(BOR PILED)
Kelompok 4 :
1. Alyssa Melani Savira 4017010042
2. Atma Noor Fitria 4017010017
3. Azzahra Nursantyendo P. 4017010043
4. Bunga Shafira Wijaya 4017010023
5. Satria Ryan Hamzah 4017010032
6. Tasya Nabilah 4017010034
Kelas : 3 TKG 1
PENGERTIAN
Pondasi Bored Pile / Pondasi Tiang Bor adalah pondasi tiang dalam berbentuk
tabung yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedalam permukaan tanah,
sehingga bangunan diatasnya dapat berdiri stabil.
Fungsinya sama dengan pondasi dalam lainnya seperti pondasi tiang pancang.
Perbedaannya hanya terletak pada cara pengerjaannya.
Tiang ini, biasanya, dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan
untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor.
Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan
pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau
batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung
tiang
FUNGSI PONDASI TIANG BOR
Fungsi pondasi tiang bor pada umumnya dipengaruhi oleh besar atau bobot dan fungsi
bangunan yang hendak didukung dan jenis tanah sebagai pendukung konstruksi seperti :
1. Transfer beban dari konstruksi bangunan atas (upper structure) ke dalam tanah
melalui selimut tiang dan perlawanan ujung tiang.
2. Menahan daya desak ke atas (up live) maupun guling yang terjadi akibat kombinasi
beban struktur yang terjadi.
3. Memampatkan tanah, terutama pada lapisan tanah yang lepas (non cohesive).
4. Mengontrol penurunan yang terjadi pada bangunan terutama pada bangunan yang
berada pada tanah yang mempunyai penurunan yang besar.
KEUNTUNGAN
Pada dasarnya pelaksanaa bored pile pada tanah yang tidak mudah
longsor adalah:
1. Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang
dikehendaki.
2. Dasar lubang bor dibersihkan.
3. Tulangan yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.
4. Lubang bor diisi atau dicor beton.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
𝑞𝑐 𝐴𝑏 𝑐 𝑈 1
𝑄𝑠𝑝 = + 𝑄𝑠𝑝 = . (fb Ab + U 𝑙𝑖 𝑓𝑠𝑖)
𝐹𝑏 𝐹𝑠 𝐹𝐾
Qsp = Daya dukung vertikal yang Qsp = Daya dukung vertikal yang diizinkan
diizinkan (kN) (kN)
qc = Tahanan konus ujung tiang (kN/m2) Ab = Luas penampang ujung tiang (m2)
Fb = Faktor Keamanan = 3,00 fsi= Intensitas tahanan Geser tiang (kN/m2) ->
tergantung jenis tanah
Fs = Faktor Keamanan = 5,00
MENENTUKAN NILAI FB
(TAHANAN UJUNG TIANG)
Note :
c adalah kohesi tanah pondasi disekitar tiang dan dianggap 0,5qu (kekuatan geser unconfined)
MENURUT WESLEY
fb. Ab fs. As
Qsp
Fb Fs
Qsp = Daya dukung vertikal yang diizinkan (kN)
fb = Intensitas tahanan ujung tiang (kN/m2)
Ab = Luas penampang ujung tiang (m2)
fs = Intensitas tahanan geser tiang (kN/m2)
As = Luas selimut tiang (m2)
Fb = Faktor Keamanan = 3,00
Fs = Faktor Keamanan = 5,00
Intensitas Tahanan Ujung Tiang Intensitas Tahanan Geser Tiang
𝐷
Tanah Berbatu : 𝑓𝑏 = 12. 𝑁. ≤ 130. 𝑁 (𝑘𝑁/𝑚2 ) fs = 0,67.N
𝐵
Keterangan :
N : Nilai SPT rata – rata sepanjang tiang
yang tidak dikoreksi
D : panjang Tiang
B : Diameter tiang (m)
DENGAN FORMULA MELALUI UJI LAB
DAYA DUKUNG UJUNG TIANG (Qb)
𝑄𝑏 = (𝐶𝑢 . 𝑁𝑐 + 𝑓𝑏 ) 𝐴𝑏
• Bila D ≤ 𝐷𝑐 , maka 𝑓𝑏 = 𝜏v’. 𝑁𝑞
𝑄𝑠 = (𝐶𝑎 + 𝑓𝑠 ) 𝐴𝑠
𝑓𝑠 = 𝐾𝑠 . 𝜏v’. tan 𝛿
𝐾𝑠
Material 𝛿 Kepadatan Relatif
Lepas (Bor) Padat (Tiang)
Baja 20° 0,5 1,0
Beton 0,75𝜑 1,0 2,0
Kayu 0,67𝜑 1,5 4,0
MENCARI CA
Metode Tomlinsen
𝐶𝑎 = ∝ . ꞇ𝑢
Keterangan:
𝐶𝑎 : Adhesi/lekatan rata-rata antara tiang dan tanah (𝑘𝑁/𝑚2 )
∝ : 0,45 (menurut Skempton)
ꞇ𝑢 : kekuatan geser rata-rata sepanjang tiang [𝑘𝑁/𝑚2 ]
• Metode Meyerhof
𝐶𝑎 =𝐾𝑠 . 𝜏v’. tan 𝜑′ = 𝛽 . 𝜏v’
Keterangan:
𝜏v’ : Tegangan geostatik vertikal efektif rata-rata sepanjang tiang [𝑘𝑁/𝑚2 ]
𝜑′ : Sudut geser tanah
𝐾𝑠 : 0,8 (untuk lempung padat)
𝐾𝑠 : 1 – sin 𝜑′ (untuk lempung lunak dan sedang)
• Metode Vijayvergiya & Focht
𝐶𝑎 = λ (𝜏v’ + 2 . 𝐶𝑢 )
Keterangan:
λ : Faktor lekatan menurut Vijayvergiya & Focht
Note : Untuk tiang bor yang diperbesar ujungnya (enlarged base), tidak ada tahanan
geser selimut (𝑓𝑠 ) yang sepanjang 2.B di atas leher tiang.
DAYA DUKUNG IJIN
𝑄𝑏 𝑄𝑠 𝑄𝑢
𝑄𝑠𝑝 = + ≤
𝐹𝑏 𝐹𝑠 𝐹𝐾
Keterangan:
𝐹𝑏 : diambil 3,0
𝐹𝑠 : diambil 1,0
𝐹𝐾 : diambil 2,0
GAYA TARIK YANG DIIJINKAN
Jika suatu tiang didirikan lurus , gaya-gaya tarik (ke atas) dapat
dianggap ditahan oleh tahanan geser tiang saja. Suatu cara untuk
memperbesar tahanan geser tersebut adalah dengan memperbesar
dasar/ujung tiang. Penyelesaian untuk memperkirakan besarnya
tahanan tarik ini diajukan oleh Meyerhof dan Adam (1968).
Tiang dangkal (H D)
𝑃𝑠𝑝=𝑃𝑢/𝐹𝐾
𝑃𝑢=𝑊+𝐶𝑢. 𝐴𝑠+𝑆𝑓.𝑃𝑣.𝑈
𝑃𝑢=𝑊+𝐶𝑢.𝜋.𝐵.𝐷+𝑆𝑓.½.𝐾𝑢.𝛾.𝐷^2.tan𝜑.𝜋.𝐵
𝑆𝑓=1+ (𝑚+𝐷)/𝐵
𝐾𝑢=𝐾𝑝.tan(2⁄3 𝜑)
𝑃𝑢=𝑊.𝐶𝑢.𝐴𝑠^′+𝑆𝑓.𝑃𝑣.𝑈 𝑆𝑓=1+(𝑚+𝐻)/𝐵
𝑃𝑢=𝑊+𝐶𝑢.𝜋.𝐵.𝐻+𝑆𝑓.𝑃𝑣.𝜋.𝐵 𝑃𝑣=𝑃ℎ.tan𝜑
𝑃ℎ=.½.𝐾𝑢.𝛾.(2𝐷−𝐻).𝐻
Psp = Gaya tarik maksimum yang diijinkan untuk sebuah tiang tungga
[kN]
Cu = Kekuuatan geser tanah rata-rata sepanjang H [kN/m²]
𝜑 = Sudut geser tanah [Derajat]
𝛾 = Berat jenis tanah [kN/m³]
W = Berat tiang + tanah timbunan [kN]
Sf = Faktor bentuk menurut Meyerhof & Adam
Ku = Koefisien tekanan tanah lateral menurut Meyerhof & Adam
Daya dukung mendatar yang diijinkan
Bila pada sebuah tiang bekerja suatu gaya horizontal, maka perlu dilakukan
pemeriksaan apakah momen-momen dan lenturan-lenturan yang akan terjadi dapat
diterima oleh tiang.
Reaksi tiang terhadap suatu beban horizontal ditentukan sekali oleh panjang tiang.
Pada tiang pendek, kegagalan/kelongsoran disebabkan oleh runtuhnya tanah di
sekeliling tiang, sedangkan tiangnya sendiri tidak rusak. Pada tiang panjang,
kegagalan/kelongsoran disebabkan oleh kerusakan struktural pada tiang.
𝐻𝑢
𝐻𝑠𝑝 =
𝐹𝐾
Gambar 5.12 Hu pada tanah kohesif Gambar 5.13 Hu pada tanah non kohesif
Tiang panjang (𝐷 Τ𝐵 > 20)
Gambar 5.14 Hu pada tanah kohesif Gambar 5.15 Hu pada tanah non kohesif
Tahanan geser negatif
Jika tiang yang dipancangkan ke tanah pondasi terancam bahaya penurunan akibat
konsolidasi dan pemancangan selanjutnya, maka tahanan geser adalah negatif
dinding tiang yang bekerja kebawah pada selimut tiang harus ikut diperhitungkan.
Tahanan geser negatif ini diperoleh sebagai jumlah tahanan geser dinding tiang
pada lapisan tanah yang mengalami penurunan akibat konsolidasi.
• Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung Iunak, pasir tidak padat, atau
timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan lempung kaku. Maka
kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser
umum (general shear failure), asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap
bahaya keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih
tetap harus diperhitungkan dalam perancangan. Pada kondisi lain, sering terjadi
pondasi tiang harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah Iempung lunak.
Karena itu, tiang-tiang dalam mendukung beban sebagian besar didukung oleh
tahanan gesek dinding.
Kondisi pondasi tiang semacam ini, disebut pondasi tiang apung (jloating pile).
Kapasitas kelompok tiang apung dipengaruhi oleh salah satu faktor dari:
(I) Jumlah kapasitas tiang tunggal dalam kelompok tiang bila jarak tiang jauh, atau
(II) Tahanan gesek tiang yang dikembangkan oleh gesekan antara bagian luar
kelompok tiang dengan tanah di sekelilingnya, jika jarak tiang terlalu dekat.
Pada kelompok tiang yang dasamya bertumpu pada lapisan lempung lunak tersebut,
faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak
tiang-tiang yang dekat.
Untuk menghitung kapasitas tiang yang berkaitan dengan keruntuhan blok, Terzaqhi
dan Peck ( 1948) mengambil asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Pelat penutup tiang (pile cap) sangat kaku.
2. Tanah yang berada di dalam kelompok tiang-tiang berkelakuan seperti blok
padat.
• Jika jarak tiang-tiang terlalu dekat, saat tiang
turun akibat beban, tanah di antara tiang-tiang
juga ikut bergerak turun.
• Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat
dianggap sebagai satu tiang besar dengan Iebar
yang sama dengan lebar kelompok tiang.
• Saat tanah yang mendukung beban kelompok
tiang ini mengalami keruntuhan, maka model
Tiang Tunggal Kelompok Tiang
keruntuhannya disebut keruntuhan blok.
• Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak
di antara tiang bergerak ke bawah bersama-
sama dengan tiangnya.
JARAK TIANG
Jarak minimum tiang yang merupakan fungsi dari panjang tiang dihitung dengan
persamaan Fellenius (2006) :
s = 2,5d + 0,02L d
Dengan:
s = jarak minimum sumbu tiang (m)
d = diameter atau lebar tiang (m)
L = kedalaman penetrasi tiang (m) s
JARAK TIANG
s = (2,5 – 3,0) d d
Dengan:
s = jarak minimum sumbu tiang (m)
d = diameter atau lebar tiang (m)
s min = 0,6 m
s max = 2,0 m s
• Jika s < 2,5 d maka tanah di sekitar kemungkinan akan naik terlalu berlebihan atau
terangkat karena terdesak oleh tiang.
• Jika s > 3,2 d menyebabkan ke-tidak ekonomis-an karena akan memperbesar ukuran
atau dimensi
Kelompok Tiang Yang Menerima Beban Normal Sentris
V V
PMax : Beban maksimum yang diterima oleh tiap
My Mx tiang pancang
ΣH
H= h
𝑛
Qag = Eg × Qsp
Keterangan :
Qag = Daya dukung yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam kelompok (kN)
Qsp = Daya dukung yang diijinkan untuk sebuah tiang tunggal (kN)
Eg = faktor efisiensi
EFISIENSI BORED PILE
Menurut Coduto (1983), efisiensi Bored Pile bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.
b. Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).
c. Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.
d. Urutan pemasangan tiang
e. Macam-macam tanah.
f. Waktu setelah pemasangan tiang.
g. Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.
h. Arah dari beban yang bekerja
CONVERSE-LABARRE FORMULA
Dengan:
Eg = efisiensi kelompok tiang
m = jumlah baris tiang
n = jumlah tiang dalam satu baris
𝜃 = arc tg d/s (derajat)
s = jarak pusat ke pusat tiang (m)
d = diameter tiang (m)
LOS ANGELES GROUP – ACTION FORMULA
Dengan:
11 𝑆 𝑚+𝑛 −2 0,3
E= 1 − × +
7 𝑆 2 −1 𝑚+𝑛 −1 𝑚+𝑛
Keterangan :
s = jarak as tiang (m)
m = banyak baris
n = banyaknya tiang per baris
DAYA DUKUNG YANG DIIJINKAN UNTUK
KELOMPOK TIANG
𝑄𝑎𝑔
Qpg =
𝑛
Keterangan :
Qpg = Daya dukung yang diijinkan pada kelompok tiang (kN/m²)
Qag = Daya dukung yang diijinkan untuk satu tiang pada kelompok tiang (kN/m²)
n = Banyaknya tiang dalam kelompok
Penurunan pada End Bearing Pile
Penurunan kelompok tiang yang ditanam sampai lapisan tanah keras akan kecil sekali
sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Oleh karena itu, besarnya
penurunan tidak perlu dihitung, kecuali bila dibawah lapisan tanah keras tersebut (pasir
padat) terdapat lapisan lempung.
• Tegangan pada tanah akibat berat bangunan
dapat diasumsikan merata
• Tegangan ini disebarkan secara merata ke
lapisan tanah dibawahnya dengan sudut
penyebaran 30˚
𝑊
Q=
𝐵.𝐿