2
Dasar Teori
3
Berdasarkan kenaikan suhu kalorimeter bom ini dapat
ditentukan kalor pembakarannya. Dalam percobaan ini akan
ditentukan ∆𝑈𝑇 , yaitu perubahan energi dalam yang dialami
sistem atau bahan yang dibakar. Sehingga ∆𝑼𝑻 = −𝐂 × ∆𝐓
Sampel yang akan ditentukan kalor pembakarannya
dibakar dengan kondisi yang sama dengan pembakaran zat
standar. Dengan mengukur kenaikan suhu (T2-T1) yang
dihasilkan pada proses pembakaran, dan menggunakan
harga C yang telah ditentukan pada pembakaran zat standar,
∆𝑈𝑇 setiap sampel dapat diketahui.
4
Pada penentuan kalor pembakaran ini perlu dilakukan
koreksi, karena terdapat kalor yang dilepas akibat terjadi
pembentukan asam nitrat dan pembakaran kawat
pemanasnya. ∆𝑈1 adalah koreksi terhadap pembentukan
asam nitrat dan ∆𝑈2 adalah koreksi terhadap kalor
pembakaran kawat pemanas dengan persamaan reaksi :
6
Bahan yang digunakan
⦁ Air
⦁ Asam benzoat
⦁ Naftalena
⦁ Gas oksigen
⦁ Larutan standar Na2CO3 0,0725 N
⦁ Indikator metil merah
⦁ Aquades
7
Prosedur Kerja
1. Penentuan Kapasitas Kalor Bomb Calorimeter
9
⦁ Dilepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dan diukur
panjangnya lalu ditentukan panjang kawat yang tidak terbakar untuk
menghitung faktor koreksi ∆U2 .
⦁ Dihitung kapasitas kalor kalorimeter menggunakan persamaan
∆UT = −(C. ∆T − ∆U1 − ∆U2 )/m
Hasil
10
Bomb Calorimeter
11
2. Penentuan Kalor Pembakaran zat
1 gram naftalena
• Dipres menjadi tablet jika naftalena berupa padatan.
• Ditimbang dengan neraca analitik.
• Dimasukkan ke dalam kapsul kaca tipis jika naftalena berupa cairan
mudah menguap dan diberi sedikit parafin pada bagian luar.
• Dimasukkan ke dalam mangkuk sampel dalam bom.
• Dipasang kawat pemanas (10 cm) pada kedua elektroda tepat
menyentuh permukaan naftalena.
• Ditutup dengan rapat, lalu bom diisi dengan gas oksigen sampai
tekanan menunjukkan 20 atmosfer.
• Diisi ember kalorimeter dengan air sebanyak 2000 ± 0,5 gram.
• Diatur suhu dalam ember ± 1,5 °C di bawah suhu kamar
• Dimasukkan ember ke kalorimeter, lalu bom dimasukkan ke dalam
ember kemudian dipasang termometer
• Dibiarkan kalorimeter selama 4-5 menit
12
⦁ Diatur suhu mantel agar seimbang dengan suhu air dalam ember.
⦁ Dijalankan arus listrik untuk membakar cuplikan.
⦁ Dicatat suhu air tiap menit sampai harga maksimum yang konstan
tercapai.
⦁ Dibuka kalorimeter, kemudian putar drei untuk mengeluarkan gas
hasil reaksi.
⦁ Dikeluarkan bom dari ember.
⦁ Dicuci bagian dalam bom dengan botol semprot.
⦁ Ditampung hasil cucian dalam labu Erlenmeyer.
⦁ Dititrasi larutan tersebut dengan Na2 CO3 0,0725 N dengan
indikator metil merah. (Volume Na2 CO3 0,0725 N yang diperlukan
untuk menghitung faktor koreksi ∆U1
13
⦁ Dilepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dan diukur
panjangnya lalu ditentukan panjang kawat yang tidak terbakar untuk
menghitung faktor koreksi ∆U2 .
⦁ Dihitung kapasitas kalor kalorimeter menggunakan persamaan
∆UT = −(C. ∆T − ∆U1 − ∆U2 )/m
Hasil
14
Pengolahan Data
⦁ Kalor pembakaran zat dalam percobaan m gram zat dan
menimbulkan kenaikan suhu sebesar ∆𝑻
∆UT = −(C. ∆T − ∆U1 − ∆U2 )/m
⦁ ∆U1 = volume (mL) larutan Na2 CO3 0,0725 N yang
diperlukan untuk menetralkan asam nitrat x (-1 kal/mL)
⦁ ∆U2 = panjang kawat yang terbakar (cm) x (-2,3 kal/cm)
15
⦁ Massa diperoleh dari penimbangan secara teliti
menggunakan neraca analitik.
⦁ T1 diperoleh dari temperatur air dalam ember yang sudah
konstan.
⦁ T2 diperoleh dari temperatur air setelah dijalankan arus
listrik untuk membakar cuplikan.
⦁ Sehingga ∆𝑻 dapat dihitung dari T2-T1
⦁ ∆U1 diperoleh dari volume larutan standar Na2 CO3
0,0725N hasil titrasi x (-1 kal/mL)
⦁ ∆U2 diperoleh dari panjang kawat yang terbakar (cm) x
(-2,3 kal/cm)
16
THANK YOU
17