Anda di halaman 1dari 79

REFLEKSI

KASUS

Adenotonsilitis
Kronis
Hipertrofi
Pembimbing :
dr. Dian Indah Setyorini, Sp.THT-KL
oleh :
Maya Elok Faridatin
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU THT-KL
RSUD RA Kartini Jepara
FK UNISSULA
+ Tinjauan
Pustaka
+ANATOMI FARING Faring adalah suatu
kantong fibromuskular
yang bentuknya
seperti corong, yang
besar di bagian atas
dan sempit di bagian
bawah

1. Nasopharynx = Stinggi C1
2. Oropharynx = Setinggi C2,
C3
3. Laryngoparynx = Setinggi
C4, C5, C6
+ANATOMI NASOFARING
Bagian dari saluran nafas
yang immobile.
Batas-batas :
Atas : dasar tengkorak
Bawah : Pal. Molle
Depan : Rongga hidun
Belakang : Vert. Cervical
Beberapa struktur penting
yang berhubungan erat dengan
nasopharynx :
1. Adenoid
2. Jaringan lymphoid dind. Lat.
Pharynx + recessus ph.
Fossa rossenmuler
3. Torus tubarius
4. Muara tuba eustach.
5. Choana
6. For. Jugulare Dilalui N. IX,
X, XI v. jug. int.
7. Bag. Petrosus os temp dan
for. lacerum
+ANATOMI OROFARING
Batas-batas :
Atas : Pal. molle
Bawah : Tepi atas epigl.
Depan: Cav. oris
Belakang: Vert. Cervical

Struktur yang terdapat di


oropharynx :
1.Dind. Post. Pharynx
2.Tonsillia palatina, fossa
tonsill., arcus ant. – post.
3.Uvula
4.Tonsilla lingualis
5.For. Caecum
+FISIOLOGI FARING
 Fungsi utama adalah :
- Respirasi
- Menelan
- Bicara
 FUNGSI RESPIRASI :
Nasoph. Dilalui oleh udara yang dihisap melalui
hidung

Menangkap partikel kotoran udara (oleh


mocous blanket – lyzozyme)

Udara diteruskan ke sal. Nafas di bawahnya


(silla)
+FISIOLOGI FARING
 FUNGSI MENELAN :
Tiga fase proses menelan :
1. Fase oral : Bolus dr. mulut Ph.
(Voluntary)
2. Fase pharyngeal : Transport bolus
melalui Ph. (Involuntary)
3. Fase oesophageal
Bolus krn. Perist. Oesoph. Masuk
lambung (Involuntary)
 FUNGSI BICARA :
1. Resonansi suara
2. Articulasi
+ ANATOMI TONSIL

 Cincin Waldeyer

 Tonsil palatina
 Tonsil faringeal
(adenoid),
 Tonsil lingual
 Tonsil tuba eustachius
+ VASKULARISASI TONSIL
 Arteriyang mendarahi
tonsil adalah ramus
tonsilaris arteria
facialis, arteri
asc.faring bercabang
dari a.karotis interna,
a.ascending palatine,
cabang a. dorsal
lingual, dan
a.descending palatine
 Vena-venamenembus
musculus constrictor
pharyngis superior
dan Vena bergabung
dengan vena palatine
externa, vena
+ LIMFE & PERSARAFAN
TONSIL
 Aliran Limfe
 Tonsil → nodi lymphoidei cervicales
profunda bagian atas, tepat dibawah dan
dibelakang angulus mandibulae.
 Persarafan Tonsil
 Atas
: saraf melalui
ganglion sphenopalatina
 Bawah : saraf
glossofaringeus (N. IX)
+ HISTOLOGI TONSIL

• Tonsil palatina : epitel


skuamosa berlapis
• Tonsil faringea berada :
epitel kolumnar bertingkat
bersilia
• Tonsila lingualis : epitel
skuamosa bertingkat
dengan kriptus
+ FUNGSI TONSIL :
Jar. Lymphoepith.

Berperan dalam sistem pertahanan tubuh

Benteng pertahanan terdepan


- Lokasi Strategis
Letak plg. atas dr. tract. Aerodigest.  mudah
kontak langsung dengan bahan patogen/antigen
- Struktur Anatomi
Kripte (tonsil) dan lakuna (Adenoid)

Permukaan luas + berlekuk-lekuk

Mudah menangkap dan memproses bhn. Patogen/antigen

Tertahan oleh
- Adenoid : via hidung; Tonsil : via mulut
+ FUNGSI PERTAHANAN IMUNOLOGIS :
- Tonsil prod. IG A, G, M
- Tonsil membentuk antibodi
- Kripte tonsil mensekresi round
cell untuk pertahanan mukosa tr.
digest
+ TONSILITIS KRONIS

Tonsilitis kronis merupakan radang


pada tonsila palatina yang
sifatnya menahun.

Adapun yang dimaksud kronik


adalah apabila terjadi perubahan
histologik pada tonsil, yaitu
didapatkannya mikroabses yang
diselimuti oleh dinding jaringan
fibrotik dan dikelilingi oleh zona
sel – sel radang
+Etiologi

 Infeksi bakteri gram positif (Streptococcus β


hemolyticus )
 bakteri lain : Staphylococcus A,
Pneumococcus, Haemophylus influenza, virus,
jamur dan bakteri anaerob
Faktor predisposisi

 ISPA berulang.
 Rangsangan kronis (rokok, makanan)
 Higiene mulut yang buruk
 Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang
berubah-ubah)
 Alergi (iritasi kronis dari alergen)
 Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
 Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat
+
PATOFISIOLOGI

• Kuman → hidung/mulut→ tonsil melalui


kripta-kriptanya → dihancurkan oleh
makrofag.
• peradangan berulang →epitel mukosa
jaringan limfoid terkikis→ proses
penyembuhan → pengerutan → kripta
melebar.
• tonsil tidak bisa membunuh kuman-
kuman → kuman bersarang di tonsil → f/
berubah menjadi sarang infeksi
+MANIFESTASI KLINIS

Gejala :

 Pada umumnya penderita sering mengeluh


oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ­ulang:
 -Nyeri yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi)
 Nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang
mengganjal di kerongkongan bila menelan
 Terasa kering dan pernafasan berbau.
+

Tanda :
 Tampak pembesaran tonsil oleh karena
hipertrofi dan perlengketan ke jaringan
sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi
oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
+Gradasi Pembesaran Tonsil
+DIAGNOSIS
+DIAGNOSIS BANDING

Penyakit-penyakit dengan
pembentukan Pseudomembran atau
adanya membran semu yang menutupi
tonsil (Tonsilitis Membranosa)

a.Mononukleosis Infeksiosa
+DIAGNOSIS BANDING
 Penyakit Kronik Faring Granulomatus
 a.      Faringitis Tuberkulosa
 b.      Faringitis Luetika
 c.       Lepra (Lues)
 d.      Aktinomikosis Faring
 Penyakit-penyakit diatas umumnya
memiliki keluhan berhubungan dengan
nyeri tenggorokan (odinofagi) dan
kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa
pasti berdasarkan pada pemeriksaan
serologi, hapusan jaringan atau kultur,
foto X-ray dan biopsi jaringan.
+TATALAKSANA
 Kultur tonsil
Hygiene mulut dengan berkumur atau obat
isap yang mengandug desinfektan
 Konservatif
• Istirahat cukup
• Makan makanana lunak dan
• Menghindari makan-makanan yang mengiritasi
 Medikamentosa
• Antibiotic spectrum luas
• Simptomatis dengan analgetik-atipiretik,
aintiinflamasi.
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
+TONSILEKOMY
 Berdasarkan the American Academy of Otolaryngology- Head
and Neck Surgery ( AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilektomi
terbagi menjadi : . Indikasi relatif
Indikasi absolut
-Terjadi 3 kali atau
- Hipertrofi tonsil yang lebih infeksi tonsil
menyebabkan sumbatan pertahun, meskipun
jalan napas atas : disfagia telah diberikan
berat,gangguan tidur, atau pengobatan medik
terdapat komplikasi yang adekuat
kardiopulmonal
-Halitosis akibat
- Abses peritonsiler yang tonsilitis kronik yang
tidak respon terhadap tidak ada respon
pengobatan medik dan terhadap pengobatan
drainase, kecuali jika medik
dilakukan fase akut.
-Tonsilitis kronik atau
-Tonsilitis yang berulang pada
menimbulkan kejang pembawa streptokokus
demam yang tidak membaik
-Tonsil yang akan dilakukan dengan pemberian
biopsi untuk pemeriksaan antibiotik kuman
resisten terhadap β-
+KONTRAINDIKASI TOSILEKTOMY

Kontraindikasi relatif tonsilektomi:


1. Gangguan perdarahan
2. Risiko anestesi atau penyakit
sistemik yang berat
3. Anemia
+KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
KOMPLIKASI :
• Otitis Media Akut (OMA)
• Abses peritonsil (Quincy thorat)
• Abses parafaring
• Abses intratonsillar
• Tonsillolitis

PROGNOSIS :
Adenotonsilektomi merupakan suatu
tindakan yang kuratif pada
kebanyakan individu. Jika pasien
ditangani dengan baik diharapkan
dapat sembuh sempurna
+ADENOID HIPERTROFI
+DEFINISI

Hipertrofi adenoid adalah


pembesaran struktur jaringan adenoid,
yang secara fisiologis membesar pada
anak usia 3 th dan mengecil pada usia
14 tahun.
+ETIOLOGI

HIPERTROFI FISIOLOGIS
• Adenoid membesar secara cepat setelah lahir
dan mencapai ukuran max saat usia 3-7 th,
kemudian setelah usia 14 th secara bertahap
mengalami involusi akibat aktivitas imun.

HIPERTROFI PATOLOGIS
• Infeksi kronik atau berulang pada saluran
napas atas.
+PATOGENESIS

ISPA

Hipertrofi
Adenoid

Sumbatan Sumbatan
Tuba Jalan Nafas
Eustachius
+1. Sumbatan koana
napas melalui mulut 

1.Gangguan ventilasi dan


drainase sinus paranasal
sinusitis kronik

2. Faringitis dan bronkitis

3. Facies adenoid

• Wajah panjang
• Ekspresi dungu
• Bibir terbuka
• Gigi insisivus menonjol
• Bibir atas yang lebih pendek,
• Hidung menyempit
• Maksila sempit
• Arkus palatum meninggi
+
+2. Sumbatan tuba eustachius

 OMA berulang, OMK  OMSK

 OM Efusi
+
+Gangguan Tidur  Tidur Ngorok
(OSA)
+PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS :

Trias gejala klinik : - mendengkur


- hiponasal
- pernapasan mulut

Gejala penyerta lainnya : rhinore,


batuk kronik (terutama malam hari)
+Derajat Obstruktif akibat Hipertrofi
Adenoid berdasarkan Riwayat Klinik
Gejala Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3
Mendengkur Tidak ada 1-2 malam/ 3-5 malam/ 6-7 malam/
minggu minggu minggu

Hidung Tidak ada ¼ hingga ½ ½ hingga ¾ ¾ hingga 1 hari


tersumbat hari hari penuh

Sleep apnea Tidak ada 1-2 malam/ 3-5 malam/ 6-7 malam/
minggu minggu minggu

Otitis media Tidak ada 1-3 episode/ 4-6 > 6 episode/


akut tahun episode/ tahun
tahun

Faringitis Tidak ada 1-3 episode/ 4-6 > 6 episode/


berulang tahun episode/ tahun
tahun
+PENEGAKAN DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK :
 Inspeksi
 Palpasi
 Pemeriksaan rhinoskopi
(anterior/posterior) Rhinoskopi
anterior :
- Palatal phenomen  negatif.
Rhinoskopi posterior :
- Melihat nasofaring dari arah orofaring
menggunakan cermin
+PENEGAKAN DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
a. Nasoendoskopi (NE)
b. Radiografi lateral nasofaring
c. CT-scan & MRI
d. CBCT (Cone-Beam Computed
Tomography)
e. Timpanometri
+

Nasoendoskopi
+
Yaseen et al → Derajat obstruksi
yang memenuhi koana:

Derajat 1 : adenoid memenuhi 1/3 koana


Derajat 2 : adenoid memenuhi 1/3 – 2/3
koana
Derajat 3 : adenoid memenuhi > 2/3 koana
Derajat 4 : obstruksi penuh pada koana
+Parikh et al → Pembagian berdasarkan
struktur anatomi yang berada disekitar
adenoid (Grade 1-4)
+

Gambaran CT scan dan MRI pada nasofaring


+

Gambaran Nasofaring
menggunakan CBCT
+
DIAGNOSIS BANDING

 Atresia Koana
 Karsinoma nasofaring
 Polip hidung
+TERAPI
Farmakoterapi
Steroid topikal hidung (nasal steroid) → mampu
mengecilkan adenoid ± 10%

Non Farmakoterapi
Adenoidektomi (ADE)

Merupakan prosedur umum


otorhinolaringologi pada anak-anak
dengan hipertrofi adenoid
+Indikasi Adenoidektomi

• Sumbatan hidung yang menyebabkan


bernafas melalui mulut
• Sleep apnea
Sumbatan • Gangguan menelan
• Gangguan Berbicara
• Adenoid Face ( Kelainan bentuk wajah
muka & gigi)

• Adenoiditis berulang/ kronik


Infeksi • Otitis media efusi berulang / kronik
• Otitis media akut berulang

Tumor • Kecurigaan neoplasma jinak / ganas


+Adenoidektomi

 Adenotom  Currete adenoid


+Adenoidektomi
+KOMPLIKASI ADE

Perdarahan  bila pengerokan


adenoid kurang bersih
Bila terlalu dalam menguretnya
kerusakan dinding belakang faring
Bila kuretase terlalu ke lateral 
torus tubarius rusak  oklusi tuba
Eustachius  tuli konduktif
+KOMPLIKASI
OSAS (Obstructive Sleep Apnea
Syndrome)
Gangguan telinga
Gagal tumbuh
Anomali kraniofasial
Hipertensi arteri pulmonal

PROGNOSIS

Prognosis baik pasca adenoidektomi


+LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
+
Identitas Pasien
 Nama : An. VA
 Usia : 9 tahun
 Jenis Kelamin : Laki - laki
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Kecapi 43/6 Tahunan
 Nomer CM :000711605
 Agama : Islam
 Masuk RS : 4 Oktober 2019
Autoanamnesis ( dilakukan kepada anak) dan Alloanamnesis (dilakukan
+
kepada ibu pasien) pada tanggal 4 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB di Poli
THT RSUD R.A. Kartini.
KU : Nyeri pada saat menelan

RPS

Pasien datang ke POLI THT RSUD RA Kartini dengan keluhan nyeri saat
menelan sejak 1 minggu terakhir. Keluhan ini dirasakan hilang timbul,
dimulai sejak + 5 tahun yang lalu hingga sekarang dan keluhan
tersebut dapat kambuh ≥5x dalam 1 tahun. Nyeri saat menelan ini
terasa semakin berat apabila pasien makan makanan padat dan minum air
dingin. Pasien merasa berkurang nyerinya setelah berobat kedokter. Pasien
juga mengatakan keluhan tersebut disertai dengan rasa mengganjal di
leher kanan maupun kiri terutama saat makan sehingga menyebabkan
nyeri saat menelan. Pasien sering merasa tenggorokannya kering. Saat
tidur pasien mengaku mengorok, namun tidak pernah terbangun karena
sesak. Terkadang pasien bernafas melalui mulut. Terkadang nyeri saat
menelan, di dahului oleh batuk dan pilek serta demam sejak 5 bulan
terakhir ini. Pasien memiliki riwayat nyeri pada telinga pada 4 bulan
terakhir.
Pasien mengakui memiliki riwayat sering batuk pilek dan demam sejak
kecil. Pasien tidak mengeluhkan adanya suara yang serak, tidak ada
+

RPD : RPK :
Riwayat keluhan serupa : diakui
(sejak 5 tahun yang lalu) Riwayat keluhan serupa
Riwayat ISPA : diakui :disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal Riwayat ISPA : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat alergi : disangkal
Riwayat DM : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat sakit gigi : disangkal
Riwayat operasi sebelumnya:
disangkal
+

Riw. Pengobatan lama : Riw. Sosek & Kebiasaan :


Disangkal Pasien merupakan pelajar di
sekolah dasar, sering makan ciki
dan es cair.
Biaya pengobatan pasien
menggunakan JKN Kelas I
Kesan ekonomi: cukup
+
KEPALA
Kepala :
normochepal
Rambut : hitam,
tersebar merata,
tidak mudah dicabut
LEHER
Tidak ada BB : 30 Kg
pembesaran KGB. TB : 130 Cm

GIGI DAN MULUT


Gigi-geligi: normal
Lidah : normal, kotor (-),
TD : -
tremor (-)
Nadi :
Pipi: bengkak (-)
80x/menit
• KU : Composmentis Respirasi: 20
(GCS E4 M6 V5) x/menit
Suhu : 36,6 C
+

Dalam
Batas
Normal
+
+

Rhinoskopi posterior : Sulit dinilai karena pasien kurang kooperatif


karena merasa nyeri dan tidak nyaman.
+

Dalam
Batas
Normal
+
+
+PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Perempuan

Hemoglobin 13,8 gr% 14-18

Leukosit 14.240 mm 3 4000-10000

Trombosit 576.000 mm 3 150.000-400.000

Hematokrit 40,9 % 40-48

Waktu Pembekuan 4’25” menit 2-6’

Waktu Perdarahan 2’15” menit 1-3’

GDS 115 mg% 80-150

HbsAg Negatif (-)    


+PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rotgen lateral kepala: X-Foto nasofaring rasio adenoid
(RAN)

Interpretasi : A/N = 1.3/2 = 0,65


Kesan : Adenoid Hipertrofi
 
+ RESUME

Pemeriksaan Subjektif
Keluhan utama : nyeri saat menelan
RPS :
Nyeri saat menelan (+) sejak 1 minggu terakhir  hilang
timbul.
Keluhan ini dimulai sejak 5 tahun yang lalu, dalam 1
tahun kambuh sebanyak ≥5x.
Odinofagia (+), tenggorokan kering (+).
Riwayat sering batuk, pilek dan demam sejak kecil (+)
Tidur mengorok (+).
RPD :
Menderita tonsilitis berulang sejak usia 4 tahun. Keluhan
kambuh ≥5x dalam 1 tahun, ISPA (+),Otitis Media (+).
+ RESUME

Pemeriksaan Objektif
Status present : dalam batas normal
Kepala dan leher : dalam batas normal
Pemeriksaan rutin umum hidung : palatal phenomenon
(-)
Pemeriksaan rutin sinus paranasal : dalam batas normal
Pemeriksaan rutin umum telinga : dalam batas normal
Pemeriksaan rutin umum tenggorok :
Tonsil T3 – T3, permukaan tidak rata,kripte
melebar, warna hiperemis, detritus -/-, pilar
anterior hiperemis, abses peritonsil (-)
+

 DIAGNOSIS KLINIS
 Adenotonsilitis kronik hipertrofi

 DIAGNOSIS BANDING
 Adenotonsilitis kronik
 Tonsilitis kronik
 Adenoid hipertrofi
+
 TATALAKSANA  EDUKASI POST OP
 Posisi tidur miring tanpa bantal selam
Non medikamentosa
belum sadar.
 Bed rest  Kompres es di bagian leher 1x24 jam
 Menghindari makanan pedas,  Setelah pasien sadar penuh boleh
gorengan, dan minuman dingin minum sedikit- sedikit tanpa sedotan.
yang dapat mengiritasi
tenggorokan
 H-0 : diet 3x cairan dingin/ es cream

 H-1 : diet 3x bubur saring.


 Menjaga oral hygiene
TERAPI POST OP
Medikamentosa:
 Infus RL 15 tpm
 Infus RL 20 tpm
 Inj. Cefotaxim 500mg/12 jam I.V.
 Injeksi Cefotaxim 500 mg/12 jam
 Infus Paracetamol 300mg/8 jam
 Injeksi dexametason 1 amp/8 jam drip.

Operatif :  Inj. Kalnex 250mg/8jam I.V


 Stop inj. dexametason
 Pro ATE (tanggal 5 Oktober 2019)
+
Gejala pasien :

 Nyeri saat menelan

 Tenggorokan kering

 Ngorok

 Nafas melalui mulut


+
Indikasi Adenotonsilektomi

Adenoidektom
Tonsilektomi
i

Indikasi Absolut :
- Sumbatan hidung yang
Indikasi Relatif :
menyebabkan bernafas
1. Terjadi 3 kali atau lebih melalui mulut
infeksi tonsil pertahun,
- Gangguan menelan
meskipun telah diberikan
pengobatan medik yang
adekuat
+
+ LAMPIRAN

SEBELUM OPERASI SESUDAH OPERASI


+ Adenotonsilektomy
+

KESIMPULAN
 Berdasarkan anamnesa yang telah dilakukan,
gejala yang disampaikan pasien sesuai teori
dari Adenotonsilitis kronis hipertrofi.
 Dari
pemeriksaan fisik juga ditemukan tanda
tanda yang terdapat pada kelianan
Adenotonsilitis kronis hipertrofi.
 Maka dari itu, diagnosis dapat ditegakkan dan
tatalaksana sesuai dengan diagnosis tersebut.
+

Anda mungkin juga menyukai