Pembimbing:
dr. Muhamad bima mandraguna Sp.THT-KL
dr. Aditya arifianto SP.THT-KL
• Riwayat Alergi
Pasien menyangkal ada riwayat alergi pada makanan, obat, atau debu
• Riwayat Pengobatan
-
• Riwayat Trauma
-
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tekanan darah : 110/60mmHg
Nadi : 76x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kepala : Normosefali, CA -/- , SI -/-,
edema mata +/+, nyeri tekan wajah (+),
terdapat luka robek pada bibir atas, terdapat luka
Lecet sekitar dahi
Thoraks : SNV +/+ , Wh -/- , Rh +/-, BJ I&II
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Defans muskular (-), nyeri tekan (-)
, BU (+), tidak terdapat benjolan di lipat paha
Ekstremitas : Akral hangat, Oedem (-)
Genital : normal
Telinga dan hidung dalam batas normal
KGB dalam batas normal
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Auriculae
Bentuk Normotia Normotia
Infeksi (-) (-)
Trauma (-) (-)
Tumor (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Pre-Auriculae
Fistel (-) (-)
Abses (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Retro auriculae
Edema (-) (-)
Abses (-) (-)
Fistel (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
• Maksilofasial
Inspeksi : Edema pada wajah (+), parese N.I-XIII(-),
luka (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (+)
• Tes penciuman
• Kanan : Tidak dilakukan
• Kiri : Tidak dilakukan
• Transiluminasi
– Sinus maksilaris : Tidak dilakukan
– Sinus frontalis : Tidak dilakukan
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
L
Hematologi
a Hematologi rutin
• TERAPI
Medikamentosa :
• Ceftriaxone 2x1gr
• Ketorolac 3x30mg
• Ranitidine 2x50mg
• PROGNOSIS :
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam: dubia ad bonam
• Tulang- tulang pembe
ntuk wajah terdiri dari
dua os nasale, dua os
lacrimale, dua maxilla,
dua os zygomaticum,
mandibula, dua os
palatinum, dua concha
nasalis inferior, dan vo
mer
• Anatomi maksila
Fraktur adalah Fraktur maksilofasial
adalah
I II III
Pada fraktur lefort tipe satu alveolus, bagian yg menahan gigi pada
rahang atas terputus, dan mungkin jatuh ke dalam gigi bawah.
Ketidaksetabilan terjadi jika dilakukan pemeriksaan fisik pada hidung
dan gigi incisivus. Garis Fraktur berjalan dari sepanjang maksila bagian
bawah sampai dengan bawah rongga hidung. Disebut juga dengan
fraktur “guerin”.
• Prosesus arteroralis
• Bagian dari sinus maksilaris
• Palatum durum
• Bagian bawah lamina pterigoid
Le Fort I
Pada tipe dua terdapat ketidakstabilan setinggi os. Nasal.
Le Fort II
Pada tipe tiga, fraktur dengan disfungsi kraniofacial komplit.
Tipe fraktur ini mungkin kombinasi dan dapat terjadi pada satu sisi atau dua sisi.
Garis Fraktur melalui sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui
fissure orbitalis superior melintang kea rah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatikum
frontal dan sutura temporo-zigomatikum. Disebut juga sebaga “cranio-facial disjunction”.
Merupakan fraktur yang memisahkan secara lengkap sutura tulang dan tulang cranial.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur ini adalah keluarnya cairan otak melalui atap
ethmoid dan lamina cribiformis.
Le Fort III
Gejala klinis fraktur maksila
Pemeriksaan Fisik
Penatalaksanaan
• Medikamentosa bertujuan untuk mengurangi morbiditas pada pasien,
dengan pemberian analgetik, antibiotik, dan antiemetik.
• Prinsip penanganan fraktur maksila sama dengan penanganan fraktur
yang lain yaitu reposisi, fiksasi, imobilisasi dan rehabilitasi
• Tujuannya untuk mengembalikan panjang dan
kesegarisan tulang.
• Dapat dicapai yang manipulasi tertutup atau redu
ksi terbuka progesi.
• Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan traksimo
val untuk menarik fraktur kemudian memanipulasi
untuk mengembalikan kesegarisan normal atau d
engan traksi mekanis.
• Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal
yang digunakan itu mempertahankan dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
seperti pen, kawat, skrup dan plat.
Reduction: reposisi
Retention: fiksasi dan imobilisasi
• Imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pergeseran fragmen
• Pada prinsipnya fiksasi dapat berupa alat yang rigd, semi-rigid,
atau non-rigid dimana penempatannya dapat internal maupun
eksternal.
Rehabilitation
• Mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal mungkin.
Penatalaksaan fraktur mengacu kepada
empat tujuan utama, yaitu: