Ananda Setiabudi
SMF Saraf RSUD Budhi Asih
Definisi Penurunan Kesadaran
Stroke
Trauma Kepala dan Medula Spinalis
Infeksi
Status Epileptikus
Tumor Otak
Myasthenia Gravis
GBS (Guilan Barre Syndrom)
ETIOLOGI PENURUNAN KESADARAN
KELAINAN NEUROLOGIK
VASKULAR INFEKSI
meningitis bakteri dan
InfarK
perdarahan intraserebral, jamur, ensefalitis
abses otak,
trombosis sinus venosus,
empyema subdural
polyarteritis nodosa
isolated angitis
NEOPLASMA
tumor otak baik primer
sickle cell disease
maupun metastasis
carcinomattosis
meningen
TRAUMA LAIN-LAIN
perdarahan epidural mutiple sclerosis
subduraL vaskulitis autoimun
intraserebral, Cerebritis
subarachnoid, epilepsi,
Kontusio
komosio
PEMERIKSAAN FISIK : GENERALIS, NEUROLOGIK
DAN PENUNJANG
KESADARAN—GCS, VITAL SIGN
INSPEKSI:-TRAUMA: -KEPALA,LEHER: HATI2
FRAKTUR SERVIKAL!!!
-TANDA LATERALISASI
THORAX,ABDOMEN
-PERNAFASAN:POLA,BAU
-EXTREMITAS: NEEDLE MARK
-KULIT:WARNA,TURGOR
MATA:PUPIL:UKURAN,SIMETRIS,BENTUK,REFLEKS CAHAYA
REFLEKS BATANG OTAK:DOLLEYES,REFLEKS CORNEA
DEVIATIO CONJUGATE
-SIMETRIS, TONUS, KEAKTIFAN
MOTORIK PERGERAKAN.
-RESPON TERHADAP NYERI
RESPON TERHADAP -REFLEKS: TENDO, PATOLOGIS
RANGSANG NYERI: TEKAN
SUPRAORBITA, BAWAH KUKU,
STERNUM
Px. PENUNJANG
LAB: DARAH LENGKAP,AGD,ELEKTROLIT:Na,K,Cl,Ca,fosfat,LFT,RFT,GDS,ALKOHOL,TOKSIN,
URIN LENGKAP, HEMOSTASIS
EKG,EEG,FOTO THORAX,SCHAEDEL(BILA TRAUMA),CT-SCAN,MRI,OFTALMOSKOP, USG
PENILAIAN TINGKAT
KESADARAN
Kualitatif : (Komposmentis, Somnolen,
Sopor, Soporus-coma, Coma)
Kuantitatif (Glasgow coma scale)
- Komposmentis : GCS 15
- Somnolence : GCS 13-14
- Soporus : GCS 9-12
- Koma : GCS 3-8
KESADARAN
kualitatif
Komposmentis : GCS 15
Perubahan Pola Nafas
Cheyne Stokes : periodik hiperventilasi
kemudian Apnoe
Refleks Batang Otak
Refleks Cahaya
Refleks Batang Otak
Refleks Kornea
Refleks batang otak
Doll’s Eyes
Test Calori
Refleks Batang Otak
Gag’s Reflex
Pemeriksaan Kesadaran
Onset mendadak
Defisit neurologik fokal/umum
Berlangsung > 24 jam
Tdk ada penyebab lain, kecuali gangguan
vaskuler.
Tanda Awal Stroke
Ischemic Penumbra
Atherosclerosis dan Thrombus
Atherosclerosis dan Thrombus
Emboli Cerebral
HIPERGLIKEMI dan DIABETES
pada STROK
HIPERGLIKEMI :
- simtom pada Diabetes Mellitus
- gejala reaktif pada fase akut strok
DIABETES MELLITUS
- faktor risiko Strok
- perhatian dan penanganan pd
masa akut dan pasca akut strok
HIPERGLIKEMI pada STROK FASE
AKUT
Bening Merah/hitam
Pasien puasa
< 200 cc > 200 cc
Spoel NGT/ 6 jam
NGT tutup 5 jam, buka
Diet makanan cair biasa NGT dibuka/tutup 1 jam
Pasien puasa Therapy : Antasida/ oral
dan Ranitidin/ inj.
Makanan cair/NGT
bertahap Makanan cair/NGT
bertahap
Daldijono, 1998 Nutrisi parenteral B/P
STROKE AS COMPLICATION
IN HYPERTENSIVE
EMERGENCY
AUTOREGULASI
Autoregulasi : penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap
kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan
pada resistensi terhadap aliran darah dengan berbagai
tingkatan perubahan kontriksi / dilatasi pembuluh darah.
Dengan pengetahuan autoregulasi dalam menurunkan TD
secara mendadak dimaksudkan untuk melindungi organ vital
dengan tidak terjadi iskemi. .
Bila TD turun, terjadi vasodilatasi, jika TD naik timbul
vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran darah otak
masih tetap pada fluktuasi Mean Arterial Pressure ( MAP )
60 – 70 mmHg. Bila MAP turun dibawah batas autoregulasi,
maka otak akan mengeluarkan oksigen lebih banyak dari
darah untuk kompensasi dari aliran darah yang berkurang.
Bila mekanisme ini gagal, maka dapat terjadi iskemi otak
dengan manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan
sinkope.
Definitions
Hypertensive Crises
Acute increasing of BP
>180/120 mmHg
Need immediate treatment
Kaplan NM ,Hypertensive Crises in : Clinical hypertension 9th Ed, Lippincott Williams & Wilkins 2006:609-630
Management of
Hypertensive Emergency (general)
Patients should be admitted to an Intensive Care
Unit for continuous monitoring of BP and
parenteral administration of an appropriate agent
The initial goal therapy is to reduce mean arterial
BP by no more than 25% (within minutes to 1
hour).
Then if stable, to 160/100 to 110 mmHg within
the next 2 to 6 hours.
Excessive falls in pressure that may precipitate
renal, cerebral, or coronary ischemia should be
avoided.
Chobanian AV et al, The JNC 7 report, JAMA 2003;389: 2560-70
Management of
Hypertensive Emergency (general)
BP Rehemorrhage in ICH
should be
controlled
early
Circulation 2005;112:111-120
Approach to elevated Blood
Pressure intherapy
Eligible for thrombolytic Acute Ischemic Stroke
Blood pressure Treatment
level (mmHg)
Systolic>230 or Labetalol 10-20 mg IV over 1-2 min may
Diastolic > 121- repeat double labetalol every 10 min to a
140 maximum dose 300mg or
Nicardipine 5 mg/hr IV infusion as initial
dose and titrate to desired effect by
increasing 2.5 mg/hr every 5 min to
maximum of 15mg/hr
Circulation 2005;112:111-120
Penatalaksanaan Tekanan Intra Kranial
Meningkat
TIK normal : 0 – 15 mm hg
Menurunkan TIK :
Diuretik osmotik (Manitol 20%) : dosis 0,5 – 1
g/kgBB diberikan dalam 15-30 menit.
U/mencegah Rebound dosis ulangan tiap 6 jam
0,25 – 0,5 g/kgBB dalam 30 menit
Posisi tidur : elevasi 20-30 dengan kepala dan
dada pada satu bidang
Hiperventilasi :target pCO2: 34-36 mmHg, pO2
: 90-100 mmHg
Hiperventilasi Vasokonstriksi Cerebral blood
Flow turun TIK
- Hindari batuk & mengejan (sulit BAB)
Menurunkan Tekanan Intra Kranial
1.Terapi Osmotik
2. Mempertahankan oxygen Saturasi
(Sat O2 > 95%)
3. Hyperventilation
4. Posisi Kepala
Osmotic Therapy
Hyperosmolar Therapy: Increase
Blood Osmolarity
Brain Blood
vessel
Fluid Manitol
Hypertonic Saline
3. Hyperventilation
4. Position
Hyperventilation
Hiperventilasi Vasokonstriksi
Cerebral blood Flow turun TIK
PCO2 tidak boleh kurang dari35 cmH20
Menurunkan Tekanan Intrakranial
1. Osmotic Therapy
2. Keep normal oxygen
3. Hyperventilation
4.Position
Decrease ICP:
Promote Venous Drainage
Feldman et al. (1992)
J Neurosurgery, 76
March et al. (1990)
J Neuroscience
Nursing, 22(6)
Parsons & Wilson
(1984) Nursing
Research, 33(2)
Meringankan TIK
1. Sedation
2. Mencegah dan mengobati
kejang.
3. Avoid hyperthermia
Sedation
Diazepam 5-10 mg
Midazolam 1 mg/min (1-2.5 mg titrated)
Morphine 5-10 mg IV
Operatif :
Adanya peningkatan tekanan intrakranial yg tdk
respon terhadap osmotik diuresis
Kondisi pasien menunjukan perburukan: nadi
meningkat, suhu naik-turun, kesadaran memburuk,
hemiplegi dan refleks babinski yang makin jelas
Pembedahan:
o perdarahan yang letaknya lobair dan di serebelum
o > 50cc
o Midline shift >5mm
Rehabilitasi medik
Abnormalitas gerakan
Kecendurungan postur tubuh yang salah
Gejala otonom
Gangguan perawatan diri (ADL )
Perubahan psikologik
Dr.Ananda Setiabudi,SpS
BAGIAN NEUROLOGI
RS BUDHI ASIH
Klinis :
Rhinorhea (keluar cairan Likuor dari hidung)
Otorrhoea (keluar cairan likuor dari telinga
Bilateral periorbital haematom
• Perbedaan Darah & Likuor (cairan otak):
- Dengan kertas saring: bila darah warna
merah di kertas saring merata, bila cairan otak
warna merahnya makin kepinggir menipis (hallo)
Hematom Intrakranial
Hematom Epidural
Hematom Subdural
Perdarahan Intraserebral
Epidural Hematom
Terjadi diantara tulang tengkorak dan duramater.
Benturan linier terhadap calvaria menyebabkan
terpisahnya duraperiostium dari tulang dan terputusnya
pembuluh darah akibat pergeseran
Regio temporoparietal dan arteri meningeal medial 66
% dan 70% berhubungan deangan fraktur tulang
temporal
Arteri meningeal media : terbesar menyebar pada
seluruh bgn lateral
Gejala Klinis nya : Lucid Interval
Pada CT Scan tampak bayangan putih (Hiperdens) yang
cembung/konveks pada
permukaan korteks tulang.
Dapat menimbulkan Tekanan Intra Kranial meningkat
(TIK )
Interval lucid
Terjadi pada ¾ pasien
Pasien yg sudah sadar dapat pingsan kembali
Perdarahan epidural akan bertambah dgn
bertambahnya waktu
Volume darah di ruangan epidural akan
memberikan gejala sindrom kompresi
Gejala yg menonjol : kesadaran yg menurun
secara progresif
Diagnosis
Herniasi sentral
iskemia serebri
Epidural hematom
PATOFISIOLOGI LESI INFRATENTORIAL
•LESI DI BATANG OTAK
•LESI DI LUAR BATANG OTAK
Herniasi FORAMINAL
Herniasi Foraminal
PENATALAKSANAAN
Memperbaiki ABC
Kontrol terhadap peninggian TIK
Mengurangi edema otak dengan:
Elevasi kepala 300
Osmotik diuresis manitol 20%
Operatif :
Operatif :
Adanya peningkatan tekanan intrakranial yg tdk
respon terhadap osmotik diuresis
Kondisi pasien menunjukan perburukan: nadi
meningkat, suhu naik-turun, kesadaran
memburuk, hemiplegi dan refleks babinski yang
makin jelas
Gambaran CT Scan kepala: volume perdarahan >
30 cc, ketebalan > 15 mm dan pendorongan garis
tengah > 5 mm
Konservatif
Volume perdarahan < 25 cc
Ketebalan < 15 mm
Pergeseran garis medial < 5 mm
Banyak laporan tentang keberhasilan terapi
konservatif dengan volume < 45 cc. Pada
literatur lain mengatakan < 30 cc.
Perdarahan epidural kecil dengan terapi
konservatif diharapkan akan diserap oleh
tubuh
Komplikasi
Salah satu komplikasi yang sering terjadi :
Kejang paska trauma : 25% kasus
90% dari kasus terjadi kejang dalam 24 jam
setelah trauma
10% terjadi kejang dalam beberapa hari setelah
trauma
Kejang paska trauma lebih sering terjadi pada
laserasi serebri dan fraktur impresi
Prinsip penanganan kejang paska trauma sama
dengan kejang non trauma
Obat pilihan utama: phenytoin, dosis 15-20
mg/kg
Mortalitas dan morbiditas pasien
ditentukan oleh GCS saat datang
Kesadaran baik : mortilitas 0%
Kesadaran koma : mortalitas 40%
Perburukan yg terjadi akibat
keterlambatan antara trauma dan
intervensi operasi
Subdural Hematoma
Indikasi Pasien Rawat
Keadaan patologik
merubah atau mengganggu
fungsi membran Influks Ca
letupan depolarisasi
membran dan lepas muatan
listrik berlebihan, tidak
teratur dan terkendali
serangan epilepsi.
Suatu sifat khas serangan
epilepsi ialah bahwa
beberapa saat serangan
berhenti akibat pengaruh
proses inhibisi.
GEJALA
Dasar:
› Adanya gejala dan tanda klinik dalam bentuk
bangkitan epilepsi berulang (minimum 2 kali) yang
ditunjang oleh gambaran epileptiform pada EEG.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan neurologis
Pemeriksaan penunjang
› EEG
› Px radiologis
EEG
SEIZURE PSEUDOSEIZURE
Pencetus Emosi
Durasi Lama
Aktivitas motor Tidak karuan
Ada orang lain - +
Waktu Siang, malam, tidur Tidak saat tidur
Urinary incontinence Sering Jarang
Physical injury Sering Jarang
EEG Kelainan Normal
STATUS EPILEPTIKUS
Diperantarai
oleh
Jarang terjadi
imunitas tubuh
Saluran
pencernaan
C.jejuni
Patofisiologi
- Infeksi Bakteri atau Virus
- Antigen lipopolisakarida pada kapsul C.jejuni akan
membentuk antibodi yang bereaksi dengan gangliosida
GM1 pada myelin.
- Sel-sel imun, seperti halnya limfosit dan makrofag,
untuk menyerang myelin
- Limfosit T yang tersensitisasi bersama dengan limfosit
B akan memproduksi antibodi melawan komponen-
komponen selubung myelin dan menyebabkan destruksi
dari myelin
Subtipe GBS
AIDP CIDP
(Acute Inflammatory (Chronic Inflammatory
Demyelinating Demyelinating
Polyneuropathy) Polyneuropathy)
Pemeriksaan penunjang
Kecepatan
LCS hantar EMG Darah
saraf
PENATALAKSANAAN GBS
Kortikosteroid.
Plasmapharesis
IVIG (intra venous Imunoglobulin (ICU)
PARKINSON
Definisi
Stress dan
Genetik
depresi
Trauma Faktor
kepala Lingkungan
Ras
Patofisiologi
terjadi penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra
pars compacta (SNc)
disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab
multifaktor
Substansia nigra menjadi pusat control/koordinasi dari seluruh pergerakan
Dopamine adalah neurotransmitter yang berfungsi untuk mengatur seluruh
gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf pusat
diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak terutama
dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta
kelancaran komunikasi (bicara)
Jika produksi dopamine menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di system
saraf pusat (SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia),
kelambatan bicara dan berpikir (bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas).
Patofisiologi
Patofisiologi
Rigiditas/kekakuan
• Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu
pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga
gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus.
• Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena
meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
Akinesia/Bradikinesia
• Gerakan penderita menjadi serba lambat
• tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret.
• ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng
• Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa
kasus hal ini merupakan gejala dini.
Mikrografia
Tremor Tremor
Rigiditas
atau
Rigiditas
Bradikinesia
I Unilateral, ekspresi wajah berkurang, posisi fleksi lengan yang terkena, tremor,
ayunan lengan berkurang
Obat antikolinergik
(benztropin & Pada stadium awal penyakit bisa diberikan
triheksifenidil), obat anti tanpa levodopa, pada stadium lanjut diberikan Bisa menimbulkan
depresi tertentu, bersamaan dengan levodopa, mulai diberikan beberapa efek samping
antihistamin dalam dosis rendah
(difenhidramin)
Deep Brain
Terapi ablasi
Stimulation Transplantasi
lesi di otak
(DBS)
Non Farmakologik