Anda di halaman 1dari 15

ADHD

(Attention Deficit Hyperactivity


Disorder)
Anggota kelompok

• Arlina Dewi Swandayani


(P27240017056)
• Azizah Nur Isnaini Ruseno
(P27240017058)
• Yessy Widhi Astuti
(P27240017098)
ADHD Menurut
Kedokteran Barat
Pengertian

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah


gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-
anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan
cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan seperti
perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan
selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau
sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain adalah suka meletup-letup,
aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
Etiologi
1.Faktor Predisposisi
• Faktor Biologi
• Faktor genetik
• Faktor perinatal dan prenatal
• Racun lingkungan
• Cedera Otak
Anak yang terkena ADHD mendapatkan cedera otak yang minimal dan samar pada
sistem saraf pusatnya selama periode janin dan perinatalnya atau disebabkan oleh
sirkulasi, toksik, metabolik, mekanik, dan efek lain yang merugikan dan oleh stress
dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi,
peradangan, dan trauma
• Faktor Psikososial
Anak-anak dalam institusi sering kali overaktif dan memiliki rentang atensi yang
buruk. Kejadian fisik yang menimbulkan stres, suatu gangguan keseimbangan
keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau
berlanjutnya ADHD.
2. Faktor Presipitasi
• Peristiwa pasca kelahiran, seperti komplikasi kelahiran dan
penyakit.
• Keracunan lingkungan, seperti kandungan timah.
• Gangguan bahasa dan pembelajaran
• Tanda-tanda ketidakmatangan neurologis, seperti berperilaku
aneh, lemah keseimbangan dan koordinasi, serta adanya refleks
yang tidak normal.
• Simtom-simtom ADHD yang dihubungkandengan kerusakan
pada korteks prefrontal.
Patogenesis

Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Overaktivitas biasanya


merupakan gejala pertama yang menghilang dan distraktibilitas adalah
yang terakhir. Sebagian besar pasien dengan ADHD mengalami remisi
parsial dan rentan terhadap gangguan kepribadian antisosial, gangguan
kepribadian lain, gangguan mood, dan masalah belajar sering kali terus
ada. Kira-kira 15 - 20 % kasus, gejala ADHD menetap sampai masa
dewasa. Mereka dengan gangguan mungkin menunjukkan penurunan
hiperaktivitas tetapi tetap impulsif dan rentan terhadap kecelakaan.
Diagnosis

• Tidak ada tes khusus atau tes definitif untuk mendeteksi ADHD pada
anak. Untuk mendiagnosisnya, diperlukan beberapa langkah dan
melibatkan banyak informasi dari berbagai sumber.
• Biasanya, dokter akan mendiagnosis ADHD pada masa anak-anak
ketika mereka telah menunjukkan 6 gejala spesifik ADHD selama
lebih dari 6 bulan.
• Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menanyakan
riwayat medis bahkan mungkin menyarankan melakukan pemindaian
otak. Dokter akan mendiagnosis ADHD berdasarkan pedoman dari
Diagnostic and Statistical Manual. Dokter juga akan melakukan
pemeriksaan penglihatan serta pendengaran. Pemeriksaan tambahan
yang mungkin dilakukan adalah electroencephalograph.
Pengobatan
• Obat stimulan terapi dini pertama untuk ADHD pada pasien berusia 6-18
tahun meliputi: metilfenidat, deksmetilfenidat pelepasan lama, amfetamin,
lisdeksamfetamin.
• Obat nonstimulant adalah pengobatan dini kedua untuk ADHD, biasanya
digunakan jika obat stimulan tidak efektif atau buruk ditoleransi. Untuk
anak-anak dengan ADHD dan gangguan pemberontak atau perilaku
oposisi dengan penambahan divalproex pada terapi stimulan terkait
dengan mengurangi perilaku agresif.
• Untuk anak-anak dengan ADHD, pemberia metilfenidat, alpha-agonis,
atau desipramin dapat memperbaiki ADHD dan bisa mengurangi tics.
• Suplementasi mineral zink sulfat sebagai monoterapi atau sebagai
tambahan untuk metilfenidat dapat memperbaiki beberapa gejala ADHD.
Suplemen zat besi dapat memperbaiki gejala ADHD dan keparahan pada
anak-anak dengan ADHD dan kadar feritin serum yang rendah.
ADHD menurut Traditional
Chinese Medicine (TCM)
Peran Akupunktur menangani ADHD
• Akupunktur mendorong homeostasis sistem saraf dan sistem endokrin, yang
secara efektif menenangkan kegelisahan.
• Akupunktur juga meningkatkan keseimbangan sistem pencernaan, kekebalan
tubuh dan peredaran darah. Selain itu, Akupunktur sangat efektif dalam
meredakan dan mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
Sering kali dua gejala terjadi bersamaan pada orang dengan ADHD serta
keadaan kronis yang lebih tinggi dari gairah.
• Kecemasan kronis pada siang hari dapat menjadi faktor penyebab insomnia.
Ini tipe insomnia menyebabkan terbangun beberapa kali sepanjang malam.
Akupunktur juga dapat meningkatkan sekresi Melatonin dan akibatnya
meningkatkan masalah kecemasan dan tidur.
• Akupuntur Elektro Memiliki Efek Terapi dengan Depresi, dalam sebuah
studi dari 1998 elektro-akupunktur terbukti sama efektifnya dengan
amitriptyline untuk penderita depresi. Mereka yang mengalami efek fisik
kecemasan dan gangguan kognitif depresi dianggap
Diferensiasi Sindrom
1.Untuk pasien dengan defisiensi hati dan ginjal, titik akupunktur
berikut diterapkan:
• Sishencong (extra)
• Shuaigu (GB8)
• Naohu (GV17)
• Shenting (GV24)
• Neiguan (PC5)
• Sanyinjiao (SP6)
• Taixi (KI 3)

Total waktu retensi jarum untuk titik akupuntur yang disebutkan di


atas adalah 20 menit per sesi akupunktur. Fokus khusus adalah pada
titik akupuntur Ganshu (BL18) dan Shenshu (BL23) untuk keperluan
masing-masing bermanfaat bagi hati dan ginjal.
2. Untuk pasien dengan stagnasi qi hati, acupoint berikut diterapkan:
• Sishencong (extra)
• Shuaigu (GB8)
• Naohu (GV17)
• Shenting (GV24)
• Laogong (PC8)
• Taichong (LV3)

Total waktu retensi jarum untuk pasien stagnasi hati adalah 20 menit
per sesi akupunktur.
Saran dan Anjuran
Berikut berbagai kandungan makanan yang sebaiknya dihindari, yaitu:
1. Makanan tinggi gula
Peningkatan gula darah kemudian memengaruhi produksi adrenalin yang
lebih tinggi, yang dapat memberi efek perilaku hiperaktif pada anak.
2. Soda
Minuman bersoda kaya akan gula, sirup jagung fruktosa, pemanis buatan,
kafein, dan zat pewarna. Asupan gula dan kafein yang berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan risiko gejala hiperaktif pada anak.
3. Makanan kemasan dan olahan
Makananan kemasan dan olahan mengandung berbagai zat tambahan seperti
penyedap (MSG), pengawet (sodium benzoat), perasa, dan pewarna buatan.
Kandungan-kandungan zat aditif ini dapat berdampak negatif pada gejala
ADHD
4. Makanan tinggi gluten
Asupan makanan tinggi gluten dapat memperburuk gejala ADHD
pada anak. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh sensitivitas
tubuh anak terhadap gluten, protein khusus yang ditemukan dalam
gandum dan biji-bijian utuh seperti jelai dan couscous.
5. Produk susu sapi
Sebagian besar produk susu sapi mengandung kasein A1 yang dapat
memicu reaksi negatif pada anak ADHD. Jika anak menunjukkan
gejala negatif setelah mengonsumsi produk susu maka hentikan
pengonsumsiannya.
6. Makanan yang mengandung merkuri
Tubuh anak sangat sensitif terhadap racun, seperti merkuri. Senyawa
ini biasa ditemukan dalam daging ikan dan produk makanan laut
lainnya. Merkuri yang menumpuk dalam tubuh dapat menjadi racun
bagi sistem saraf otak yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
anak, seperti penurunan konsentrasi. 

Anda mungkin juga menyukai