Anda di halaman 1dari 16

MUSABAQAH KARYA

ILMIAH AL-QUR’AN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain. Oleh karena itu berkomunikasi
adalah bagian tak terpisah dalam kehidupan umat manusia. Sebelum kemudian seseorang berkomunikasi
secara interpersonal, kelompok, maupun massa, dia musti ( seharusnya ) sudah melakukan komunikasi
secara intrapersonal, dengan dan dalam dirinya sendiri, agar komunikasi yang dibangun lebih terarah dan
berarti. Sejalan dengan sejarah peradaban dan budaya kehidupan manusia cara berkomunikasi telah
mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat signifikan. Demikian pula halnya dengan informasi
atau pemberitaan.

Kemajuan teknologi yang ada sekarang, memang memberikan dampak yang sangat besar dalam setiap
individu. Diantara teknologi yang dekat dengan kehidupan manusia adalah teknologi informasi.Manusia
pada zaman sekarang, dengan teknologi mampu menyerap berbagai informasi dari berbagai belahan
dunia dengan sekelip mata. Teknologi ini juga dapat memudahkan manusia untuk melakukan komunikasi
antara satu dengan yang lainnya tanpa mengenal batas tempat. Walaupun dengan jarak ribuan kilometer,
kita yang berada di Indonesia dapat melakukan pembicaraan secara langsung dengan kawan kita yang
berada diluar negeri. Bukan hanya komunikasi suara, bahkan komunikasi visuapun dapat kita lakukan
dengan melihat kawan kita secara langsung tanpa harus melakukan perjalanan. Teknologi ini telah
melahirkan model interaksi sosial baru antara umat manusia. Tidak terkecuali bagi umat islam,
penggunaan teknologi dalam bersosialisasi inipun akan memberikan implikasi hukum, karena setiap
perbuatan yang dilakukan seorang muslim akan dipertanggung jawabkan kelak dihari pembalasan.
1. Apakah pengertian dari komunikasi dalam media sosial ?

2. Sebutkan dampak – dampak komunikasi dalam media

sosial ?

3. Bagaimana etika komunikasi dimedia sosial dalam sudut

pandang islam ?
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM MEDIA SOSIAL
Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam
hidup kita. Seperti hal nya bernafas, banyak orang
beranggapan bahwa komunikasi sebagai sesuatu yang
otomatis terjadi, sehingga orang tidak tertantang untuk
belajar berkomunikasi secara efektif dan beretika. Hal yang
paling penting dalam komunikasi, bukan sekedar apa yang
disamapaikan atau dikatakan, tetapi pada karakter kita dan
bagaimana kita mentransfer pesan serta menerima pesan.
Komunikasi harus dibangun dari diri kita yang paling dalam
sebagai fondasi integritas yang kuat.
Media sosial adalah sebuah media online yang bisa
memudahkan para pengguna dalam berkomunikasi,
berpastisipasi, menambah wawasan, dll.
 Segala macam upaya yang dilakukan oleh manusia sudah tentu
(sejatinya ) dimaksudkan untuk menjadikan kehidupannya lebih
nyaman dan lebih menyenangkan. Termasuk upaya mengembangkan
teknologi komunikasi dan informasi, dengan ditemukannya berbagai
macam media sosial. Namun justru disinilah manusia sering
dihadapkan pada kenyataan harus memilih antara bertahan pada nilai-
nilai idealis atau mengikuti dan memenuhi keinginan-keinginan
praktis. Di satu sisi hal itu merupakan sebuah keharusan (
keterpanggilan ) moralitas, disisi lain merupakan sebuah tuntutan
kemajuan ( resiko perkembangan zaman ). Kenyataannya, dengan
teknologi yang semakin maju cara berkomunikasi pun menjadi
semakin beragam. Apalagi dengan semakin maraknya social media,
seperti facebook, twitter, friendster, linkedin, dan sebagainya.
Resikonya, berbagai masalah dalam pergaulan, pertemanan, dan
interaksi social lainnya pun bermunculan dengan beraneka bentuk dan
ragamnya.
Media sosial hanyalah sebuah media atau wasilah yang memiliki sisi
positif dan negatif, maka sebagai seorang muslim kita mesti bijak
guideline penggunaannya.
Pertama : Sebagai seorang muslim hendaknya kita tahu bahwa setiap
apa yang kita lakukan memiliki konsekuensi hukum.
Kedua : Kita mesti sadar bahwa dibumi mana saja kita berada,
akan senantiasa diawasi CCTV Allah SWT dan malaikat
Raqib dan Atid akan senantiasa mencatat setiap apa yang
kita lakukan dan apa yang kita niatkan.
Ketiga : Karena medsos memiliki sisi positif dan negatif, maka kita
harus menggunakannya untuk hal-hal yang positif.
Keempat : Tidak melalaikan kewajiban-kewajiban yang utama dalam
menjalin hubungan dengan Allah seperti ibadah sholat,
membaca Al- Qur’an, dll.
Kelima : Berusaha untuk selalu menjaga kehormatan diri dengan
tidak menyebar luaskan aib pribadi ataupun orang lain.
Anderas Kaplain dan Michael Haen Lein mendefinisikan media sosial
sebagai kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun diatas
dasar ideology dan teknologi web 2.0, dan yang memungkinkan
penciptaan dan penukaran “user generated content”.
Asosiasi Penyelanggara Jaringan Internet Indonesia ( APJII )
menyebutkan, lebih dari setengah penduduk Indonesia atau 132,7 juta
telah terhubung kedunia maya karena internet.
Gadget yang terintegrasi dengan situs jejaring sosial seperti facebook,
tweeter, Whatsapp (WA), dan line, seolah membawa dunia lain ada
dalam genggaman manusia. Betapa tidak, hanya dengan menggerakkan
jempolnya, jutaan orang dari seluruh penjuru dunia bisa ada
digenggaman. Dalam hitungan detik pula manusia bisa mendapatkan
segalanya lewat gadget dan internet yang ada ditangannya. Peningkatan
jumlah pengguna internet ini tak disadari telah mempengaruhi tradisi
komunikasi antar manusia zaman now. Karena ini orang yang berada
didekatnya seolah jauh disana. Tapi, sebaliknya yang jauh disana baginya
sedekat handphone dalam genggamannya.
Peradaban teknologi modern kadang-kadang memprioritaskan industrialisasi yang dapat
diharapkan mampu menciptakan full activity. Industrialisasi pada akhirnya sedikit demi
sedikit akan menyeret manusia cenderung untuk meninggalkan suasana kehidupan yang
wajar. Kebanyakan anggota masyarakat harus menyisihkan sebagian besar waktunya berada
dipusat-pusat industri dan harus mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap proses
industry itu sendiri. Hal ini berarti mereka memiliki serta memikul tugas dan peranan
sendiri-sendiri dengan sedikit mengurangi interdependensi. Suasana serta aktivitas kerja
yang lebih banyak menelan waktu dan pikiran seperti ini, membawa akibat tersendiri sebab
tanggung jawab individu hanya atas dasar tugas yang membebaninya dan tergantung
kepada peranan yang dimilikinya. Sehingga setiap individu kehilangan eksistensinya sebagai
makhluk sosial yang harus tolong- menolong, bantu-menbantu dan saling
menggantungkan diri satu sama lain. Jika demikian keadaannya dengan tidak disadari akan
membuat sifat individualistis dan egois, dari kedua sifat inilah akhirnya bisa timbul
tuntutan “hidup bebas / liberalistis” dan gejolak emansipasi yang tidak mengenal batas
kewajaran.
Oleh karena itu, dalam menggali ajaran-ajaran Al-Qur’an terkait kemajuan tehnologi dan
perkembangan jaman tidak bisa dilakukan dengan menemukan istilah-istilah kekinian itu
didalam Al-Qur’an.
Menurut pengamatan Heinich (satgas definisi dan terminology AECT, 1977:115), aplikasi TP
secara langsung berpengaruh terhadap pengambilan keputusan berkaitan dengan proses
pendidikan. Aplikasi itu membawa dampak pada siapa yang memutuskan tentang isi yang
diajarkan.
Sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet, atau media online, media sosial yang
berkembang pada saat ini, seperti Youtube, facebook instagram, line, dan
sebagainnyakarena dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja, bahkan dimana saja
berdampak secara massive dalam dinamika kehidupan social. Baik itu dampak positive
maupun negative. Adapun hal-hal yang bersifat negative sejatinya adalah akses dari
kemajuan tersebut, sebagai konsekwensi logis dari sebuah kemajuan dan perkembangan,
dan sebagai akibat dari ketidak siapan, untuk tidak mengatakan ketidak mampuan,
manusia dalam menghadapi gelombang kemajuan (tehnologi) tersebut.
Secara umum dampak positif maraknya media sosial yang dirasakan oleh umat manusia
adalah adanya berbagai macam kemudahan. Kemudahan dalam berkomunikasi,
kemudahan dalam mencari dan menemukan serta mengakses berbagai macam informasi,
dan kemudahan dalam mencari teman dan relasi. Dan semua itu menjadi faktor penting
dalam meraih berbagai macam keberhasilan. Namun kemudahan-kemudahan itu pulalah
yang kemudian melengahkan manusia dan menina-bobokkan mereka sehingga tidak
memperhatikan, untuk tidak mengatakan melupakan, nila-nilai kejujuran dan kesopanan
dalam berkomunikasi. Nilai-nilai kebenaran dalam berbagi informasi, dan nilai ketulusan
dalam merajut pertemanan dan membangun relasi. Lebih parah lagi, mereka kemudian
terjangkit penyakit malas, lupa kewajiban, bahkan terjerumus dalam sikap egois, dan tidak
peduli pada lingkungan. Sehingga apa yang terjadi adalah media social yang justru tidak
melahirkan rasa social.
Pada prinsipnya “Modernisasi Teknologi” dan akselerasi
kemajuannya menjadi topik perlombaan, bahkan setiap
individu maupun setiap bangsa beradu cepat dalam
mengangkat modernisasi teknologi menjadi sebuah kultur
global. Idealisme ini memang representative dan sehat, sebab
kemajuan teknologi pasti mampu membantu umat manusia
untuk tidak mempersulit kepentingan-kepentingannya baik
serupa sarana komunikasi, alat-alat kerja, bahkan hampir
segala aspek kehidupan manusia dapat ditangani secara
mekanik. Kebanyakan di Negara-negara yang sedang
membangun kedua aspek modernisasi ini merambat secara
berdampingan dan harmonis. Akan tetapi dalam ritme
perjalanan waktu keharmonisan tadi mulai membias dan
bergeser karena adanya kemelut nilai-nilai multi komplikasi
baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan moral
Dalam Islam muslim dianjurkan untuk saling menyapa, saling memberi salam dan tak lupa
juga memberi salam dan tak lupa juga memberi senyuman. Namun, seluruh aktivitas ringan
ini seolah menjadi aktivitas yang berat dilakukan setelah adanya handphone. Daripada
menyapa orang disekitar, seseorang lebih memilih untuk focus pada dunia dalam
genggamannya. Kecenderungan ini juga mengakibatkan tidak sedikit sekarang orang yang
canggung dalam memecahkan suasana di lingkungan sosial yang baru. Dulu orang akan
bersikap ramah tamah agar dapat berbaur dengan lingkungan sosialnya, namun sekali lagi,
sekarang orang lebih memilih untuk focus pada dunia keduanya yang ia ciptakan sendiri.
Dalam suatu hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “hak seorang muslim atas
muslim lainnya ada enam perkara : Apabila engkau berjumpa dengannya, sampaikanlah
salam, apabila ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya, apabila ia minta nasehat,
berilah ia nasehat, apabila ia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka jawablah
dengan Yarhamukallah, apabila ia sakit, maka jenguklah, dan apabila ia mati maka antarkan
jenazahnya.”
Lain daripada itu, ada sesuatu yang paling penting dalam berkomunikasi dimedia sosial,
yaitu tidak menyakiti perasaan orang lain dengan menjaga lisan kita .
Dalam bahasa arab lidah bararti lisan, sedangkan lisan dalam Al-Qur’an diartikan bahasa.
Keduanya memang tidak dapat dipisahkan. Karena fungsinya yang sangat berarti, lidah
harus benar-benar dijaga dan dikendalikan. Orang mengatakan, lidah tidak bertulang. Tapi
ia dapat menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan dan kehancuran.
Syekh Salim bin Ied Al-Hilali berkata, menjaga lisan berarti
menjaga keselamatan. Karena lisan adalah penerjamah hati,
pengungkap dan penguasaannya. Apa yang terlntas dalam hati itu
akan nampak atas lisannya. Manusia itu ditentukan oleh dua
ashghar (benda kecil), yaitu hati dan lisan.
Begitu banyak dosa yang dilakukan melalui lisan, diantaranya
berdusta, bersaksi, atau bersumpah palsu, mencela, mengutuk,
berkata-kata keji, memfitnah, dan menggunjing. Fenomena saat
ini, dosa lisan sudah banyak dituangkan dalam bentuk tulisan,
seperti buku, tabloid, majalah, surat kabar, dan tulisan diinternet.
Bahkan bahasa tulisan lebih tajam dan lebih berbahaya daripada
bahasa lisan, karena dampaknya sangat buruk dan mudah tersebar
luas ditengah masyarakat. Dari abu musara berkata, “ wahai
Rasulullah, islam apakah yang paling utama?” Beliau menjawab,
yaitu kaum Muslmn selamat dari lisan dan tangannya.”
Dalam masalah berkomunikasi dan melangsungkan kegiatan informasi atau pemberitaan, setidaknya
ada dua ayat (didalam dua surat yang berbeda) yang harus dijadikan pedoman. Pertama ayat 36 surah Al
isra’ (17), sebagaimana Allah berfirman :
‫الر ِحْ ِْم‬
‫الر ْحم ِن ه‬
َّ ِ‫ّللا‬
‫بِ ْس ِم ه‬
‫س ْمع و ْالبصر و ْالفُؤاد ُك ُّل للِِك كان ع ْْهُ م ْسِ ُ ْْال‬
َّ ‫ف مالْْس لك ِبه ِع ْل ٌم ِإ َّن ال‬ ُ ‫والت ْق‬

Yang artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan
hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.
Dan yang kedua, ayat 6 surah Al Hujurat (49), sebagaimana Allah berfirman :
‫الر ِحْ ِْم‬
‫الر ْحمن ه‬ َّ ِ‫ّللا‬ ‫ِب ْس ِم ه‬
‫ص ِب ُحْا على مافع ْلت ُ ْم‬ ِ ُ ‫يا لي ُّها الَّ ِذيْن لي ُّها الَّ ِذيْن آمُْ ْْ ِإ ْن جاء ُك ْم فا ِس ٌق ِبْبإٍ فتبَُّْْ ْْا ل ْن ت‬
ْ ُ ‫ص ْْبُ ْْاق ْْما ِبجهال ٍة فت‬
‫ناد ِِمْْن‬
Yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ada berbagai bentuk nilai-nilai pergaulan yang sesuai sunnah, yang bisa kita amalkan ketika
menggunakan medsos, antara lain :
1. Menyampaikan informasi dengan benar, tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
2. Bijaksana, memberi nasehat yang baik serta argumentasi yang jelas, dengan
menggunakan tata bahasa yang mudah dibaca dan dicerna, baik dalam bentuk verbal
maupun nonverbal.
3. Menyaring ( memfilter ) setiap informasi yang diterima dan akan disebar luaskan
dalam media sosial.
4. Tidak mengolok-olok atau mencaci maki, atau melakukan tindakan penghinaan
sehingga menumbuhkan kebencian.
5. Menghindari prasangka (suudzon) kepada orang lain.
6. Hindari berlebihan didalam menulis status, bercerita, mengeluh dan berdoa dimedia
sosial.
7. Menggunakan medsos secara strategis sebagai sarana dakwah ditengah khazanah ilmu
dan informasi yang seimbang tentang islam.
8. Menggunakan medsos sebagai penyambung tali silaturahmi dengan kerabat, saudara
dan teman.
Dengan perkembangan zaman, teknologi dan cara orang
mengembangkan ilmu pengetahuan membuatnya yang jauh
terasa dekat dan yang dekat dan yang dekat terasa sangat
jauh. Dalam berkomunikasi yang harus dijaga adalah lisan
karena itu dapat menyakiti hati orang lain.

SARAN

Media sosial mempunyai dampak postif dan negative


alangkah baiknya jika kita mengambil dari sisi positif dan
meninggalkan sisi negative. Dan selalu mengingatkan satu
sama lain dan semoga semuanya bisa memanfaatkan
teknologi yang ada.
Gontor, Media perekat umat, edisi 03, tahun XV Syawwal – Dzul qo’dah 1438/ Juli 2017, hlm 32 &
34

Kismiyati, Filsafat dan etika, Bandung : widya padjajaran, 2010.

Gontor,media perekat umat, edisi 03, tahun XV Syawwal-dzul qo’dah 1438 / Juli 2017
Kaplan, Andreas M; Michael Haenlein. 2010. “ Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of social media”. Business Horizons 53 : 59:68.
Gontor, media perekat umat, edisi 6, tahun XVI, Muharram-Shafar 1440 / Oktober 2018, hlm 6.
Drs. Rohadi Abdul Fatah, Drs. Sudarsono, S.H, Ilmu teknologi dalam Islam, PT Rineka Cipta,
Jakarta, Desember 2005, hlm 112.
Gontor, media perekat umat, edisi o3, tahun XV, Syawwal-Dzul qo’dah 1438 / Juli 2017, hlm 32.
Hadist Riwayat Muslim
Gontor, Media perekat umat, edisi 10, tahun XIII, Rabiul Awal-Rajab 1437 / Februari 2016, hlm 36.
Hadist Riwayat Bukhari
Gontor, media perekat umat, edisi 03, tahun XV Syawwal-dzul qo’dah 1438 / Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai