2. Tokoh
3.Penokohan
4. Alur (Plot)
5. Setting (Latar)
6. Sudut Pandang
7. Gaya bahasa
8. Amanat
Unsur-Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
2. Psikologi Pengarang
3. Kondisi Masyarakat
Unsur Kebahasaan dalam Cerpen
Unsur Kebahasaan
1. Majas
2. Ungkapan (Idiom)
3. Peribahasa
Surat Cinta dan Sebatang Coklat
Aku mengintip dari balik pohon beringin, agak jauh dari gadis itu. Ia masih duduk bersimpuh di sana.
Wajahnya terlihat serius. Tangan indahnya terlihat sedang menggoreskan tinta ke selembar kertas
yang ia bawa dari rumah. Kulihat sebutir air mata jatuh dari pelupuk matanya dan diikuti tetes-tetes
air mata berikutnya. Ya, dia pasti menulis surat lagi!
Beberapa menit berlalu, dia pun menyelesaikan suratnya dan memasukkannya ke dalam sebuah
amplop merah muda. Aku tetap pada posisiku. Gadis cantik itu pun berdiri, meletakkan amplop itu
di tempat biasa, tersenyum, kemudian beranjak pergi. Ketika dia sudah tak terlihat lagi, dengan
langkah hati-hati aku mendekati tempat dimana dia meletakkan suratnya tadi. Kuambil surat itu,
kubuka perlahan, dan mulai membacanya…
Oh iya, Vit, dua hari yang lalu aku menerima seikat bunga dari kakak kamu, Kak Restu. Awalnya aku
kira itu hanya sebagai ucapan selamat dari Kak Restu atas kelulusan aku. Tapi ternyata, Kak Restu
mengungkapkan perasaannya ke aku, Vit. Jangan marah dulu, beneran setelah itu, aku langsung
mengembalikan bunganya. Aku berkata bahwa aku tidak bisa. Aku hanya menganggapnya sebagai
seorang kakak. Sebenarnya, ada alasan yang lebih dari itu dan dia pasti tau, Vit. Aku jadi teringat
kamu, Vito. Ketika kamu mengungkapkan perasaanmu ke aku, kamu kasih aku sebatang cokelat
karena kamu sangat tau aku tidak suka bunga. Pokoknya kamu itu orang yang paling bisa mengerti
aku dan selamanya kamu takkan pernah tergantikan…
Vit, sebenarnya surat ini tidak sama seperti surat-suratku sebelumnya. Surat ini bukan hanya
sekedar surat cinta, tetapi juga surat perpisahan. Vito, entah aku harus bahagia atau berduka ketika
mengatakannya. Aku akan pergi, Vit. Aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di Jepang. Aku
akan mewujudkan satu lagi keinginan kamu. Keinginan kamu untuk menulis nama kita berdua di
puncak Gunung Fuji. Di Jepang nanti, aku akan menghuni rumah impian kamu itu, Vit. Rumah
impian kita berdua. Aku tidak sendirian di sana. Aku percaya bayangan kamu selalu ada di samping
aku…
Vito, ini berarti aku harus meninggalkan kamu di sini sendirian. Selama beberapa tahun ke depan aku tidak bisa
melakukan ritual Sabtu pagi mengunjungimu. Jujur, aku sedih, Vit. Tapi aku yakin jalan yang aku ambil ini akan
bahagiakan kamu dan kedua orangtuaku. Doakan saja aku dari sini…
Vit, kamu lihat, matahari di sini mulai tenggelam. Ini adalah waktu favorit kita, Vit. Senja. Mungkin saatnya aku
pulang. Seperti biasanya, bersamaan dengan surat ini kusertakan sebatang cokelat kesukaanmu. Kuetakkan di
bawah nisan yang berukir indah namamu…
Aku pamit, Sayang. Selamat tinggal. Doakan aku supaya tetap bahagia. I Love You More, Vito…
Terdalam,
Regita Feronica J. (Gita)
Tanpa sadar, aku berurai air mata usai membacanya. Aku baru menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu masih
belum bisa lepas dari Vito, adik lelakiku yang kini telah hidup damai di akhirat sana. Tiba-tiba aku menyesal
pernah mengungkapkan perasaanku padanya karena sekarang aku yakin cinta mereka berdua kan abadi
meskipun salah satu diantaranya sudah pergi dan tinggal sebuah nama.
Aku melirik cokelat yang tergeletak tepat di bawah nisan adikku. Kemudian kuusap air mataku, tersenyum, dan
bertekad memendam seluruh perasaanku pada gadis itu.
3. Penokohan: penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita.
Unsur-Unsur Intrinsik
4. Alur (Plot): urutan jalan cerita dalam cerpen yang disampaikan oleh
penulis.
• Tahapan-tahapan Alur:
1. Tahap perkenalan
2. Tahap penanjakan
3. Tahap klimaks
4. Anti klimaks
5. Tahap penyelesaian
Unsur-Unsur Intrinsik
• Macam Alur:
1. Alur maju: Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal
perkenalan tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak
konflik dan terakhir penyelesaian konflik. Intinya adalah, pada alur
maju ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-
tahapannya.
2. Alur mundur: Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara
tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu,
setelah itu menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik
itu terjadi.
Unsur-Unsur Intrinsik
5. Setting (Latar): mengacu pada waktu, suasana, dan tempat
terjadinya cerita tersebut.
• Jenis Latar:
1. Tempat: Jogja, halte bus
2. Waktu: senja, fajar
3. Suasana: sunyi, ramai
Unsur-Unsur Intrinsik
6. Sudut Pandang: strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen
untuk menyampaikan ceritanya
• Jenis Sudut Pandang:
1. Orang Pertama: Aku
2. Orang Ketiga: Dia, Mereka, Beliau