Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

N DENGAN MASALAH
RESIKO PERDARAHAN SERTA RESIKO NYERI POST TRANSURETHRAL
RESECTION PROSTATE (TURP) DI RUANG PERAWATAN GB LANTAI 2
DI RUMAH SAKIT HERMINA JATINEGARA TAHUN 2019

LAPORAN PRESENTASE KASUS OJT PERAWAT BEDAH

Disusun Oleh :

MUH.ADRI,A.Md.Kep
NRP: 35.20190710.35

KUALIFIKASI PERAWAT BEDAH


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelainan kelenjar prostate dikenal Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau
hyperplasia prostat. Di Indonesia, BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan
ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah
mencapai 65 tahun (Purnomo, 2011).
Menurut Sjamsuhidajat (2011), Benigna Prostat Hiperplasia merupakan kelenjar periuretral yang mendesak jaringan
prostat ke perifer. Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika sehingga menghambat
aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan intravesikal ke seluruh bagian kandung kemih sampai pada
kedua muara ureter, sehingga akibat tekanan tinggi menimbulkan aliran balik urin dikandung kemih ke ureter dan
menimbulkan refluks vesiko-ureter. Refluks vesiko ureter menyebab hidroureter, hidronefrosis dan pada akhirnya
menyebabkan gagal ginjal. Beberapa cara mengatasi yaitu dengan cara pemebedahan (Purnomo, 2011).
Pembedahan kelenjar prostat pada pasien BPH bertujuan untuk menghilangkan obstruksi aliran urin. Transurethral
Resection of the Prostat (TURP) dan prostatektomi menjadi salah satu pilihan tindakan pembedahan untuk
mengatasi obstruksi saluran kemih (Smeltser and Bare, 2013).
Penangananan BPH dapat dilakukan dalam berbagai cara diantaranya lain watchfull waiting, medikamentosa, dan
tindakan pembedahan. Transurethral resection prostate (TURP) menjadi salah satu tindakan pembedahan yang
paling umum dilakukan untuk mengatasi pembesaran prostat. Tindakan pembedahan ini dipilih karena memiliki
efek minimal jika dibandingkan dengan jenis pembedahan lainnya. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan terkait penanganan klien post operasi TURP. Salah satunya adalah continuous bladder irrigation
(Barkin, 2011).
Salah satu tindakan post operatif yang dilakukan perawat adalah pemantauan continuous bladder irrigation (CBI)
atau irigasi bladder. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter threeway ke dalam uretra hingga ke
kandung kemih, dengan mempertahankan aspetik irigasi, bersihkan IDC irigasi dan kateter port dengan swab alkohol
dan biarkan kering, Buka sambungan irigasi kateter, hubungkan irigasi diatur ke sambungan irigasi kateter secara
aseptic, pastikan urine menguras bebas sebelum memulai irigasi terus menerus, unclamp labu irigasi yang
digunakan untuk prime set irigasi dan mengatur tingkat administrasi dengan menyesuaikan roller penjepit, dengan
kecepatan tetesan diatas 30 tetes permenit. Tujuan dari irigasi kandung kemih adalah untuk menjaga urin naik
'berwarna dan
bebas dari gumpalan. Prosedur ini umumnya dilakukan pada 24 jam pertama post
operasi TURP dan dilakukan sebagai bagian dari perawatan post operatif post operasi
TURP. Irigasi dilakukan untuk mencegah obstruksi, mengeluarkan darah, dan klot
yang mungkin terjadi setelah proses pembedahan TURP. Pemantauan cairan irigasi
penting dilakukan oleh perawat. Perawat harus mengobservasi jumlah cairan irigasi
yang masuk serta menghitung berapa banyak cairan irigasi beserta urin yang keluar.
Perawat juga harus memastikan jenis cairan yang digunakan untuk irigasi adalah
cairan yang tepat dan sesuai. Selain itu, perawat juga harus memastikan jumlah
intake klien post TURP adekuat. (ACI urology Network-Nursing, 2012)
Sehingga penulisan karya ilmiah ini bertujuan menganalisis praktik klinik
keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hiperplasia post operatif TURP yang
sedang pemantauan Continuous Bladder Training (CBI) atau irigasi bladder diruangan
Kamar Operasi serta ruang perawatan lantai 2 GB Di Rumah Sakit Hermina
Jatinegara.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengobservasi pemantauan Continuous Bladder Training (CBI) post operatif TURP diruangan Kamar
Operasi Hingga ke ruang perawatn Lantai 2 GB Rumah Sakit Hermina Jatinegara.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operatif TURP
b. Melakukan analisis salah satu intervensi yang di ambil sebagai masalah utama

C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Keilmuan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat untuk lebih memodifikasi
lagi dalam menyusun asuhan keperawatan. Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan
kepada penderita terkait dengan kasus BPH post TURP dengan dilakukannya irigasi bladder.
2. Manfaat Aplikatif
Penulisan ini diharapkan mampu sebagai pedoman dasar pembelajaran dan mengembangkan ilmu
yang berkaitan dengan sistem perkemihan khususnya mengenai kasus pasien BPH post operatif TURP
yang dilakukaan irigasi.

3. Manfaat Metodologis
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar selanjutnya untuk melakukan analisis mengenai
Bledder irigasi yang sama dengan kasus yang berdeda sesuai dengan hasil penelitian terbaru.
LAMPIRAN PENGKAJIAN

Lampiran 2: Asuhan Keperawatan pada Tn N


I. PENGKAJIAN
Tanggal/Jam : 10-08-2019 Jam 08.30 WIB Tempat : Ruang Kamar
Operasi Dan ruang perawatan LT 2GB
Metode : Status pasien,Wawancara,observasi dan pemeriksaan fisik
Sumber : Tn. N (pasien) dan observasi RM
Oleh : MUH .ADRI, A.Md.Kep

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. N Umur : 69 tahun 9 Bulan 9 Hari


Jenis Kelamin :Laki-laki Alamat : JL.CIP CEMPEDAK II/29D POLONIA
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Dianogsa : BPH
No RM : A.15.95.XX
Tgl Masuk/jam : 09-08-2019/ 22.15 WIB
B. Penanggung Jawab

Nama : Ny.E

Umur

: 54 tahun Jenis Kelamin : Perempuan


Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : - Alamat : JL.CIP
CEMPEDAK II/29D POLONIA Hubungan
dengan pasien :

Anda mungkin juga menyukai