Anda di halaman 1dari 18

Ns. ENDANG Y, S.Kep.,M.

Kes
 Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan
dalam mempertahankan oksigenasi.
 Tujuan pemberian terapi O2 adalah :
1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
 Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah
dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan
khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih
dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.
 Besarnya fraksi oksigen inspirasi (FiO2) yang
didapatkan paru sesuai dengan volume oksigen yang
diberikan pada pasien.
Alat Aliran (l/mnt) FiO2 (%)
Kanula nasal 1 0,24
2 0,28
3 0,32
4 0,36
5 0,40
6 0,44
Masker oksigen 5-6 0,40
6-7 0,50
7-8 0,60
Masker dengan kantong udara 6 0,60
7 0,70
8 0,80
9 ≥ 0,80
10 ≥ 0,80
 Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02
jaringan yang diikuti gangguan metabolisme dan
sebagai bentuk Hipoksemia, secara umum pada:
1. Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun
2. Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat,
nafas dalam, bernafas dengan otot tambahan)
3. Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
Indikasi klinisnya:
 Henti jantung paru
 Gagal nafas
 Gagal jantung atau ami
 Syok
 Meningkatnya kebutuhan O2 (luka bakar, infeksi
berat, multiple trauma)
 Keracunan Co
 Post operasi, dll
Metode pemberian O2
Sistem Aliran Rendah
1. Kateter Nasal Oksigen : Aliran 1 6 liter/ menit
menghasilkan oksigen dengan konsentrasi 24-44 %
tergantung pola ventilasi pasien.
Bahaya : Iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung,
kemungkinan distensi lambung, epistaksis.
2. Kanula Nasal Oksigen: Aliran 1 -6 liter / menit
menghasilkan 02 dengan konsentrasi 24 -44 % tergantung
pada pola ventilasi pasien.
Bahaya: Iritasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri
sinus dan epitaksis
3. Sungkup muka sederhana
 Oksigen: Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan 02
dengan konsentrasi 40 -60 %.
 Bahaya: Aspirasi bila muntah, penumpukan C02 pada
 aliran 02 rendah, Empisema subcutan kedalam
jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan nekrose,
apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
4. Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02
 Oksigen: Aliran 8-12 l/menit menghasilkan oksigen
dengan konsentrasi 60 -80%.
 Bahaya: Terjadi aspirasi bila muntah, empisema
subkutan kedalam jaringan mata pada aliran 02 tinggi
dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu
ketat.
5. Sungkup muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02
 Oksigen: Aliran 8-12 l/menit menghasilkan
konsentrasi 02 90 %.
 Bahaya: Sama dengan sungkup muka "Rebreathing"
SistemAliran tinggi
1. Sungkup muka venturi (venturi mask)
 Oksigen: Aliran 4 -14 It / menit menghasilkan
konsentrasi 02 30 -55 %.
 Bahaya: Terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis
karena pemasangan sungkup yang terialu ketat.
2. Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag)
 Oksigen:Aliran lebih dan 10 V menit menghasilkan
konsentrasi 02 100 %.
 Bahaya: Penumpukan air pada aspirasi bila muntah
serta nekrosis karena pemasangan sungkup muka
yang terialu ketat.
Efek samping pemberian O2
1. Oksigen sendiri tidak membakar tetapi adanya O2 berlebihan
dalam udara kamar bila ada sumber api akan meningkatkan
resiko kebakaran.
2. Hipoventilasi:
 Penderita COPD(PPOM) pengendalian pusat nafas sentral oleh
hipoksia (hypoxic drive) maka bila hipoksia dihilangkan tidak
ada rangsangan pada pusat nafas terjadi hipoventilasi sampai
apnoe.
3. Hipoksia bisa terjadi kalau oksigen diberikan dengan tekanan
tinggi secara mendadak.
4. Atelektase terjadi oleh karena pengusiran nitrogen dari alveoli
akibat pemberian oksigen konsentrasi tinggi hampir 100% dalam
waktu yang lama.(>24 jam)
 Gas nitrogen biasanya meregang dinding alveoli
5. Keracunan oksigen :
 Bisa menyeluruh dan bisa setempat.
 Karena pemberian O2 dengan PaO2 >100 torr dalam waktu
lama(bervariasi untuk setiap individu), pada keadaan akut
bisa terjadi kejang dan pada keadaan kronis gejala
nyeri retro sternal, parestesia, mual dan muntah. Pada
bayi prematur bisa terjadi retrolental fibroplasia karena
penyempitan pembuluh darah retina akibat fibrosis.
 Keracunan lokal terjadi kerusakan sel epitel kapiler paru
sehingga difusi terganggu. Pencegahan jangan memberi
oksigen konsentrasi >50% lebih dari 24 jam dan setiap
pemberian oksigen konsentrasi tinggi harus dipantau
PaO2.
Bahaya terapi O2
 Keracunan 02 pada pemberian jangka lama dan
berlebihan dapat dihindari dengan pemantauan AGD
dan Oksimetri
1. Nekrose C02 ( pemberian dengan Fi02 tinggi) pada
pasien dependent on Hypoxic drive
 misal kronik bronchitis, depresi pernafasan berat
dengan penurunan kesadaran . Jika terapi oksigen
diyakini merusak C02, terapi 02 diturunkan perlahan-
lahan karena secara tiba-tiba sangat berbahaya
2. Toxicitas paru, pada pemberian Fi02 tinggi
(mekanisme secara pasti tidak diketahui). Terjadi
penurunan secara progresif compliance paru karena
perdarahan interstisiil dan oedema intra alviolar
3. Retrolental fibroplasias. Pemberian dengan Fi02
tinggi pada bayi premature pada bayi BB < 1200 gr.
Kebutaan
4. Barotrauma ( Ruptur Alveoli dengan emfisema
interstisiil dan mediastinum), jika 02 diberikan
langsung pada jalan nafas dengan alat cylinder
Pressure atau auflet dinding langsung.
PEMANTAUAN TERAPI O2
1. Warna kulit pasien. Pucat/ Pink / merah membara.
2. Analisa Gas Darah (AGD)
3. Oksimetri
4. Keadaan umum

Anda mungkin juga menyukai