Anda di halaman 1dari 41

BAB III

DAYA DUKUNG TANAH PONDASI


Disusun oleh:

KELOMPOK 3
Aulia Rahma Wardani (4.11.16.0.06)
Bondan Isdadi Pratama (4.11.16.0.07)
Doriano Nanduo Avica P. (4.11.16.0.08)
Dysa Carolina Putri S. (4.11.16.0.09)
3.1 Pengertian

Kapasitas/daya dukung tanah (bearing capacity)


adalah kekuatan tanah untuk menahan suatu beban
yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan
melalui pondasi. Sedangkan kapasitas/daya dukung
batas tanah (qu = qult = ultimate bearing capacity)
adalah tekanan maksimum yang dapat diterima
oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa
menimbulkan kelongsoran geser pada tanah
Gambar 3.1 Kapasitas Daya Dukung Tanah
Pondasi

• Gejala yang akan tampak apabila penimbunan dilakukan


pada lapisan tanah bawah yang buruk. Bila suatu timbunan
tinggi yang menimbulkan semacam tegangan geser sehingga
melampaui kekuatan tanah pondasi, maka timbunan tersebut
akan mulai tergelincir dan akhirnya menyebabkan
keruntuhan tanggul
Terdapat 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas dukung tanah,
yaitu :

• a. Keruntuhan geser umum (General Shear Failure)


Keruntuhan ini dapat terjadi pada satu sisi sehingga
pondasi miring dan tanah diatas pondasi mengembang
akibat desakan tanah dibawah pondasi, biasanya terjadi
pada tanah yang padat dan kaku (kompresibilitas rendah).

Gambar 3.1 Pola keruntuhan geser umum (General


Shear Failure).
b. Keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure)
Tanah di atas pondasi tidak terlalu mengembang karena
dorongan di bawah pondasi lebih besar dan kemiringan
pondasi tidak terlalu besar, biasanya terjadi pada tanah
lunak (kompresibilitas tinggi).

Gambar 3.2 Pola keruntuhan geser setempat (Local


Shear Failure).
c. Keruntuhan geser baji / penetrasi (Punching Shear Failure)

Keruntuhan ini terjadi akibat desakan di bawah dasar pondasi


disertai pergeseran arah vertikal sepanjang tepi. Kemiringan
pondasi sama sekali tidak terjadi dan pengembangan tanah di
atas pondasi tidak terjadi akibat penurunan yang besar di
bawah pondasi. Biasanya terjadi pada tanah sangat lunak atau
lunak (kompresibilitas tinggi) dan nilai qu sulit dipastikan.

Gambar 3.3 Pola Keruntuhan geser baji (Punching


Shear Failure)
Tanah mempunyai sifat untuk
meningkatkan kepadatan dan kekuatan
gesernya apabila mendapatkan tekanan.
Apabila beban yang bekerja pada tanah
pondasi telah melampaui daya dukung
batasnya, tegangan geser yang
ditimbulkan di dalam anah pondasi dan
melampaui ketahanan geser tanah pondasi
maka akan berakibat keruntuhan geser
dari tanah pondasi.
Pondasi Dangkal

Gambar 3.4 Kedalaman Pondasi

• pada pemasangan Df lebih kecil dari lebar pondasi (B)


• tanah pondasi di atas dasar pondasi dianggap
memberikan fungsi dalam pengontrolan daerah
plastis.
Persamaan Daya dukung batas yang dapat
diberikan oleh tanah pondasi untuk pondasi
menerus lurus dengan lebar (B) dikenal sebagai
rumus daya dukung terzaghi.

c = kohesi tanah penyangga pondasi


Nc, Nq, Ny = koefisien daya dukung masing2 tanah

Persamaan di atas hanya dapat digunakan untuk pasir padat,


kerakal, dan lempung keras.
Untuk keadaan dimana tanah pondasi adalah psir lepas atau
lempung buruk maka Nc’, Nq’, dan Ny’ menggunakan keadaan
geser setempat karena c dan ø pada keadaan ini lebih kecil dari
jenis pondasi dengan pasir padat, kerakal, dan lempung keras.
Nilai N’c, N’q, dan N’y
Apabila pondasi tidak lurus, dapat
menggunakan persamaan berikut :

Gambar 3.3 Koefisien Kapasitas Daya


Dukung
• Dengan bentuk segiempat/ bujur sangkar :

• Dengan bentuk lingkaran :


• Mengenai koefisien daya dukung Terzaghi memberikan harga-
harga yang berlainan untuk keadaan keruntuhan umum dan
keruntuhan setempat. Dalam prakteknya akan dijumpai
kesulitan untuk menduga macam keruntuhan apa yang terjadi.
Sehingga berdasarkan statistic pembebanan, Ohsaki
mengusulkan rumus untuk daya dukung batas yang merupakan
modifikasi dari rumus Terzaghi.
• Dengan α dan β adalah suatu faktor bentuk, yang
mempunyai harga pada tabel berikut :

• Dan koefisien daya dukung yang mengaami


perubahan mempunyai harga sebagai berikut :
Dalam merancang struktur yang aman
terhadap daya dukung batas, maka konsep
daya dukung batas dapat diterima. Konsep
ini didapat dari membagi daya dukung
batas dengan suatu harga factor keamanan.

Dengan membandingkan harga ini dengan gaya yang


bekerja pada tanah pondasi maka akan di dapat suatu
angka faktor keamanan
3.2 Efek Muka Air Tanah Pada Daya Dukung
• Jika muka air tanah pada jarak B atau lebih
dimana dasar dari telapak, permukaan air tanah
dianggap tidak mempunyai pengaruh
• Jika muka air tanah dibawah dasar dari telapak
tapi kurang dari jarak B dibawah dasar, harus
menggunakan suatu nilai yang diinterpolasi
linier dari berat efektif
• Jika permukaan air tanah berada diantara
dasar dari telapak dan permukaan tanah, kita
harus menggunakan suatu nilai yang
diinterpolasi linier dari berat unit efektif
3.3 Beban Yang Miring
Jika pada suatu telapak bekerja suatu beban yang
miring, beban yang miring tersebut dapat dirubah
menjadi komponen yang vertical dan horizontal.
Komponen yang vertical dan horizontal dapat digunakan
untuk analisa daya dukung sama seperti yang telah
diterangkan diatas.
Setelah daya dukung tersebut dihitung, hitungan
tersebut harus dibetulkan dengan suatu factor Ri,
Kestabilan dari telapak dengan adanya komponen yang
horizontal dan beban miring harus diperiksa dengan
menghitung factor keamanan terhadap geseran.
• Faktor Reduksi

----------------- untuk tanah yang kohesif (z/B 1)


__________ untuk tanah yang berbutir ( z/B 1 )
A = pondasi horizontal
B = pondasi yang miring
contoh
• Diketahui suatu pondasi bujur sangkar ( 1, 5 x 1,5 m)
yang dipergunakan untuk suatu beban yang miring
seperti gambar. = 30 , Q = 250 kN, angka sifat-
sifat tanah : = 19 kN/m3 , C = 100 kN/m2 (tanah
keras dan kohesif), = 19 kN/m3

• Ditanyakan : Hitunglah factor keamanan (F) terhadap


kelongsoran daya dukung untuk :
1.    Telapak seperti pada gambar
2.    Jika daerah kontak antara telapak dan tanah
berkemiringan 30 derajat
3.4 Pembebanan Eksentris

• Perencanaan dari suatu telapak menjadi agak lebih rumit jika


telapak tersebut harus menyokong suatu beban yang eksentris.
Beban-beban yang eksentris akibat dari beban-beban yang
berada dimana saja yang tidak terletak di titik sentral dari
telapak tersebut atau dari momen-momen yang bekerja, seperti
momen momen-momen yang berasal dari beban angin yang
bekerja pada suatu kolom yang tinggi pada bangunan tersebut.
Telapak-telapak dengan beban-beban yang eksentris dapat
dianalisa untuk menghitung daya dukung dengan
menggunakan 2 cara :
1. Konsep dari “lebar manfaat” (“useful width”) dan
2. Penggunaan dari “faktor-faktor pengurangan (“reduction
factor”)
• Dalam metode “useful width”,
hanya bagian telapak itu yang
simetris dengan beban itu yang
digunakan untuk menentukan
daya dukung dengan metode yang
biasa, dengan sisa telapak yang B-2eb

diabaikan. Jadi, dalam gambar


3.10 dengan beban eksentris yang eb
bekerja pada tempat yang B

ditunjukkan, daerah yang diarsir Q

merupakan daerah yang simetris


dengan beban tersebut, dan
D

digunakan untuk mendukung daya Gb. 3.10 Lebar manfaat


dukung. Daerah tersebut sama
dengan x (B-2eb) dalam contoh ini.
• Pada refleksi akan diselidiki
bahwa metode ini berarti secara
matematisnya daya dukung
menurun secara linier ketika ke
eksentrisannya (jarak eb dalam
gambar 3.12 meningkat).
Hubungan linier ini sudah tetap
dalam tanah kohesif. Tetapi dalam
tanah yang tidak kohesif reduksi
Gb. Reduksi Daya daya dukung hubungannya
Dukung menyerupai parabola. Hubungan
linier untuk tanah yang kohesif
dan hubungan parabolis untuk
tanah yang tidak kohesif
digambarkan dalam gambar 3.12.
Karena metode useful width
berdasarkan pada reduksi daya
dukung tanah linier maka
dianjurkan agar metode ini hanya
digunakan dalam tanah kohesif.
• Untuk menggunakan metode
faktor-faktor pengurangan
reduksi dihitung dengan
prosedur yang normal dengan
1,0
dugaan bekerja pada titik
0,8
Tanah kohesif
sentral dari telapak itu. Nilai
Faktor reduksi

0,6 Tanah berbutir butir ini kemudian diperiksa untuk


keeksentrisannya mengalikan
0,4

0,2

0 dengan suatu faktor reduksi


0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Perbandingan eksentris (Re) yang gambar 3.12
Gb. 3.12 Faktor Reduksi Re

• Contoh 3.5 memperlihatkan


bagaimana daya dukung dapat
dihitung untuk suatu beban
eksentris dalam suatu tanah
yang kohesif dari suatu metode
yang diterapkan di atas :
Contoh Soal
Diketahui :
• Suatu telapak bujursangkar berukuran 2,0 x
2,0 diletakkan pada kedalaman 1,5 m
dibawah permukaan tanah.
• Pada telapak bekerja suatu beban eksentris
sebesar 600 kN (lihat gambar 3.13)
• Tanah lapisan bawah terdiri dari suatu
endapan yang tebal dan terdiri dari tanah
yang kohesif dengan C = 80 kN/m2
z* = 18 kN/ m2
• Permukaan air tanah berada di tempat yang
dalam sekali dan pengaruhnya pada daya
dukung tanah dapat diabaikan.
Ditanya : hitung faktor keamanan
terhadap kegagalan daya dukung
dengan :
• Konsep dari useful width
• Menggunakan suatu faktor reduksi dari
gambar 3.12
Penyelesaian :
Konsep dari useful width (lebar manfaat) dari B
B – 2e
gambar 3.10 useful widthnya adalah 1,50 m

  ult = 1,3c Nc + . Zf Nq + 0,4 B N B ...................(persamaan 3.2)


q
Q =600 kN
200
Gunakana C>0, Ø = 0 analisa untuk tanah kohesif
Nc = 5,14; Nq = 1,0; Ny= 0; Y = c* = 18 kN/m3 e = 0,25

B = useful width
qult = 1,3 . 80 . 5,14 + 18 . 1,50 . 1 + 0,4 . 18 .
2-2x*0,25=1,5

200
1,50 .0
= 534,56 + 27 = 561,56 kN/m2
 
2. Menggunakan suatu faktor reduksi dari gambar 3.12

•• Perbandingan
  eksentris =
• Untuk tanah kohesif gambar 3.12 diketahui Re= 0,75
disini qult dihitung berdasarkan pada lebar yang efektif B :
• qult = 1,3c Nc + . Zf Nq + 0,4 B N B .............................
(persamaan 3.2)
= 1,3 . 80 . 5,14 + 18 . 1,50 . 1 + 0,4 . 18 . 2,0 .0
= 534,56 + 27 + 0
= 561,56

• qult diberikan untuk keeksetrisannya :


• qult x Re = 561,56 x 0,75 = 421,17
• q sebenarnya =
3.5 Uji Penetrasi Standar (SPT)

Uji Penetrasi Standar bertujuan untuk


mengetahui kedalaman lapisan tanah keras
serta sifat daya dukung setiap kedalaman tanah.
SPT ini merupakan suatu metode uji yang
dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran
untuk mengetahui kekuatan tanah maupun
pengambilan contoh tanah terganggu (disturb).
Dalam percobaan SPT ini terdapat beberapa istilah
diantaranya:

1. Jumlah pukulan
Adalah banyaknya pukulan palu setinggi 76 cm pada
setiap penetrasi 15cm.
2. Konus
Adalah ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut
(terbuka dan tertutup) untuk menahan perlawanan tanah.
3. Palu/pemberat
Adalah besi atau baja masif berbentuk silinder dan di
tengahnya berlubang lebih besar sedikit daripada
diameter pipa bor.
4. Split Barrel Sampler
Adalah alat berupa tabung yang dibelah dua dan ke dua
ujungnya dipegang dengan mur dan dipasang pada ujung
pipa bor pada waktu pelaksanaan pengujian SPT.
5. Perlawanan konus atau perlawanan daya dukung
(qc)
Nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi konus yang
besarnya sama dengan gaya vertikal yang bekerja pada
konus dibagi dengan luas ujung konus.
Contoh Alat Uji Penetrasi
Standar (SPT)
• Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke
dalam tanah yang bernama “split barrel sampler”

• Lalu disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan split


barrel sedalam 300 mm vertikal. Jumlah pukulan ini disebut dengan
nilai N (N number or N value).

• Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg,
yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m.

• Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut


setebal 150 mm untuk masing-masing tahap.
1.) Tahap pertama dicatat sebagai dudukan N1 nilai N1 tidak
diperhitungkan karena tanah masih kotor/bekas pengeboran
2.) Tahap kedua jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua
N2 dan ke-tiga N3 dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N
atau perlawanan SPT atau NSPT = N2 + N3 (dinyatakan dalam
pukulan/0,3 m).
3.) Kemudian nilai N tersebut dapat dikorelasikan dengan sifat-sifat
tanah yang sudah dilakukan penelitian.
Hubungan antara kepadatan, relative density,
nilai N, qc, dan ϴ
Kepadatan Relative Density Nilai N Tekanan Sudut geser
(Dr) konus qc dalam (ϴ°)
(kg/cm2)
Sangat Lembek < 0.2 <4 < 20 < 30

Lembek 0.2 – 0.4 4 - 10 20 - 40 30 - 35

Agak padat 0.4 – 0.6 10 – 30 40 - 120 35 - 40

Padat 0.6 – 0.8 30 - 50 120 - 200 40 - 45

Sangat padat 0.8 – 1.0 > 50 > 200 > 45


Hubungan antara konsistensi dengan tekanan
konus : Consistency Qone penetration Undrained
qc (kg/cm2) Cohesion (T/m2)

Very Soft < 2.5 < 1.25

Soft 2.5 – 5.0 1.25 – 2.50

Medium stiff 5.0 – 10 2.50 – 5.00

Stiff 10 – 20 5.00 – 10.00

Very Stiff 20 – 40 10.00 – 20.00

Hard > 40 > 20.00


Menentukan daya dukung pondasi Dangkal
Daya dukung ultimit (ultimit bearing capacity/qult)didefinisikan sebagai
beban maksimum per satuan luasdimana tanah masih dapat mendukung
beban tanpamengalami keruntuhan. 

Rumus Terzaghi Keterangan :

qult = Daya Dukung Ultimit


(Bila memakai data pengujian Laboratorium) Pondasi
qult = C.Nc + γb.Nq.Df + C = Cohesi Tanah
0,5.γb.B.Nγ γb = Berat Volume Tanah
Df = Kedalaman Dasar Pondasi
B = Lebar Pondasi dianggap
1,00 meter

Nc, Nq, Nγ = Faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh besar sudut
geser dalam.

Keterangan :
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) , langkah
q = qult / Sf q = Daya Dukung ijin Tanah
selanjutnya menghitung daya dukung ijin
qultTanah
= Dayayaitu
Dukung: Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya
diambil 3
Tabel Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi
Rumus Meyerhof
(Bila memakai data pengujian Sondir)
Keterangan :

qult = Daya Dukung Ultimit


qult = qc. B. (1 + Df/B). 1/40
Pondasi
qC = Nilai Conus
Df = Kedalaman Dasar Pondasi
B = Lebar Pondasi dianggap
1,00 meter

Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah


(qult) , langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin
Tanah yaitu : Keterangan :
q = qult / Sf
q = Daya Dukung ijin Tanah
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya
nilainya diambil 3
3.6 Nilai-nilai dengan daya dukung aman
Jenis Tanah Kering Tenggelam
(kN/m2) (kN/m2)
Pasir gradasi yang mampat dan campuran pasir 500 250
kerikil
Pasir gradasi yang lepas dan campuran pasir 300 150
kerikil
Pasir sejenis yang mampat 300 150
Pasir sejenis yang lepas 160 80
Lempung batu besar yang sangat kaku dan 500
lempung keras dengan suatu struktur yang
shaly
Lempung kaku dan lempung berpasir 300
Lempung lunak dan lumpur 160
Lempung sangat lunak dan lumpur kering 25
tenggelam
SEKIAN dan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai