Oleh :
Arisda Oktalia, S.Ked 04084821921040
Nur Azizah, S.Ked 04084821921121
Pembimbing:
dr. Wiria Aryanta, Sp.OT(K)Hand, M.Kes
DEPARTEMEN BEDAH
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019
OUTLINE
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Penurunan Kesadaran
Primary Survey
A : Clear
B : RR 20x/menit
C : HR 63x/menit
TD 120/70 mmHg, SpO2 99%, Suhu
36,5 0C
D : GCS E3M5V2, pupil isokor,
Refleks cahaya +/+
PEMERIKSAAN FISIK
SECONDARY SURVEY
Kepala : Normocephali.
Regio frontal :
I = Vulnus excoriatum di frontalis
Regio CMF :
I = Deformitas 1/3 wajah bagian tengah (+), hematom (+), depresi malar imminens
sulit dinilai. Tampak luka robek yang sudah dijait
P = Tidak teraba diskontinuitas pada rima orbita superior, rima orbita inferior, os
nasal, os zygoma, dan maxilla. Pada mandibula teraba diskontinuitas di corpus
mandibula. Gliding TMJ sulit dinilai.
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), visus sulit dinilai, gerakan bola mata
sulit dinilai.
Leher : Pembesaran KGB tidak ada, JVP (5-2) cmH2O
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
Auskultasi : Vesikuler (+/+) Wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (+), murmur sistolik (+),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
EKSTREMITAS
Regio femoralis sinistra
Regio Femoralis dextra
L = Tampak deformitas (+)warna kulit di
L = Tampak deformitas (+), luka terbuka
distal fraktur normal, perdarahan
ukuran 3 x 1 cm,
aktif (-), memar (+), bengkak (+).
F = Neurovascular Distal (NVD) baik,
F = Neurovasukal Distal (NVD) baik,
akral hangat, nyeri tekan (+)
akral hangat, nyeri tekan (+)
M = ROM aktif dan pasif terbatas
M = ROM aktif dan pasif terbatas
Riwayat Pasien
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Melitus (-)
Asma (-)
Hipertensi (-)
Penyakit jantung (+)
Alergi (-)
Riwayat Pengobatan
Hematologi
Ht 21 % 35-45 %
Faal Hemostasis
PT + INR
NR 1,15
APTT
Metabolisme Karbohidrat
Ginjal
Elektrolit
Kesan : Fraktur 1/3 medial comminutive Kesan : Fraktur 1/3 medial comminutive
displaced displaced
DIAGNOSIS KERJA
Cedera kepala sedang GCS 10 + fraktur corpus mandibula dextra +
fraktur terbuka femur dextra 1/3 medial + fraktur tertutup femur sinistra
1/3 distal
TATA LAKSANA
Head up 300
IVFD D5 = 2 : 1 gtt XX/m
Mannitol 20% 100cc/6 jam
O2 10L/m NRM
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ceftriaxone 1 g /12 jam
Oral hygiene : sikat gigi 2x/hari, kumur dengan povidone iodine
10% 4x/hari
Debridement lokal
Skin traction femur kanan
Skeletal traction femur kiri
Pro ORIF elektif
FOLLOW UP
17 Oktober 2019
S : Pasien gelisah
O : Sensorium E4M5V3 TD 120/70 mmHg Nadi 84x/m
Napas 18x/m Suhu 36,50 C
Regio femur dextra : Terpasang skin traction beban 4,5 kg
Regio femur sinistra : Terpasang skeletal traction beban 7 kg
A : Cedera Kepala Sedang GCS 10 + Fraktur Corpus Mandibula Dextra +
FrakturTerbuka Femur Dextra 1/3 Medial + Fraktur Tertutup Femur Sinistra 1/3
Distal
P : Head up 300 IVFD NaCl 0,9 % gtt XX/m
O2 nasal canule 2L/m Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam IV
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam Pro ORIF femur sinistra
Pro ORIF mandibula
TINJAUAN PUSTAKA
CEDERA KEPALA
CEDERA KEPALA
(Klasifikasi berdasarkan GCS)
Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari korteks tulang. Fraktur dapat
berhubungan dengan gerakan yag abnormal, cedera jaringan lunak, krepitus
tulang, dan nyeri.
Etiologi Fraktur
Fraktur akibat trauma
Fraktur akibat kelelahan atau tekanan berulang – biasanya pada atlet, penari
atau personil militer
Fraktur Patologik - osteoporosis, osteogenesis imperfekta atau penyakit paget
Fraktur akibat trauma
Direct Force
• Patahnya tulang dan kerusakan pada jaringan soft tissue.
• Patahnya tulang secara transverse atau terbentuk garis patahan seperti kupu-kupu
(butterfly fragmen).
Indirek Force
• Menyebabkan tulang patah pada bagian distal dari arah tekanan
JENIS FRAKTUR
SITE
1. Diafisis 3. Epifisisis
2. Metafisis 4. Intraarticular
EXTENT
1. Komplit
Tulang benar-benar patah menjadi dua fragmen atau lebih.
2. Inkomplit
Tulang terpisah secara tak lengkap dan periosteum tetap menyatu.
JENIS FRAKTUR
CONFIGURATION
1. Transverse 4. Fraktur Buckle
2. Segmental 5. Fraktur Greenstick
3. Spiral
JENIS FRAKTUR
Displacement
1. Displaced
2. Undisplaced
Usia
Mekanisme Trauma
Lingkungan (tempat kejadian)
Deformitas ( angulasi, rotasi, diskrepansi)
Gejala terkait cedera ( nyeri, bengkak, warna kulit, mati rasa)
Riwayat trauma sebelumnya
Riwayat kelainan muskuloskeletal
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
LOOK
Warna dan perfusi ekstremitas (memar, pucat)
Keadaan Luka (apakah kulit ditembus dan fraktur berkontak dengan kulit)
Bengkak
Perdarahan aktif
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
FEEL
Nyeri tekan (terlokalisir)
Suhu
Sensibilitas
Vaskularisasi di distal trauma (pulsasi dan CRT)
Pengukuran panjang tungkai
Menilai krepitasi dan gerakan abnormal tidak dianjurkan
MOVE
ROM aktif dan pasif
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
1. Traksi Kontinu
Traksi oleh gravitasi khusus ekstremitas atas, c/: arm sling
Traksi Kulit beban maks. 4-5 kg
Traksi Rangka Kawat atau pin dimasukkan - biasanya di belakang
tuberkulum tibialis untuk cedera pinggul, paha dan lutut, Traksi langsung pada
tulang dengan kekutan tarikan besar (9-14 kilogram)
TATA LAKSANA FRAKTUR TERTUTUP
Retaining / Imobilisasi
2. Cast Splinting/Gips – pada pemsangan harus waspada terhadap gips terlalu ketat,
penekanan luka, dan kekakuan pada sendi.
3. Cast Fungsional – mencegah kekakuan sendi sementara masih memungkinkan reduksi
pada area fraktur. Digunakan 3 – 6 minggu setelah fiksasi konvensional.
4. Fiksasi Internal - Fragmen tulang diperbaiki dengan sekrup, pelat logam yang
terpasang dengan sekrup, long intramedullary rod or nail (with or without interlocking
screws), circumferential bands atau kombinasi dari seluruh metode ini.
5. Fiksasi Eksternal - Fiksasi eksternal dilakukan dengan meletakkan screw yang
menembus tulang di atas dan di bawah area fraktur dan terpasang ke bingkai eksternal
TATA LAKSANA FRAKTUR TERTUTUP
Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional dari anggota gerak yang sakit agar dapat
berfungsi semaksimal mungkin. Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi
dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktifitas sehari-hari
diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.
TATA LAKSANA FRAKTUR TERBUKA
Tata Laksana Fraktur Terbuka
1. Sterilitas dan Antibiotik
2. Debridement
3. Penutupan luka
4. Stabilisasi fraktur
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
Penyembuhan dengan Penyambungan Tulang Langsung ( Primer ) Formasi
tulang baru osteoblastik terjadi langsung di antara fragmen.