Anda di halaman 1dari 26

JOURNAL READING

Laparoscopic versus open


pyelolithotomy: our experience of
40 patients
SHAFIRA ALIFIANA A/15711095
Judul : Laparoscopic versus open pyelolithotomy: our experience
of 40 patients
Penulis : Chetna Choudhary, Abhinav Jauhari
Penerbit : International Journal of Research in Medical Sciences |
Tahun terbit : 2 juni 2017
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknik bedah invasif untuk pengobatan pasien yang
menderita lithiasis urin bergantung pada kemajuan teknologi di,
pencitraan radiografi (shockwave, ultrasonic, electrohydraulic, and
laser).

TUJUAN
untuk membandingkan laparoskopi dengan
pyelolithotomy terbuka dalam kaitannya dengan berbagai
indeks untuk memastikan apakah operasi laparoskopi

Abstrak telah menggantikan operasi terbuka di era modern.

METODE

40 pasien yang didiagnosis dengan batu pelvis ginjal, antara


kelompok usia 6-70. Pasien dibagi menjadi kelompok laparoskopi
atau kelompok operasi terbuka dengan komputer yang di acak..
HASIL

Rasio pria: wanita adalah 2: 1. Skor nyeri rata-rata secara signifikan


lebih sedikit pada kelompok laparoskopi. Pasien dalam kelompok
laparoskopi lebih sebentar dirawat dibandingkan dengan kelompok
operasi terbuka. 6 mengalami komplikasi bedah pada kelompok
operasi terbuka dan hanya 1 pada kelompok laparoskopi. Para pasien
yang telah menjalani operasi laparoskopi kembali bekerja lebih awal
daripada mereka yang operasi terbuka.
KESIMPULAN
Pasien yang dioperasi dengan operasi laparoskopi memiliki waktu
pemulihan lebih baik, keluhan lebih sedikit rasasakit, kembali
beraktivitas rutin sebelumnya lebih cepat, drain intraabdomen
dihilangkan pada periode yang jauh lebih awal dibandingkan dengan
pasien kelompok operasi terbuka. Tingkat komplikasi lebih banyak pada
kelompok terbuka dibandingkan dengan kelompok laparoskopi ,
kebocoran urin dan demam pasca operasi. Kepuasan pasien dengan
kosmesis lebih banyak pada kelompok laparoskopi dibandingkan dengan
kelompok terbuka.
Meskipun penyakit batu adalah salah satu penyakit
yang paling umum dari masyarakat modern,
penyakit ini telah dideskripsikan sejak jaman dahulu.
Kemajuan dalam manajemen penyakit batu secaral
PENDAHULUAN invasif dan non-invasif memudahkan
menghilangkan batu.
Prevalensi penyakit batu ginjal diperkirakan 1% hingga
15%, dengan batu yang bervariasi sesuai dengan usia,
jenis kelamin, ras, dan lokasi geografis. Pria terkena dua
sampai tiga kali lebih sering daripada wanita. Terjadinya
batu relatif jarang terjadi sebelum usia 20 tahun tetapi
puncaknya terjadi pada dekade keempat hingga keenam
kehidupan.
Karena perbaikan besar di bidang endourologi
(ureterorenoscopy) kebutuhan untuk operasi terbuka untuk
batuSebagian besar
ureter dan pasien
ginjal telah dengan urolitiasis,
berkurang. Namun batu dapat
demikian,
keluar dari
pedoman secara spontanAssociation
European dan hanyaof perlu penatalaksanaan
Urology (EAU)
simptomatik.
menyatakan bahwa metode operasi terbuka masih
Hanya sebagian yang memerlukan
diperlukan dalam beberapa intervensi urologis
situasi khusus.
PENDAHULUAN
Beberapa pusat melaporkan bahwa operasi terbuka
digunakan pada 1% hingga 5,4% dari semua kasus yang
diobati untuk urolitiasis.
Namun, pedoman EAU menunjukkan bahwa laparoskopi
sebagai alat dalam terapi batu ureter atau ginjal semakin
banyak digunakan.
Meskipun penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun
beban Sebagian besar
penyakit kolik pasien
ginjal dengan
cukup urolitiasis, batu dapat
signifikan
keluar secara spontan dan hanya perlu penatalaksanaan
simptomatik.
Manajemen
Hanyagejala yangyang
sebagian tidakmemerlukan
memadai seperti mual,urologis
intervensi
PENDAHULUAN muntah, atau nyeri dapat memengaruhi kualitas hidup
pasien (ex penggunaan analgesik, kontrol berulang)
METODE

Penelitian ini dilaku


kan di Departemen 40 pasien yang
Bedah, GSVM Medi didiagnosis dengan Pasien dibagi menj
batu pelvic ginjal, adi 2 kelompok ya
cal College dan Ru
antara kelompok usia ng dilakukan secar
mah Sakit terkait,K 6-70 tahun a acak. Kelompok
anpur,Lucknow,Indi dimasukkan dalam pertama menggun
a dari Januari 2012 penelitian ini akan metode lapa
-September 2013. rotomy dan yang k
eduam operasi ter
buka.
HASIL
1. Rasio pria: wanita adalah 2: 1 dengan jumlah total pasien pria 27 (67,5%) dan pasien
wanita 13 (32,5%).

2. Skor nyeri rata-rata yang diperoleh dengan skala analog visual secara signifikan lebih
sedikit pada kelompok laparoskopi dalam 48 jam pertama tetapi skor sebanding pada
hari ke 7 pasca operasi. Perbedaannya ditemukan signifikan secara statistik. (nilai p
<0,0001).

3. Pasien dalam kelompok laparoskopi tinggal rata-rata selama 5,7 hari (S.D. 2.29) pasca
operasi dibandingkan dengan 7.5 hari (S.D. 1.93) dalam kelompok terbuka. Perbedaannya
sangat signifikan (nilai p = 0,0106)
4. Dari total pasien, yang menjalani operasi 6 mengalami
komplikasi bedah pada kelompok terbuka dan hanya satu pada
kelompok laparoskopi.

5. Pasien yang telah menjalani operasi laparoskopi kembali bekerja setelah


rata-rata 10 hari (S.D, 2,93) dan mereka yang dengan operasi terbuka
membutuhkan 17 hari (S.D. 3,09). Perbedaannya ditemukan sangat
signifikan (nilai p <0,0001).
DISKUSI
Tingkat keberhasilan (dalam hal penghilangan batu)
dalam penelitian ini adalah 100% pada kelompok
laparoskopi dan 97% pada kelompok terbuka.

Total durasi operasi adalah 85 menit pada


kelompok laparoskopi dan 97 menit pada
kelompok terbuka dan tampaknya sebanding
dan secara statistik tidak signifikan.

Kramer BA et al, drain dikeluarkan pada hari pertama pasca


operasi setelah pyelolithotomy ataupun laparoskopi di semua
pasien yang diteliti.
Waktu sebelum pembuangan drain dalam sebuah sebuah
studi yang dilakukan oleh Chander J et al, berkisar antara 2
hari sampai 7 hari.
Kebocoran urin yang berkepanjangan diamati pada 1 kasus
pada kelompok terbuka dan tidak pada kelompok
laparoskopi.

Kateter Foley disimpan lebih lama di situ untuk mencegah


stasis dan refluks urin ke dalam ureter

Surgical site infection (SSI) terlihat pada 6 pasien


dari kelompok terbuka dan satu pada kelompok
laparoskopi. Infeksi ditangani dengan antibiotic.

Tiga pasien di operasi terbuka dan satu pasien di operasi


laparoskopi memerlukan analgesik tambahan dalam bentuk
opioid, tramadol.
Sinha et al. yang melaporkan rata-rata rawat
inap di rumah sakit 3-6 hari untuk pasien yang
menjalani pyelolithotomy laparoskopi. Hasil
serupa dilaporkan oleh Goel et al, dalam
penelitian mereka, di mana tinggal di rumah
sakit untuk pasien pyelolithotomy laparoskopi
adalah 3-4 hari.
KESIMPULAN
Pasien yang dioperasi dengan operasi laparoskopi menunjukkan proses pemulihan pasca
operasi yang lebih baik, seperti
• Keluhan nyeri yang lebih sedikit dan dengan demikian memerlukan lebih sedikit
analgesia,.
• Kembali ke aktivitas rutin normal sebelumnya lebih cepat.
• Drain intraabdomen dihilangkan pada periode yang jauh lebih awal dibandingkan
dengan pasien kelompok operasi terbuka, ini tidak hanya mengurangi morbiditas tetapi
juga karena pasien ini bisa keluar lebih awal.
• Tingkat komplikasi lebih banyak pada kelompok operasi terbuka terbuka dibandingkan
dengan kelompok laparoskopi dalam hal infeksi situs bedah, kebocoran urin, dan demam
pasca operasi.
• Kepuasan pasien dengan kosmesis lebih banyak pada kelompok laparoskopi
dibandingkan dengan kelompok terbuka.
Appraisal questions Yes Can’t No
tell
1. Did the study address a clearly focused issue? √

Comment : Introduction

Ya, Tujuan utama dari penelitian kami adalah untuk membandingkan laparoskopi dengan pyelolithotomy
terbuka dalam kaitannya dengan berbagai indeks untuk memastikan apakah operasi laparoskopi telah
menggantikan operasi terbuka di era modern.
2. Was the cohort recruited in an acceptable way? √
Comment : Metode
Ya, dijelaskan. 40 pasien yang didiagnosis dengan batu pelvis ginjal, antara
kelompok usia 6-70. Pasien dibagi menjadi kelompok laparoskopi atau
kelompok operasi terbuka dengan komputer yang di acak..
Is it worth continuing?
Detailed questions

Appraisal questions Yes Can’t No


tell
3. Was the exposure accurately measured to minimise bias? √

4. Was the outcome accurately measured to minimise bias? √


Comment :
5. (a) Have the authors identified all important confounding √
factors?

Comment : -
Pada penelitian ini tidak dijelaskan secara jelas mengenai variabel pengganggu yang dapat
mempengaruhi hasil penelitiaan.

(b) Have they taken account of the confounding factors in the √


design and/or analysis?
Comment : Methods
Ya, pada penelitian ini dijelaskan mengenai cara analisa data statisstik yaitu dengan
menggunakan SPSS.
6. (a) Was the follow up of subjects complete enough? √

(b) Was the follow up of subjects long enough? √


•What are the results?
7. What are the results of this study?
Comment :
Operasi laparoskopi cenderung lebih baik dari berbagai hal dibanding operasi terbuka.

8. How precise are the results?


Comment :
Pada penelitian ini dijelaskan mengenai Confidence intervals( 95% CI)

9. Do you believe the results? √

Comment : Discussion (Page 53)


Penelitian ini dapat dipercaya mengenai operasi laparotomy cenderung lebih baik dari pada operasi terbuka.
•Will the results help locally?

Appraisal questions Yes Can’t No


tell
10. Can the results be applied to the local population? √

Comment :
11. Do the results of this study fit with other available √
evidence?

Comment : Discussion
Ya, penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya.

12. What are the implications of this study for practice? √

Comment : Discussion

Implikasi pada penelitian ini yaitu sebagai data tambahan mengenai pertimbangan mengambil tindakan operasi.
Thankyou
Any question??

Anda mungkin juga menyukai