(HIBRIDISASI SOMATIK)
merupakan alternatif teknologi yang dapat
diterapkan untuk mengatasi transformasi sifat
yang disandi oleh :
•banyak gen yang terletak di dalam satu
kromosom atau pada beberapa kromosom
tanaman
•gen sangat sulit diidentifikasi dan diisolasi
KELEBIHAN FUSI PROTOPLAS
• Dapat mengadakan hibridisasi somatik antar
spesies, genus dan familia (dalam kondisi
alamiah, jika kekerabatan beda jauh dipotong
nuklease)
• Dapat mengadakan hibridisasi antar tanaman
yang tidak kompatibel
• Dapat mentransfer gen sitoplasma
• Dapat terjadi rekonstruksi sitoplasma dan inti
KELEMAHAN FUSI PROTOPLAS
• Dapat terjadi eliminasi kromosom atau
fragmen DNA
• Variasi genetik tinggi
• Terjadi khimera ( layer-layer pada titik
tumbuh tanaman mempunyai jumlah
kromosom yang beda)
• Tidak dapat dipastikan karakter yang
diinginkan terekspresi setelah difusi
• Regenerasi protoplas hasil fusi sulit dilakukan
Variabilitas hasil fusi
• Sub-kultur yang terus menerus
• Ketidakstabilan kombinasi inti
• Segregasi dan rekombinasi gen sitoplasma
• Tahap siklus sel yang berbeda pada setiap
individu protoplas
Jenis fusi protoplas
• Fusi simetris : protoplas + protoplas
• Fusi asimetris :
• Protoplas + sub protoplas
• Sub protoplas + sub protoplas
• Protoplas + mikroprotoplas
• Sub protoplas : sitoplasma, inti, kloroplas,
mitokhondria
• Mikroprotoplas : kromosom
Fusi protoplas
• tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman
dengan sifat-sifat gabungan dari kedua
tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak
diharapkan terutama berasal dari spesies liar.
• Oleh karena itu, untuk menghilangkan sifat-
sifat yang tidak diinginkan tersebut maka
perlu dilakukan silang balik (back cross)
dengan tetua budi daya
Faktor yang menentukan keberhasilan
• Genotipe
• jaringan yang digunakan,
• fisiologi jaringan,
• jenis dan konsentrasi enzim,
• masa inkubasi,
• media kultur,
• zat pengatur tumbuh, dan
• kondisi inkubasi
Protoplas
• dapat diisolasi dari hampir semua bagian
tanaman, seperti akar, daun, nodul akar,
koleoptil, kultur kalus dan daun in vitro
• Tergantung spesies
• Organ dari in vitro lebih menguntungkan :
• Steril
• Tersedia kontinyu
• Lingkungan tumbuh konstan
• Jaringan dalam kondisi juvenil
• Pada umumnya dilakukan secara enzimatis.
• Jenis dan konsentrasi enzim sangat bervariasi
seperti selulase R-10, pektinase Y-23,
maserozym, dan hemiselulase
ISOLASI PROTOPLAS
ISOLASI TIDAK LANGSUNG
A. ISOLASI INDIVIDUAL SEL
• Dengan menambahkan macerozym
(pektinase) dan manitol (sebagai osmotikum)
• Sel menjadi terpisah
• Disaring, disentrifugasi, ditambah manitol
• Sel benar-benar terisolasi
B. ISOLASI PROTOPLAS DARI INDIVIDU SEL :
• Ditambah selulase dan manitol
• Sentrifugasi
• Pelet ditambah sukrosa untuk mengapungkan
• Sentrifugasi
• Protoplas terapung
• Dipipet
• Diendapkan , dicuci dengan sentrifugasi
• Diukur kerapatannya.
ISOLASI LANGSUNG
• Daun steril ditambah larutan maserozym, selulase,
sorbitol
• Inkubasi
• Saring, sentrifugasi
• Pelet ditambah sukrosa
• Sentrifugasi
• Protoplas terapung
• Pipet
• Cuci dengan sorbitol
A. Plantula kentang;
B. Daun dari A dipotong-potong;
C. Potongan daun C diinkubasikan dalam medium plasmolisis selama 1-8 jam
selanjutnya diinkubasikan dalam medium enzym selama 4-16 jam;
D1. Protoplasma dalam C disaring dengang filter steril, mess 63 mikron ;
D2. Suspensi protoplasma disentrifuge;
E. Pelet diresuspensi dalam medium pengapung (flotation) 10 ml ditambah
medium pencuci 1 ml selanjutnya disentrifuge, protoplasma akan
melayang-layang diantara medium flotasi dan medium pencuci;
F. Protoplasma diresuspensi lagi dengan medium CPW 13 M dengan
kerapatan 1x 106 per mililiter;
G. 1. Protoplasma diteteskan pada tengah-tengah cawan petri steril
ditambahkan dengan satu tetes minyak mineral; 2. Tetesan tersebut
ditutup menggunakan gelas penutup steril; 3. Tambahkan 3 tetes dari
setiap macam suspensi protoplasma;
H. Protoplas difusikan secara bertahap menggunakan medium fusagen PEG
22,5 dengan cara meneteskannya sebanyak 6 tetes;
I. Protoplasma dicuci dengan medium pencuci Ca+ . Medium pencuci
dicampur dengan medium kultur;
J. Protoplasma diinkubasikan di bawah sinar pada suhu 25o C;
K. setelah 2-3 minggu koloni multiseluler diembeding dengan agarose;
L. Koloni seluler pada K ditanam pada medium MS basal
INDUKSI FUSI PROTOPLAS
1. Secara spontan : dengan adanya plasmodesma
2. Secara kimia
• Diinduksi oleh asam lemak
• Diinduksi oleh polyenil alkohol
• Diinduksi oleh Ca++ dan ph tinggi (7,5 – 10)
• Diinduksi oleh PEG
3. Secara fisik
• Diinduksi arus listrik
• PEG berfungsi sebagai bulking agent, yaitu
sebagai jembatan antar protoplas yang mirip
fungsinya dengan plasmodesmata.
• Terjadinya fusi semakin besar pada saat
proses penghilangan PEG, yaitu pada saat
pencucian
Faktor yang mempengaruhi
• konsentrasi PEG yang digunakan,
• masa inkubasi dalam larutan PEG,
• jumlah kerapatan protoplas yang akan
difusikan
Fusi secara fisik
• menggunakan aliran listrik pada alat yang
dilengkapi dengan generator AC dan DC.
• Generator AC berfungsi untuk membuat
protoplas berjajar membentuk rantai lurus,
• pulsa DC pada tegangan tertentu dapat
menginduksi terjadinya fusi karena pulsa DC
dapat membuat celah yang dapat balik
sehingga protoplas dapat berfusi
Kemungkinan fusi
• homofusi,
• heterofusi,
• tidak berfusi.
= chloroplast
= mitochondria
Fusion
= nucleus
heterokaryon