Anda di halaman 1dari 19

Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik,

Ekstrinsik, dan Kebahasaan dalam


Cerita Pendek
Kelompok Taufik Ismail
CERPEN ?
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-cerpen.html
Menganalisis Unsur-Unsur
Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Unsur-Unsur Intrinsik
1. Tema https://notepam.com/unsur-intrinsik-cerpen/

2. Tokoh
3.Penokohan
4. Alur (Plot)
5. Setting (Latar)
6. Sudut Pandang
7. Gaya bahasa
8. Amanat
Unsur-Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
2. Psikologi Pengarang
3. Kondisi Masyarakat
Unsur Kebahasaan dalam Cerpen
Unsur Kebahasaan
1. Majas
2. Ungkapan (Idiom)
3. Peribahasa
Surat Cinta dan Sebatang Coklat

Aku mengintip dari balik pohon beringin, agak jauh dari gadis itu. Ia masih duduk bersimpuh di sana.
Wajahnya terlihat serius. Tangan indahnya terlihat sedang menggoreskan tinta ke selembar kertas
yang ia bawa dari rumah. Kulihat sebutir air mata jatuh dari pelupuk matanya dan diikuti tetes-tetes
air mata berikutnya. Ya, dia pasti menulis surat lagi!

Beberapa menit berlalu, dia pun menyelesaikan suratnya dan memasukkannya ke dalam sebuah
amplop merah muda. Aku tetap pada posisiku. Gadis cantik itu pun berdiri, meletakkan amplop itu
di tempat biasa, tersenyum, kemudian beranjak pergi. Ketika dia sudah tak terlihat lagi, dengan
langkah hati-hati aku mendekati tempat dimana dia meletakkan suratnya tadi. Kuambil surat itu,
kubuka perlahan, dan mulai membacanya…

Kepada: Arvito Abi


Ketika aku menulis surat ini, suasana di sekeliling aku sangat sepi, Vit. Aku tak pernah berpikir
sebelumnya, bahwa kesepian ini kamu rasakan setiap hari. Aku merasa menjadi perempuan tak
berguna karena tak bisa selalu menemani kesendirianmu. Maafkan aku hanya bisa datang setiap
Sabtu pagi untuk sekedar melepas kerinduanku padamu. Aku benar-benar rindu, Vit…
Hari ini, aku ingin menceritakan banyak hal ke kamu…
Vito, kamu pasti ingat dulu kamu pernah berkata bahwa kamu ingin memiliki sebuah rumah yang
letaknya jauh dari keramaian. Ketika itu kamu berkata, kamu ingin hidup di sana bersama orang
yang kamu sayang dan kamu berkata orang itu adalah aku. Percaya atau tidak, sekarang rumah itu
sudah ada, Vit. Aku bangun rumah itu dengan hasil keringat aku sendiri. Walaupun sepenuhnya aku
sadar, kamu sudah damai hidup sendiri di sini, tapi setidaknya aku berhasil mewujudkan salah satu
keinginan kamu. Semoga kamu terkesan, Vit…

Oh iya, Vit, dua hari yang lalu aku menerima seikat bunga dari kakak kamu, Kak Restu. Awalnya aku
kira itu hanya sebagai ucapan selamat dari Kak Restu atas kelulusan aku. Tapi ternyata, Kak Restu
mengungkapkan perasaannya ke aku, Vit. Jangan marah dulu, beneran setelah itu, aku langsung
mengembalikan bunganya. Aku berkata bahwa aku tidak bisa. Aku hanya menganggapnya sebagai
seorang kakak. Sebenarnya, ada alasan yang lebih dari itu dan dia pasti tau, Vit. Aku jadi teringat
kamu, Vito. Ketika kamu mengungkapkan perasaanmu ke aku, kamu kasih aku sebatang cokelat
karena kamu sangat tau aku tidak suka bunga. Pokoknya kamu itu orang yang paling bisa mengerti
aku dan selamanya kamu takkan pernah tergantikan…

Vit, sebenarnya surat ini tidak sama seperti surat-suratku sebelumnya. Surat ini bukan hanya
sekedar surat cinta, tetapi juga surat perpisahan. Vito, entah aku harus bahagia atau berduka ketika
mengatakannya. Aku akan pergi, Vit. Aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di Jepang. Aku
akan mewujudkan satu lagi keinginan kamu. Keinginan kamu untuk menulis nama kita berdua di
puncak Gunung Fuji. Di Jepang nanti, aku akan menghuni rumah impian kamu itu, Vit. Rumah
impian kita berdua. Aku tidak sendirian di sana. Aku percaya bayangan kamu selalu ada di samping
aku…
Vito, ini berarti aku harus meninggalkan kamu di sini sendirian. Selama beberapa tahun ke depan aku tidak bisa
melakukan ritual Sabtu pagi mengunjungimu. Jujur, aku sedih, Vit. Tapi aku yakin jalan yang aku ambil ini akan
bahagiakan kamu dan kedua orangtuaku. Doakan saja aku dari sini…

Vit, kamu lihat, matahari di sini mulai tenggelam. Ini adalah waktu favorit kita, Vit. Senja. Mungkin saatnya aku
pulang. Seperti biasanya, bersamaan dengan surat ini kusertakan sebatang cokelat kesukaanmu. Kuetakkan di
bawah nisan yang berukir indah namamu…

Aku pamit, Sayang. Selamat tinggal. Doakan aku supaya tetap bahagia. I Love You More, Vito…

Terdalam,
Regita Feronica J. (Gita)

Tanpa sadar, aku berurai air mata usai membacanya. Aku baru menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu masih
belum bisa lepas dari Vito, adik lelakiku yang kini telah hidup damai di akhirat sana. Tiba-tiba aku menyesal
pernah mengungkapkan perasaanku padanya karena sekarang aku yakin cinta mereka berdua kan abadi
meskipun salah satu diantaranya sudah pergi dan tinggal sebuah nama.

Aku melirik cokelat yang tergeletak tepat di bawah nisan adikku. Kemudian kuusap air mataku, tersenyum, dan
bertekad memendam seluruh perasaanku pada gadis itu.

Gita, aku akan berjalan mundur…


Unsur-Unsur Intrinsik
1. Tema: ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari
cerpen.

2. Tokoh: pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.


• Protagonis: Tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan mempunyai sifat
yang baik.
• Antagonis: Tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan daripada tokoh
• Tritagonis: Tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara antagonis. Tokoh
ini biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
• Figuran: Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan tambahan warna
dalam cerita.

3. Penokohan: penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita.
Unsur-Unsur Intrinsik
4. Alur (Plot): urutan jalan cerita dalam cerpen yang disampaikan oleh
penulis.
• Tahapan-tahapan Alur:
1. Tahap perkenalan
2. Tahap penanjakan
3. Tahap klimaks
4. Anti klimaks
5. Tahap penyelesaian
Unsur-Unsur Intrinsik
• Macam Alur:
1. Alur maju: Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal
perkenalan tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak
konflik dan terakhir penyelesaian konflik. Intinya adalah, pada alur
maju ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-
tahapannya.
2. Alur mundur: Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara
tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu,
setelah itu menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik
itu terjadi.
Unsur-Unsur Intrinsik
5. Setting (Latar): mengacu pada waktu, suasana, dan tempat
terjadinya cerita tersebut.
• Jenis Latar:
1. Tempat: Jogja, halte bus
2. Waktu: senja, fajar
3. Suasana: sunyi, ramai
Unsur-Unsur Intrinsik
6. Sudut Pandang: strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen
untuk menyampaikan ceritanya
• Jenis Sudut Pandang:
1. Orang Pertama: Aku
2. Orang Ketiga: Dia, Mereka, Beliau

7. Gaya Bahasa: ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya


kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan
kalimat yang tepat di dalam cerpennya.
Unsur-Unsur Intrinsik
8. Amanat: pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari cerita
pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis
secara langsung, melainkan tersirat dan akan bergantung sesuai
pemahaman pembaca akan cerita pendek tersebut.
Unsur-Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang: keadaan pengarang yang memiliki sifat,
keyakinana, dan pandangan hidup.

2. Psikologi Pengarang: penerapan prinsip psikologis politik dan social


pengarang dalam karya sastra yang diciptakannya.

3. Kondisi Masyarakat: keadaan masyarakat, baik ekonomi, sosial,


budaya, dan politik, saat karya sastra diciptakan.
Unsur Kebahasaan
1. Majas: gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan
sebuah pesan secara imajinatif dan kias. (Hujan dan waktu adalah
sahabat karibku)

2. Ungkapan (Idiom): kelompok kata yang dirangkai dengan susunan


tertentu dimana artinya tidak dapat ditebak dari arti kata-kata
penyusunnya secara terpisah. (Gita adalah seorng yang kecil hati. Kecil
hati = penakut)

3. Peribahasa: kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud,


keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan
atau hal mengenai diri seseorang. (Bagai anak ayam yang kehilangan
induknya)

Anda mungkin juga menyukai