiatan dan hasil kegiatan
• Identitas pelaksana kegiatan
Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas dan
Jaringannya
• Formulir (instrument dalam • Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
pencatatan) dan Register (daftar atau Kepala Dinas Kesehatan
status/hasil kegiatan) memuat: Kabutan/Kota melakukan
• Identitas Puskesmas penambahan muatan data
• Identitas sasaran dalam pencatatan sesuai dengan
• Kegiatan dan hasil kegiatan kebutuhan program.
• Identitas pelaksana kegiatan • Hasil pencatatan dalam Gedung
dan luar Gedung disimpan di
bank data
Mekanisme Pencatatan di Puskesmas
LOKET UNIT PELAYANAN TINDAK LANJUT

• RKK TERMASUK
KARTU STATUS REGISTER-REGISTER
Dalam gedung • KTP PELAYAN DALAM RUJUKAN
• REG. KUNJUNGAN GEDUNG
• KARTU KB

YANKES

REGISTER-REGISTER • BANK DATA PUSKESMAS


Luar gedung PELAYAN LUAR • PENGOLAHAN/PENYAJIAN
GEDUNG • PENYUSUNAN LAPORAN
Pelaporan di Puskesmas dan Jaringannya
• Tiap Puskesmas harus melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
• Kegiatan tersebut disusun berdasarkan pencatatan kegiatan dan hasil
kegiatan di Puskesmas.
• Laporan disusun oleh setiap pelaksana koordinasi Kepala Sub Bagian
Tata Usaha.
• Laporan puskesmas disampaikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelaporan di Puskesmas dan Jaringannya

Laporan Data Dasar Laporan Data program


• Identitas Puskesmas • Upaya kesehatan masyarakat
esensial (UKMF)
• Wilayah kerja Puskesmas
• Upaya kesehatan masyarakat
• Sumber daya Puskesmas pengembangan (UKMP)
• Sasaran program • Upaya kesehatan perseorangan
(UKP)
• Laporan tahunan terdiri atas
laporan tahunan kegiatan
program
1. Jadwal Penyampaian Pelaporan
• Laporan dta program disampaikan secara teratur sesuai dengan jadwal
berikut:
• Laporan mingguan disampaikan setiap hari Selasa pada minggu berikutnya
• Laporan bulanan disampaikan setiap tanggal 5 pada bulan berikutnya
• Laporan tahunan disampaikan setiap tanggal 5 pada bulan pertama tahun berikutnya
• Laporan data program non rutin:
• Laporan kejadian luar biasa
• Laporan khusus
• Laporan khusus:
• Laporan surveilans sentinel
• Laporan kebutuhan tertentu
2. Mekanisme Pelaporan Data Puskesmas
1. Laporan dari Puskesmas Pembantu, laporan dari Bidan di desa dari
Poskesdes/Polindes dikumpulkan oleh pengelola data dan informasi
Puskesmas
2. Pengelola data dan informasi Puskesmas merekapitulasi data yang
dicatat baik di dalam Gedung maupun di luar Gedung yang telah
dimasukkan dalam register serta laporan yang diterima dari Puskesmas
Pembantu dan Bidan di desa
3. Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegaitan dimasukkan ke formulir
laporan dan disampaikan kepada pelaksana program di Puskesmas pada
pertemuan bulanan untuk di koreksi
4. Hasil koreksi oleh pelaksana kegiatan dimanfaatkan untuk memperbaiki
laporan yang selanjutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Mekanisme Pelaporan Data Puskesmas
• Umpan balik laporan Puskesmas berupa surat pemberitahuan yang
memuat keterangan paling sedikit mengenai:
• Absensi laporan
• Kelengkapan isi laporan
• Ketepatan waktu penyampaian laporan
• Hasil validasi isi lapiran, dan/atau
• Rekomendasi perbaikan laporan dalam hal ditemukan kesalahan atau
ketidaklengkapan pelaporan
Alur Data
PUSAT BAG PI UNTI UTAMA
PUSDATIN
PROGRAM TERKAIT
TINGKAT PUSAT
DINKES PROVINSI
BAG. TU SUB
PROGRAM TERKAIT
BAG RENC
TX PROVINSI

DINKES KABUPATEN/KOTA
PROGRAM TERKAIT TX
SUB BAG TU
KABUPATEN/KOTA

KEPALA PUSK
TATA USAHA

YANKES SWASTA BIDES PUSTU


3. Surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
1. Surveilans Sentinel Puskesmas
• Pelaksana Surveilans ditetapkan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
• Pelaksana surveilans mendata kesakitan penyakit dan kematian Puskesmas
• Jenis dan sumber data ditetapkan dalam peraturan perundangan
2. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) KLB
1. Deteksi dini KLB penyakit/keracunan pada saat pelayanan pasien
2. Pemantauan wilayah setempat penyakit menular potensi KLB (PWS-KLB)
3. Surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Puskesmas wajub melaksanakan:
• Laporan adanya dugaan KLB
• Laporan penyelidikan dugaan KLB
• Laporan perkembangan penyakit
• Dokter, perawat dan petugas kesehatan di Puskesmas melaksanakan
identifikasi adanya perkembanyan penyakit pada suatu desa atau
kelompok.
• Apabila teridentifikasi Kepala Puskesmas wajib membuat laporan
dugaan KLB sesuai dengan perundangan yang ada.
• Bentuk laporannya adalah laporan Wabah/KLB (24jam) disampaikan
ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Apabila KLB telah terjadim Puskesmas wajib memantau
perkembangan penyakit dan membuat laporan berkala sesuai
ketetapan DINas Kesehatan
• Instrumen dalam penyelidikan dan pelaporan KLB:
• Formulis laporan KLB (dilaporkan dalam 24 jam)
• Register data mingguan penyakit menular potensi KLS
• Formulis penyelidikan KLB
Alur Penyelidikan dan Pelaporan KLB

Laporan
adanya KLB
Konfirmasi (24jam) (W1)
Tejadi dugaan
dugaan KLB
KLB
(investigasi)
Penyelidikan
KLB

Penanggulang
an KLB

PWS penyakit
selama KLB
Survei Lapangan
• Untuk pemenuhan kebutuhan data, Puskesmas menyelenggarakan
survei lapangan.
• Survei lapangan dapat berupa pemantauan program.
• Survei lapangan dilaksanakan sesuai dengan perundangan.
• Hasil survei lapangan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pelaporan Lintas Sektor Terkait
• Pengumpulan data yang bersumber dari lintas sector yang terkait.
• Data dari lintas sector berupa data demografi, data program, dan data
lain sesuai kebutuhan.
• Data dikelola dalam pelaporan terintegrasi dengan pelaporan
puskesmas.
Pelaporan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Wilayah Kerjanya
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas wajib
menyampaikan laporan data kegiatan dan hasil kegiatan kepada
Puskesmas setempat.
• Terdiri atas data kelahiran, data kematian, data kesakitan, dan data
kunjungan pelayanan.
Analisis dan Pemanfaatan
Data
Analisis Data Puskesmas
Analisis data difokuskan agar data menjadi basis informasi yang
diperlukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan tindak
lanjut pemecahan masalah guna menunjang tugas dan fungsi
puskesmas.

• Terdapat dua tahap analisis:


• Tahap Pra Analsi
• Tahap Analisis
Tahap Pra Analisis
• Tahap yang dilakukan sebelum melakukan analisis data.
• Untuk menentukan apakah data layak di analisis atau tidak.
• Pada tahap ini akan dilakukan pembersihan data.
• Metode pembersihan data:
• Cek Kesesuaian Data dalam Satu Program (logical Check)
• Cek Kesesuaian Data Antar Program
Tahap Analisis
• Terdapat tiga jenis analisis data:
1. Analisis Deskriptif menurut waktu, tempat, dan orang
• Menggambarkan kejadian kesehatan yang dikelompokkan berdasarkan waktu, tempat
kejadian dan karakteristik orang dengan menjelaskan data.
2. Analisis Komparatif
• Membandingkan hasil kegiatan program dengan target yang telah ditentukan
sebeumnya.
3. Analisis Hubungan antar Program
• Hubungan/keterkaitan antara variable yang satu dengan variable yang lainnya secara
teoritis memiliki hubungan.
Pemanfaatan Data Dalam Manajemen
Puskesmas
• Pemanfaatan data dan informasi mencakup kegiatan:
• perencanaan Puskesmas
• Pemantauan untuk deteksi wabah
• Pemantauan masalah kesehatan
• Penilaian dan evaluasi
• Data yang telah dianalisis dapat sekaligus digunakan untuk
perencanaan, pemantauan dan penilaian.
Peran Data dalam Siklus Perencanaan

PERENCANAAN

IMPLEMENTASI KEBUTUHAN

M&E
Pemanfaatan Data Dalam Perencanaan
Puskesmas
• Perencanaan di tingkat Puskesmas perlu dilakukan untuk menjamin
pelaksanaan upaya kegiatan kesehatan yang meliputi (PERMENKES
NO.75 TAHUN 2014)
1. Upaya Kesehatan masyarakat (UKM) esensial
2. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) pengembangan
3. Upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama
Pemanfaatan dalam Monitoring dan Evaluasi
• Informasi yang diperolah dari kegiatan puskesmas dapat
dimanfaatkan untuk pemantauan.
• Pemantauan diperlukan untuk mengambil tindakan perbaikan.
• Pemantauan dilakukan pada saat kegiatan dalam fase pelaksanaan
dan biasa dilakukan secara periodic.
4. BAHAN BELAJAR
• Modul Pelatihan Promosi Kesehatan bagi petugas di Puskesmas 2015
B.2 Pemantauan Untuk Deteksi Wabah
penyakit yang harus diwaspadai kemungkinannya menjadi wabah sepeti diare, demam berdarah
dengue (DBD), campak dan malaria. Dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya wabah perlu
dilakukan monitoring harian atau mingguan. Data yang tercatat dalam registrasi kunjungan, registrasi
rawat inap dan beberapa registrasi penyakit menular dapat dimanfaatkan sebagai sumber data/
informasi untuk mendeteksi adanya wabah.
B.3 Pemantauan Masalah Kesehatan
data dan informasi untuk pemantauan masalah kesehatan, dapat berupa data mortalitas, data
kesehatn lingkungan, data cakupan layanan program, dan data lainnya. Analisis data untuk
pemantauan masalah kesehatan harus dilakukan secara terintegrasi, supaya didapatkan gambaran
yang utuh.

Analisis terintegrasi adalah analisis dari data SIP yang terintegrasi antara satu program dengan program
lainnya, termasuk dengan lintas sektor terkait. Untuk mengetahui lebih rinci latar belakang /penyebab
masalah kesehatan, mengetahui intervensi spesifik yang perlu dilakukan, dan mengetahui kesiapan
dalam menangani masalah kesehatann.

Contoh : analisis data morbiditas dan mortalitas pada anak balita dilakukan terintegrasi dengan analisis
program KIA dan program gizi serta program imunisasi  didapatkan informasi yang komprehensif
tentang kesehatan anak yang berhubungan dengan kesehatan ibu

Analisis terintegrasi perlu dilakukan  untuk melihat faktor yang berhubungan dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas anak.
• Analisis terintegrasi dapat dilakukan secara deskriptif dan analitik pada setiap indikator program kesehatan, juga
dpat dilakukan pada setiap tingkat atau jenjang pelayanan, baik tingkat puskesmas, kabupaten, kota, provinsi atau
tingkat pusat.
Contoh analisis terintegrasi dengan menggunakan data pada surveilans morbiditas dan mortalitas pada anak balita
diatas sebagai berikut.

Tabel 2.1 Contoh Tabulasi Analisi Terintegrasi

KEC Penyakit Sebab kematian Capaian Capaian KN Capaian Capaian keterangan


terbesar terbanyak program lengkap program program air
imunisasi gizi bersih
campak
A Pneumoni Pneumonia 80% 85% 60% 80%

B Diare Diare 85% 80% 50% 80%

C Campak Pneumonia 76% 75% 80% 70%

D Malaria Pneumonia 65% 60% 70% 75%

E Pneumoni Pneumonia 57% 56% 75% 75%

F Pneumoni Pneumonia 60% 54% 65% 65%


Dari data tersebut dapat diamati bahwa untuk permasalahan disetiap kecamatan program apa saja yang
harus diperhatikan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pada anak balita untuk yang menjadi
masalah kesehatan disetiap kecamatan berbeda.
•Pada kecamatan A dan B perlu ditingkatkan cakupan pelayanan gizi untuk meningkatkan indikator N/S
•Pada kecamatan C perlu ditingkatkan program imunisasi campak KN lengkap dan penyuluhan kesehatan
terutama tentang ISPA
•Untuk kecamatan D,E,F perlu meningkatkan cakupan semua program diatas (imunisasi campak, KN
lengkap, gizi dan penyuluhan kesehatan)

Contoh diatas hanya melihat capaian 4 program terkait dengan morbiditas dan mortalitas anak balita.

Selaian analisis terintegrasi, dapat pula dilakukan analisis continuum of care yaitu analiss berdasarkan
pelayanan yang berkelanjutan. Misalnya analisis morbiditas dan mortalitas pada anak balita yang
memperhatikan pelyanan kesehatan
Dengan melihat cakupan per indikator program tersesebut. Jika terdapat suatu kesenjangan dapat
dilakukan analisis secara berkesinambungan  dapat diidentifikasi pada tahap mana terjadi perbedaan
cakupan dan adanya missed opportunity pelayanan kesehatan yang menyebabkan tingginya suatu
permasalahan morbiditas atau mortalitas bayi atau anak balita.

Pada gambar 1.4 adalah angka cakupan pelayanan kesehatan ibu dan balita tahun 2011 dan 2012.
terlihat peningkatan cakupan K4, tetapi cakupan TT2 menurun. Terlihat dada missed opportunity
pelayanan K4 . Pelayanan yang memenuhi standar K4 seharusnya sudah termasuk pemberian imunisasi
TT
• Terlihat bahwa persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai 83,03% namun imunisasi HB0
hanya 19,6%. Disini terlihat ada missed opportunity imunisasi.
• Penurunan cakupan tersebut dapat dibahas antar program untuk digali peganggaran, sumber daya
tenaga kesehatan, manajemen ataupun masalah yang berasal dari tingkat masyarakat.

C. Pemanfaatan Untuk Penilaian atau Evaluasi


- apabila pemantauan dilakukan pada saat kegiatan dalam fase pelaksanaan dan biasa dilakukan secara
periodik (per bulan), maka penilaian dilakukan setelah kegiatan selesai dilaksanakan (per tahun )
- Dalam pemantauan diamati masukan dan progres dari suatu kegiatan. Sedangkan, penilaian melihat
keluaran dan dampak dari kegiatan. Hasil penilaian tidak dapat segera digunakan untuk mengambil
tindakan perbaikan, tetapi harus melalui perencanaan kembali

Mekanisme penilaian dan evaluasi dapat dilakukan dengan melihat gambaran kesenjangan. Gambaran
kesenjangan pelayanan kesehatan dapat diketahui dengan cara membandingkan cakupan hasil
pelayanan dengan targetnya telah ditetapkan.
Misalnya dalam kegiatan pemberantasan DBD, peilaian dapat berupa kegiatan dalam mengamati angka
bebas jentik, angka kasus DBD dan angka kematian DBD kemudian membandingkannya dengan target
yang telah ditetapkan.
Apabila angka bebas jentik, angkas kasus DBD dan angka kematian DBD tidak sesuai dengan target yang
telah direncanakan, maka pengelola program dapat segera mencari penyebab mengapa tidak sesuai
dengan target  dapat mencari solusi dan langkah penanganannya

Misalnya dalam program imunisasi :


•Cakupan imunisasi DPT3 tahun 2014 (januari s/d desember 2014) di puskesmas A mencapai 70%.
Target DPT3 di puskesmas A 80%. Dari data tersebut terlihat adanya kesenjangan 10% antara cakupan
yang seharusnya dicapai dengan kenyataan. Gambaran kesenjangan pelayanan kesehatan juga dapat
diketahui dengan cakupan hasil pelayanan program lainnya. Untuk menggambarkan adanya missed
opportunity
•Cakupan layanan pemeriksaan ibu hamil K4 sudah mencapai 80% sedangkan cakupan imunisasi TT2 ibu
hamil hanya mencapai 70%. Dpat terlihat adanya kehilangan kesempatan dari ibu hamil yang sudah
datang ke layanan kesehatan, namun mereka tidak mendapatkan fasilitas. Tidak mendapatkan imunisasi
TT2 seanyak 10% dari total ibu hamil.
• Data dapat dimanfaatkan dalam bentuk stratifikasi, digunakan data hasil kegiatan tahunan dan hasil
olahan SIP termasuk pula informasi lainnya yang diperlukan.
Stratifikasi adalah merupakan alat evaluasi puskesmas, dimana dalam stratifikasi hasil kegiatan pokok
puskesmas selama 1 tahun kalender dihitung dan dibandingkan dengan indikator yang ada  diketahui
tingkat/strata puskesmas tersebut.

Data dari LB-3 dan LB-4 dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk penyusunan laporan triwulan. Data
misalnya jumlah ibu hamil risti yang ditangani, jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah
ketuarga beresiko yang dibina.

2.3 Penyajian Data Puskesmas


Penyajian dapat dilakukan secara sederhana dengan cara visualisasi dalam bentuk tabel, grafik batang,
garis dan pie (lingkaran), pemetaan. Tujuannya data dalam bentuk grafik adalah agar pembaca dapat
melihat secara cepat informasi yang ingin disampaikan tanpa harus melihat tabel, agar menarik dan
mengurangi kejenunhan dalam penyajian data/informasi serta agar pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara cepat dan tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat penyajian grafik :
• Arah dan tujuan analisis data
• Ketersediaan data
• Ketersediaan alat bantu pembuatan grafik
• Ketepatan dalam memilih salah satu grafik yang akan disajikan, karena masing –masing grafik
mempunyai karakteristik informasi tersendiri
Dalam penyajian data daopat dikelompokan dalam 3 variable yaitu sebagai berikut :
•Penyajian menurut variabel tempat  dapat dibuat menurut desa, kecamatan, puskesmas, posyandu
•Penyajian menurut variabel waktu  dibuat menurut waktu yang dapat disajikan dalam mingguan,
bulanan dan tahunan
•Penyajian menurut variabel orang  dapat dikelompokkan lagi menjadi kelompok umur, jenis kelamin,
maupun pkerjaan.
Tabel
a. Angka absolut
contoh :
• Jumlah penderita DHF/DBD per bulan di puskesmas (A) kabupaten (X) tahun 2012-2014

Tabel 4.1 jumlah pendrita DHF/DBD per bulan di puskesmas X kab Y tahun 2012-2014

Sumber : LB1 (SIP)


b. Persentase
contoh :
• Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk yang didampingi tenaga kesehatan per desa
selama 2 tahun dalam bentuk tabel yang kemudian dibuat grafik batang  pola persalinan desa
dapat dilihat kecenderingannya.

Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Puskesmas per Jenis Kunjungan

Sumber : Register KIA (SIP)


- sumber : LB1 (SIP)
c. Rasio
misalnya : rasio bidan di desa terhadap jumlah penduduk sasaran
Data rasio bidan di desa per penduduk sasaran (ibu hamil) di dapat dari jumlah bidan di desa dibagi
jumlah penduduk sasaran (ibu hamil) di desa tersebut. Sebagai contoh sebagai berikut

Tabel 4.3 Rasio Bidan di Desa per Penduduk Sasaran (Ibu Hamil)

Sumber : ketenagaan puskesmas (SIP)


Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata di puskesmas 1 bidan desa melayani sekitar 40 ibu hamil.
Grafik
a. Grafik batang/balok (bar chart)
tujuan grafik adaah :
• Melihat kecenderengun data/ pengamatan menurut waktu (dimana sumbu X berisi data waktu
dan sumbu Y menunjukan frekuensi nilai dari variabel data).
• Membandingkan beberapa pengamatan data menurut tempat dan jenis atau kategori tertentu.

Gambar 4.1 Contoh Penyajian Grafik Batang Berkomponen


b. Grafik lingkaran (pie chart)
adalah penyajian data yang menggambarkan distribusi dari suatu data (nominal atau ordinal).
Biasanya grafik lingkaran penyajiannya berbentuk presentase. Satu lingkaran menggambarkan
proporsi 100% yang terbagi menjadi komponen-komponennya.
c. Grafik Garis  penyajian untuk melihat kecenderungan dari waktu ke waktui dalam suatu
pengamatan. Pada sumbu Y dapat berupa angka mutlak, persentase, rasio, dan rate sedangkan
pada sumbu X berisi data waktu.
d. Grafik gambar (pictogram)
digunakan untuk menggambarkan suatu visualisasi data bagi masyarakat yang tidak biasa membaca
data. Biasanya gambar yang digunakan adalah simbol / gambar tertentu yang masing - masing
simbol menggambarkan jumlah tertentu.
e. Grafik pencar (scatter diagram)
digunakan untuk menyajikan hubungn (korelasi) antara dua variabel yang sering berkaitan.
Peta, Area Stratifikasi dan Tematik
• Penuajian dalam bentuk peta  menyajikan gambaran sebaran (frekuensi) tingkatan (stratifikasi)
suatu kasus menurut lokasi secara spesial (kekurangan) untuk melihat pola sebaran kasus yang
dikaitkan dengan pola keruangan secara sederhana.
• Dapat membantu untuk mengidentifikasi sebab masalah yang ada kaitannya dengan variabel
keruangan seperti keterkaitan dengan area dataran tinggi-rendah , area kawasan perairan, area
peternakan dan variabel berbasis keruangan.

Pokok Bahasan 3 Pengelolaan Data


• Kegiatan dan hasil kegiatan pencatatan dan pelaporan menghasilkan data yang harus dimanfaatkan
untuk mendukung manajemen puskesmas. Data yang dihasilkan perlu diolah meliputi pembersihan,
validasi dan pengelompokan data yang terintegrasi.
• Dimulai dari pencatatan,pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan dan penggunaan
data dan informasi. Dalam permenkes 75 tahun 2015 pasal 43 pengelolaan data dapat dilakukan
secara elektronik maupun non elektronik.
Sebelum dilakukan pengelahan data diperlukan pembersihan data. Kegiatan pembersihan data
dilakukan setelah data dikumpulkan dengan tujuan untuk melakukan koreksi terhadap:
1. Kesesuaian data dengan apa yang harus di catat sesuai dengan SOP
2. Ketepatan alat ukur yang digunakan
3. Kebenaran cara pencatatan berdasarkan difini operasional yang telah ditetapkan.
4. Menghilangkan dupliksi data. Kegiatan ini selanjutnya disebut dengan validasi data.

Pengolahan data dan informasi kesehatan meliputi pemrosesan, analisis dan penyajian.
1. Pemrosesan data dan informasi kesehatan harus dilakukan sesuai standar data yang meliputi
validasi, pengkodean, alih bentuk dan pengelompokan
2. Analisa data dan informasi kesehatan dapat berupa analisis deskriptif, komparatif, kecenderungan
maupun hubungan.
3. Penyajian data dan informasi kesehatan dilakukan dalam bentuktekstual, numerik, dan model lain
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk penyajian data dan informasi
kesehatan harus disesuaikan dengan tipe dan karakteristik data serta pengguna sehingga mudah
dipahami.
Dalam penyajian data, dapat juga dilakukan pengelompokan dat sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
a. Lokasi
b. Waktu
c. Kelompok umur
d. Latar belakang pekerjaan
e. Pendidikan

 Penyimpanan data hasil kegiatan puskesmas dilakukan pada tempat yang aman dan tidak rusak atau
mudah hilang dengan menggunakan media penyimpanan elektronik/non elektronik
 Penyimpanan data kesehatan dilakukan paling singkat 10 tahun untuk data non elektronik dan 25
tahun untuk data elektronik.
 Berkas keluarga disusun berdasarkan nomor kepala keluarga menurut desa/kelurahan.
 Data yang telah disimpan harus dipelihara. Pemeliharaan data dilakukan untuk menjaga agar data
selalu up to date dan terhindar dari kerusakan
 Data dan informsi dapat bersifat terbuka dan tertutup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Data yang bersifat tertutup dapat diakses oleh masyarakat dengan izin dari dinas. Kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan kementrian kesehatan.
 Pemberian izin akses data oleh masyarakat didasarkan pada pertimbangan aspek kerahasiaan
informasi dan kepentingan bagi pengguna data sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
 Data yang dirahasiakanmeliputi data kesehatan/kecacatan fisik, data kesehatan/kecacatan mental dan
data pelayanan kesehatan.
3.1 Pengelolaan Data Elektronik
 Dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik kesehatan yang memiliki kemampuan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan sistem elektronik kesehatan
yang dikelola oleh menteri.
 Pengelolaan data secara elektronik dan harus menganut prinsip kerahasian data juga mengacu pada
tentang informasi dan transaksi elektronik.
 Pengelolaan data elektronik diperlukan standarisasi yang meliputi jenis, sifat, format, basis data, kode
data dan metode data
 Pengelolaan database dari sistem elektronik dilakukan melalui.
a. Updating
b. Kompilasi atau rekapitulasi
c. Penyiapan data aktif yang mudah diakses
d. Pemeliharan database
 Pemeliharaan database dilakukan dengan cara membuat cadangan data atau melakukan back-up
data secara rutin dan menjaga keamanan informasi
 Pengelolaan data elektronik memudahkan dalam hal pencatatan dan pelaporan  pemangku
kepentingan atau dinas kesehatan kabupaten/kota dapat dengan mudah mendapatkan akses
terhadap data dan informasi terkini.
 Pengelolaan data elektronik harus didukung dengan perangkat teknologi informasi, baik perangkat
keras maupun perangkat lunak, jaringan komunikasi internet, dan kesiapan sumber daya manusia
sebagai pengelola data elektronik.
3.2 Pengelolaan Data Non Elektronik
Puskesmas yang belum mampu dari segi tenaga dan infrastruktur untuk melakukan pengelolaan data
secara elektronik dapat melakukan pengelolaan data secara non elektronik. Pengelolaan data secara non
elektronik menggunakan perangkat berupa :
•Kartu
•Formulir
•Registrasi sebagai alat pencatatan dan pengumpulan data
•Pengelolaan data non elektronik dilakukan secara manual, berbasis kertas dan cenderung lambat.
Kekurangan dan kelebihan pengelolaan data secara elektronik dan non elektronik adalah:

Elektronik Non elektronik


Cepat Lambat
Perangkat keras dan lunaki Manual menggunakan formulir
Tergantung jaringan komunikasi Ruang penyimpanan dokumen yang besar
Perlu SDM dengan ketrampilan khusus Beban kerja pencatatan dan pelaporan
Mudah dalam pengolahan data Sulit dalam pengolahan data

Pokok bahasan 4. pendataan keluarga sehat


Dilakukan untuk mengetahui profil keluarga. Pendataan dilakukan oleh pembina keluarga dengan
memperhatikan konsep pendekatan keluarga.
4.1. Pendataan Keluarga Sehat
Adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.
• Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga
keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah keranya
• Pendekatan keluarga merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan
perluasan dari upaya perawatan kesehatan masyarakat yang meliputi kegiatan :
1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data kesehatan keluarga
2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif
3) Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung
4) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen puskesmas.
• Dari hasil kunjungan rumah, pendataan dan identifikasi permasalahan kesehatan di keluarga.
Puskesmas akan dapat mengenali masalah kesehatan serta resiko yang dihadapi keluarga secara lebih
menyeluruh, untuk kemudian dirancang kegiatan intervensinya.
• Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor
risiko lain selama ini
• Kegiatan pengumpulan data merupakan faktor penentu dan bagian penting dari rangkain kegiatan
program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga, dimana kegiatan ini menentukan diperolehnya
data yang akurat dan valid sehingga diperoleh data kesehatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
• Keberhasilan pengumpulan data di lapangan ditentukan oleh
• Pelatihan
• Pengorganisasian
• Persiapan
• Penyelenggaraan kegiatan
• Kegiatan paska lapangan
• Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengumpulan data adalah :
• Faktor pewawancara
• Responden
• Materi pertanyaan
• Situasi wawancara
• Pendataan dilakukan dengan menggunakan aplikasi keluarga sehat, dimana aplikasi ini didesain dan
ditujukan untuk memudahkan para pengumpul data dilapangan dalam melakukan pendataan
keluarga sehat dilapangan.
4.2 Aplikasi Keluarga Sehat
a. Desain Aplikasi
pada gambar berikut akan diilustrasikan contoh pengembangan dari aplikasi Web Keluarga
Sehat (KS) . Item-item yang terdapat didalam kurva berwarna ingga menunjukan cakupan
pengembangan aplikasi web keluarga sehat secara internal dinkes dan puskesmas. Sedangkan
item yang terdapat di dalam kurva berwarna biru muda menunjukan cakupan pengembangan
Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS) dalam konteks integrasi data yang berlangsung didalam
warehouse.
b. Alur Administrasi
Secara garis besar alur proses bisnis bermula dari persiapan sistem dan distribusi akun berikut beban
kerja, enteri data lapangan dan review data agregat. Data agregat dapat digunakan sebagai data primer
untuk pengolahan lebih lanjut. Alur proses bisnis dilingkungan puskesmas dapat diilustrasikan ke dalam
diagram CFF (Cross Functional Flow). Sebagai berikut:
Catatan : diagram CFF ini dapat berubah sesuai dinamika pembahasan dan interaksi dengan para
pemangku kepentingan, baik dari level kebijakan, manajerial, pelaksana teknis maupun publik di
lingkungan Kabupaten/Kota, yang dilakukan secara periodik dan berkelanjutan dari waktu ke waktu.
Jenis Pengguna Aplikasi
• Dinas Kesehatan Provinsi,
• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
• Kepala Puskesmas,
• Administrator Puskesmas, adalah mengatur kepala puskesmas, akun
supervisor, danakun surveyor di Puskesmas, sebagai default, hanya
disediakan kuota untuk 10 surveyour.
• Supervisor
• Surveyor, adalah akses entri data kuesinoner keluarga sehat, dan
download data khusus rumah tangga/keluarga yang dilakukan pendataan
I. LOGIN
• Pada bagian ini dilakukan proses login.
Untuk menampilkan menu
login,pengguna harus telebih dahulu
mengakses aplikasi keluarga sehat
melalui browser dengan mengetikkan
url: keluargasehat.kemkes.go.id

• Setelah pengguna berhasil login maka


aplikasi akan menampilkan tampilan
maupun menu yang disesuaikan
dengan hak akses yang dimiliki oleh
pengguna yang sedang login tersebut.
II. PENGATURAN
• Pada bagian ini dilakukan pengaturan grup pengguna, pengguna, menu dan
akses menu.
Pengaturan Grup Pengguna
• Grup pengguna merupakan deskripsi dari hak istimewa (privileges) yang
dimiliki oleh seorang pengguna (aktor) yang dapat login ke dalam sistem.

Gambar 3.1 – Data Grup Pengguna (Tampilan Awal)


• Edit atau hapus data grup pengguna yang sudah ada dapat dilakukan
pada tampilan ini. Apabila diklik button tambah pada sebelah kanan atas,
browser akan menampilkan tampilan berikut :

• Administrator cukup mengentrikan data grup pengguna baru, kemudian


klik tombol simpan. Tombol
Gambar resetData
3.2 – Tambah dipergunakan
Grup Pengguna untuk membatalkan
pengisian dengan cara mengosongkan form.
Pengaturan Pengguna

Gambar 3.3 – Data Pengguna (Tampilan Awal)

Edit atau hapus data pengguna yang sudah ada dapat


dilakukan pada tampilan ini dengan memilih ikon pensil
maupun ikon X
• Apabila diklik button tambah pada menu sebelah kanan atas, browser
akan menampilkan tampilan berikut :

Gambar 3.4 – Tambah Data Pengguna


• Administrator cukup mengentrikan data pengguna baru kemudian klik
tombol simpan. Tombol reset dipergunakan untuk membatalkan
pengisian dengan cara mengosongkan form.
Pengaturan Menu

Gambar 3.5 – Data Menu (Tampilan Awal)

• Publish, edit atau hapus data menu yang sudah ada dapat
dilakukan pada tampilan ini. Apabila diklik button tambah pada
sebelah kanan atas, browser akan menampilkan tampilan berikut :
Gambar 3.6 – Tambah Data Menu
• Administrator cukup mengentrikan data menu baru kemudian klik
tombol simpan. Tombol reset dipergunakan untuk membatalkan
pengisian dengan cara mengosongkan form. Perlu diperhatikan untuk
pengisian parent dan menu order harus memperhatikan data menu yang
sudah dientrikan.
Pengaturan Akses Menu

Gambar 3.7 – Data Akses Menu (Tampilan Awal)

• Publish, edit atau hapus data menu yang sudah ada dapat dilakukan
pada tampilan ini.
• Apabila diklik button tambah pada sebelah kanan atas, browser akan
menampilkan tampilan berikut :

Gambar 3.8 – Tambah Data Menu

• Administrator cukup mengentrikan data menu baru kemudian klik


tombol simpan. Tombol reset dipergunakan untuk membatalkan
pengisian dengan cara mengosongkan form. Perlu diperhatikan
untuk pengisian parent dan menu order harus memperhatikan
data menu yang sudah dientrikan.
III. DATA MASTER
• Pada bagian ini dilakukan pengelolaan wilayah administrasi, Puskesmas, Famili
Folder dan Individu.
Pengaturan Puskesmas

Gambar 4.1 – Data Puskesmas (Tampilan Awal)


• Edit atau hapus data Puskesmas yang sudah ada dapat dilakukan pada
tampilan ini.
• Apabila diklik button tambah pada sebelah kanan atas, browser akan
menampilkan tampilan berikut :

Gambar 4.2 – Tambah Data Grup Pengguna

• Administrator cukup mengentrikan data grup Puskesmas baru kemudian


klik tombol simpan. Tombol reset dipergunakan untuk membatalkan
pengisian dengan cara mengosongkan form.
IV. DATA RUMAH TANGGA
• Pada bagian ini dilakukan pengelolaan data rumah tangga/keluarga (entri data hasil
pendataan dengan kuesioner manual). Menu Data Rumah Tangga ini hanya bisa
digunakan oleh surveyor, sementara admin puskesmas hanya berwenang untuk edit
data pada menu ini.
• Pada tampilan awal menu Data Rumah Tangga terdapat 3 (tiga) buah menu yaitu :
1 -Tambah
Menu untuk melakukan pendataan sesuai dengan manual kuesioner keluarga sehat.
Terdiri dari 5 blok/tahapan pendataan yaitu: Blok I Pengenalan Tempat, Blok II Data
Rumah Tangga, Blok III Keterangan Pengumpul Data, Blok IV Keterangan Anggota
Rumah Tangga, Blok V Survei Individu
2 - Import KK
Menu dengan fasilitas penarikan data keluarga berdasarkan NKK (Nomor Kartu
Keluarga). Pada menu ini pengguna bisa memasukkan NKK dari keluarga yang didata
kemudian klik tombol cari untuk menarik data NKK dari server Dukcapil Kemendagri.
Jika pencarian NKK berhasil maka akan muncul notifikasi sukses dan pengguna akan
langsung diarahkan kedalam tampilan layar Blok IV Keterangan Anggota Rumah
Tangga.
2 - Download Kuesioner
Menu untuk mengunduh manual kuesioner keluarga sehat dalam format
pdf
Pengaturan Data Rumah Tangga

Gambar 5.1 – Data Rumah Tangga (Tampilan Awal)

• Edit atau hapus data rumah tangga yang sudah ada dapat dilakukan pada
tampilan ini. Apabila diklik button tambah pada sebelah kanan atas,
browser akan menampilkan tampilan berikut :
Gambar 5.2 - Tambah / Edit Data Rumah Tangga (Blok I – Pengenalan tempat)

• Pada tampilan Blok I (Pengenalan Tempat) ini, keterangan tempat


(provinsi, kab/kota, kecamatan, dan puskesmas) sudah otomatis terisi
sesuai dengan akun yang digunakan saat login. Sementara untuk
keterangan data kelurahan, diisi manual baik dengan cara memilih tanda
panah atau dengan klik dropdown menu kelurahan dan pilih kelurahan
yang sesuai.
• Untuk pengisian keterangan RT, RW, dapat menggunakan 3 digit angka
(contoh : RT 001 dan RW 007) maupun mengetikkan teks (contoh : dusun
lebak budi) untuk pengisian keterangan RT, RW baik menggunakan digit
angka maupun teks pastikan konsistensi penulisan pada tiap wilayah
pendataan. Untuk pengisian keterangan alamat rumah dengan
mengetikkan teks sesuai dengan kondisi dilapangan.
• Jika menggunakan opsi import KK, maka data alamat, RT dan RW
otomatis terisi sesuai dengan data yang ada pada Kartu Keluarga. Jika
data yang didapat dari hasil import KK tersebut tidak sesuai maka bisa
dilakukan penyesuaian dengan kondisi sebenarnya dilapangan saat
pendataan.
• Untuk keterangan tanggal pengumpulan data, secara otomatis akan
muncul sesuai dengan tanggal sistem saat digunakan (realtime), jika
pendataan dilakukan manual dan baru diinput kedalam aplikasi dihari
lain dari hari pendataan manual, maka keterangan tanggal pengumpulan
data ini dapat diedit untuk disesuaikan dengan tanggal saat
pengumpulan data manual dilakukan.
• Untuk pengisian nomor urut bangunan/rumah (URT) dan nomor urut
keluarga gunakan 3 digit angka (contoh 001) dan pastikan konsistensi
penulisan pada tiap wilayah pendataan.
Gambar 5.3 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga
(Blok II - Keterangan Rumah Tangga)

• Pada tampilan Blok II (Keterangan Rumah Tangga) ini, beberapa field yang
harus diisi oleh pengguna, yaitu data nama kepala keluarga dan data jumlah
anggota rumah tangga (ART). Jika menggunakan opsi import KK, dimana
jumlah ART yang didapat dari hasil pencarian NKK ternyata tidak sesuai dengan
kondisi dilapangan saat pendataan maka data jumlah ART tersebut bisa
disesuaikan dengan jumlah sebenarnya saat pendataan.
• Contoh : data jumlah ART yang didapat dari pencarian KK adalah sejumlah 5 orang ART,
namun saat dilakukan pendataan, ART yang berdomisili di rumah tersebut ternyata hanya 3
orang ART, dimana 2 ART lainnya sudah pindah ke daerah lain maupun dengan alasan lainnya.
Maka pada Blok IV data 2 orang ART tadi bisa dihapus dengan cara klik ikon hapus (X)
kemudian klik tombol simpan dan pada Blok II ubah data jumlah ART dari 5 menjadi 3.
Begitupun sebaliknya jika ternyata jumlah ART yang didapat dari hasil pencarian KK kurang,
maka pada Blok II tambahkan jumlah ART nya, misal tambahkan 2 ART lagi dari 5 ART
menjadi 7 ART, kemudian pada Blok IV tambahkan 2 ART tersebut dengan cara masukkan NIK
jika ART tersebut memiliki NIK kemudian klik tombol cari untuk mendapatkan data individu
ART tersebut dari server dukcapil kemendagri, atau ketikkan kode 9 sebanyak 16 digit bagi
ART yang tidak memiliki NIK kemudian isi keterangan individu ART tersebut secara manual.
Jika sudah selesai klik tombol simpan ART.
• Pada tampilan ini pengguna juga bisa langsung mengisikan data
kuesioner keterangan rumah tangga.

Gambar 5.4 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga (Blok III – Pengumpul Data)

• Pada bagian ini form yang dientrikan sudah otomatis terisi value dari
session sesuai dengan akun yang digunakan saat login dan statusnya
terkunci, jadi cukup direview dan dilewati saja.
Gambar 5.5 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga (Blok IV – Anggota RuTa)

• Tampilan Blok IV (Keterangan Anggota Rumah Tangga) ini sudah


dijelaskan pada tampilan Blok II (Keterangan Rumah Tangga) diatas.
Gambar 5.6 – Review Data Individu (Blok V – Individu)

• Pada tampilan ini pengguna diarahkan untuk mengklik button Survei


untuk menampilkan tampilan entri data survei Blok V – Individu.
• Begitu pun seterusnya untuk Breakdown kewilayahan sampai dengan
tingkat kelurahan, dimana grafik turunannya muncul secara berjenjang di
bawah tampilan wilayah induknya.

Gambar 6.3 – Tampilan Dashboard Status Pendataan


(Tingkat Kabupaten/Kota dengan Breakdown Kecamatan)
Gambar 6.4 – Tampilan Dashboard Status Pendataan
(Tingkat Kecamatan dengan Breakdown Kelurahan)

• Secara hirarki dapat dijelaskan urutan tampilan dari dashboard status


pendataan ini adalah sebagai berikut :
Nasional  Provinsi  Kabupaten/Kota  Kecamatan  Kelurahan
BANG DAVITO
543-554
RT/RW/DESA
1. Keluarga mengikuti program
KB
2. Persalinan ibu difasilitas
pelayanan Kesehatan
IKS Tinggi Wilayah

3 Bayi mendapatkan imunisasi


dasar lengkap
4. Pertumbuhan balita dipantau

5. Bayi mendapatkan ASI Ekslusif

6. Penderita TB yang berobat


sesuai standart
7. Penderita Hipertensi berobat
teratur
8. Penderita gangguan jiwa
diobati dan tidak
diterlantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada
yang merokok
10. Keluarga sudah mnjadi
anggota JKN
Penentuan Status Keluarga
• Digunakan dikotomi (sehat-tidak • Intervensi (Penyampaian pesan
sehat) jika seluruh indikator yang terhadap individu, keluarga,
dtetapkan pada keluarga baik berarti komunitas) :
100% 1. Intervensi melaluiUKM dan UKBM
• Digunakan range : 2. Balita: Posyandu, Paud
1. Keluarga sehat : IKS > 0,800 3. Usia sekolah : UKS, dokter kecil, SBH
2. Keluarga pra sehat : IKS 0,500-0,800 dst
3. Keluarga tidak sehat : IKS < 0,500 4. Remaja : UKS, SBH, PMR dst
5. Usia Kerja : UKK, Posbindu PTM
6. Usia Lanjut : Posyandu
usila/adiyuswa
7. Bila sasaran tidak datang lakukan
kunjungan rumah
IKS Tingkat Puskesmas :
{ Keluarga dengan IKS > 0,800

{ Seluruh keluarga di Puskesmas ybs

Kategori Puskesmas berdasarkan IKS nya :


1. Puskesmas Sehat : IKS >0,800
2. Puskesmas Pra Sehat : IKS 0,500-0,800
3. Puskesmas tidak Sehat : IKS < 0,500

Cakupan Indikator :
{ Keluarga bernilai 1 untuk indikator ybs
x100
{ Seluruh Keluarga dipuskesmas { Keluarga bernilai N
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai