Anda di halaman 1dari 33

AlifaFitri Vianisha Mushaf Q Zaman

(032016036)
Achef Fajar Sidiq
Ressa Oktaviani (032016003)
Riska Lestari
Sindrom geriatric
Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau
tanda klinis, dari satu atau lebih penyakit yang sering
dijumpai pada pasien geriatric atau lansia
Inkontinensia Urine

Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak


terkendali sehingga menimbulkan masalah higienis dan
social.
Inkontinensia Dapat Dibagi Menjadi 2
1. Inkontinensia urine akut (Transient incontinence)
terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan
dengan kondisi sakit akut atau masalah iatrogenic menghilang jika kondisi
akut teratasi. Penyebabnya yaitu
a. Delirium atau kebingungan
b. Infection : infeksi saluran kemih seperti urethritis
c. Atrophic Uretritis atau Vaginitis
d. Pharmaceuticals : dapat karena obat-obatan, seperti terapi diuretik
e. Psychological Disorder : seperti stres, depresi, dan anxietas
f. Excessive Urin Output : karena intake cairan, alkoholisme diuretik,
pengaruh kafein.
g. Restricted Mobility
h. Stool Impaction
Cont..
2. Inkontinensia urin kronik (persisten):
tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung dengan lama
(lebih dari 6 bulan) ada 2 penyebab, yaitu :
a. menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif
b. kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi
otot detrusor
Tipe Tipe Inkontinensia Urine Persisten
Menurut (Setiati, 2007).

1. Inkontinensia urin tipe stress


2. Inkontinensia urin tipe urge
3. Inkontinensia urin tipe overflow
4. Inkontinensia urin tipe fungsional
1. Adanya tumor, batu, atau radang atau
infeksi.
Etiologi 2. Kerusakan pada pusat miksi di pons
3. Melemahnya otot dasar panggul
dan 4. Penurunan estrogen
Faktor 5. Merokok
Risiko 6. Konsumsi kafein dan alkohol
Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia urine.
1. Antibiotik di berikan jika inkontinensia disebabkan karena adanya
infeksi.
2. Obat antikolinergik diberikan untuk memperbaiki fungsi kandung
kemih dan mengobati spasme kandung kemih jika dicurigai adanya
ketidakstabilan otot destrusor.
3. Obat Antispasmodik diberikan untuk hiperrefleksia destrusor
aktivitas otot polos kandung kemih.
4. Esterogen diberikan jika ada vaginitis atrofik
Cont..
b. Terapi nonfarmakologi
1. Latihan bladder training untuk memperpanjang interval
berkemih yang normal dengan teknik distraksi atau teknik
relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari
atau 3-4 jam sekali.
2. Latihan otot dasar panggul (Kegel Excercise).
3. Habit Training bermanfaat bagi pasien demensia atau pasien
yang mengalami kerusakan kognitif, hal ini mencakup menjaga
jadwal berkemih yang tetap.
4. Toileting terjadwal
5. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi.
Diagnosa Dan Intervensi
Dx : Gangguan
eliminasi urine
b.d tidak
Intervensi : adanya sensasi
1. Kaji kebiasaan pola berkemih untuk
2. Ajarkan untuk membatasi masukan cairan berkemih dan
pada malam hari kehilangan
3. Ajarkan latihan toileting terjadwal kemampuan
4. Kolaborasikan dengan pemberian obat sesuai menghambat
indikasi kontraksi
kandung
kemih
Cont..
1. Pantau penampilan kulit
periostomal
Dx : Resiko 2. Ganti pakaian dalam setiap
kerusakan kali berkemih atau ketika
integritas pakaian dalam pasien basah
kulit b.d 3. Kolaborasikan dengan
pemberian obat apabila
irigasi terjadi tanda-tanda
kontras kerusakan integritas kulit.
oleh urine
Cont..
Intervensi :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan/pencucian perineal
2. Berikan perawatan perineal segera mungkin ketika pasien
berkemih
3. Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter indwelling
4. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine

Dx :Resiko infeksi b.d inkontinensia urine


Cont..
Dx : Gangguan pola tidur b.d nokturia pada malam hari

Intervensi :
1. Ciptakan suasana dan penerangan yang
cukup bagi lansia tidur
2. Ajarkan untuk membatasi masukan
cairan pada malam hari
3. Ajarkan latihan kegel excercise
4. Tingkatkan aktivitas lansia di siang hari
jika perlu seperti berkebun
5. Beritahu lansia tentang manfaat
istirahat
Instability (Instabilitas dan Jatuh)

Penyebab Jatuh Pada Lansia


Gangguan keseimbangan 1. Sinkop, hilang kesadaran
(instabilitas) akan mendadak.
memudahkan pasien geriatri 2. Drop attacks, Kelemahan tungkai
terjatuh dan dapat mengalami bawah mendadak yang
patah tulang menyebabkan jatuh tanpa
kehilangan kesadaran.
3. Proses penyakit, misal penyakit
akut : Kardiovaskular : aritmia,
sroke akut, gangguan kejang
4. penyebab yang dapat
diidentifikasi (Watson, 2003).
Manisfestasi klinis komplikasi

1. Cedera dan kerusakan Perlukaan (injury) : rusaknya jaringan


fisik lunak yang terasa sngat sakit berupa
2. Fraktur robek atau tertariknya jaringan otot,
3. Ansietas robeknya arteri atau vena, Patah tulang
4. Depresi (fraktur), pelvis, femur, humerus, lengan
bawah, tungkai bawah, kista, Hematoma
5. Hilangnya
subdural Disabilitas
kemandirian (Nugroho,
2000)
6. Komplikasi
Cara Pencegahan
1. Identifikasi faktor resiko.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
3. Mengatur / mengatasi faktor situasional
4. Latihan fisik. Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh
dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki
keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap
bahaya lingkungan
5. Managemen obat-obatan
6. Modifikasi lingkungan
Diagnosa dan intervensi
Dx : Risiko tinggi cedera/jatuh yang berhubungan dengan perubahan
mobilisasi, penataan lingkungan fisik di rumah, penurunan sensori.

Intervensi :
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur,
dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang
baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya
ditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Cont..
Intervensi :
1. Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatan
2. Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3. Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur
4. Bila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan
alat Bantu untuk berjalan
5. Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang /diuretic
6. Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu
7. Usahakan ada yang menemani, jika berpergian

Dx : Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh.


Cont..

Intervensi :
1. Orientasikan klien pada tempat yang
Dx ditinggalinya saat ini
Gangguan 2. Kaji klien keterbatasan gerak lansia
mobilitas 3. Berikan alas kaki yang tidak licin
fisik b/d 4. Pasang pengaman tempat tidur
terutama pada klien dengan penurunan
penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
kekuatan 5. Anjurkan lansia memakai alat bantu dan
sendi. sesuaikan ukurannya
6. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin
(Kozier, 2004:679)
Malnutrisi
Definisi
Etiologi

Malnutrisi adalah
keadaan dimana 1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan
akibat kerusakan gigi atau ompong
tubuh tidak 2. Berkurangnya indera pengecapan
mendapat asupan mengakibatkan penurunan terhadap citra rasa
gizi yang cukup. manis, asin, asam dan pahit
3. Esophagus/tenggorokan mengalami pelebaran
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
5. Gerak usus/ gerak peristaltic lemah dan
biasanya menimbulkan konstipasi
6. Penyerapan makanan diusus menurun
1. Tinggal sendiri
2. Kelemahan fisik
3. Kehilangan
Faktor 4. Depresi
Risiko 5. Pendapatan yang rendah
6. Penyakit saluran cerna
7. Penyalahgunaan alcohol
8. Obat-obatan
Polifarmasi

Penyebab Polifarmasi
Polifarmasi (jumlah obat
≥5 macam) dapat
mengakibatkan interaksi 1. Obat yang diresepkan oleh
antarobat dan efek beberapa dokter
samping obat dan 2. Kurangnya koordinasi dalam
masalahmasalah yang pengelolaan pasien
juga berhubungan 3. Penambahan obat unuk
dengan obat menghilangkan efek samping
dan masalah yang berhubungan
dengan obat-obatan (drug-
related problem=DRP)
kerugian
1. Menimbulkan efek samping yang meningkat
2. Bila timbul efek samping, sulit membedakaan
penyebab dan mengacaukan gejala penyakit
pasien dengan gejala timbul dari efek samping
obat
3. Interaksi obat yang merugikan pasien
4. meningkatkan pengobatan biaya pasien
Katarak

Katarak adalah kekeruhan katarak dibagi menjadi


pada lensa tanpa nyeri yang
berangsur-angsur
1. Katarak konginetal, katarak yang
penglihatan kabur akhirnya terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
tidak dapat menerima 2. Katarak hipermatur, merupakan proses
cahaya (Barbara C.Long, degenerasi lanjut sehingga korteks
1996). lensa mencair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa.
3. Katarak komplikasi, terjadi akibat
komplikasi penyakit lain. Penyakit intra
okular atau penyakit umum.
4. Katarak traumatik, terjadi akibat
bentura atau trauma lainnya.
Tanda Dan Gejala

Pandangan silau yang


Kehilangan penglihatan secara membutakan akibat lampu sorot
betahap dan tidak nyeri.
mobil di malam hari

Kemungkinan memiliki
Penglihatan baca yang buruk
penglihatan pada cahaya
yang redup dibanding terang

Pandangan silau yang Area putih ke abu-abuan


mengganggu dan penglihatan dibelakang pupil
buruk pada sinar matahari yang
terang
Etiologi

Trauma terjadi oleh


karena pukulan benda
Ketuaan biasanya Penyakit mata seperti
tajam/tumpul,
dijumpai pada senilitis uveitis.
terpapar sinar X atau
benda-benda radioaktif

Penyakit sistemik Defek kongenital


seperti DM
Pemeriksaan Penunjang
1. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa
tumor, karotis, glukoma
2. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
3. Pengukuran Genioskopi membedakan sudut terbuka dai
sudut tertutup glukoma
4. Tes provokatif : menentukan adanya/tipe glaukoma
5. Oftalmoskopi : mengkaji struktur intrnal okuler, atropi
lempeng optik papiledema, perdarahan
6. Darah lengkap, LED menunjukkan anemi sistemik/infeksi
7. EKG, kolesterol serum, lipid, kontrol DM
Pengobatan

Macam-macam operasi katarak


1. Terapi penyebab
katarak. 1. Intra capsular : Intra catarax extraction (ICCE)
2. Penggunaan mengeluarkan lensa secara utuh.
kacamata. 2. Ekstra capsular : Extra capsular catarax
3. Pembedahan extraction (ECCE) mengelluarkan lensa
katarak dengan dengan merobek kapsul bagian anterior dan
indikasi hasil meninggalkan kapsul bagian posterior. dapat
visus, medis, dan disertai pemasangan lensa implantintra
apabila aktivitas
pasien sudah okuler (IOL=Intra Okuler Lens). Sehingga hasil
terganggu. operasi menjadi lebih baik.
Diagnosa dan intervensi

Intervensi :
1. Gunakan pendekatan yang
Dx. Ansietas
tenang dan meyakinkan
b.d kehilangan 2. Memberi informasi
pandagan faktual tentang diagnosis,
komplet, pengobatan, dan
jadwal prognosis
pembedahan
3. Berusaha untuk
memahami perspektif
pasien dari situasi stress
Cont..
Intervensi :
1. Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
Dx. Risiko
2. Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien sesuai cedera b.d
dengan kondisi fisik dan peningkatan
fungsi kognitif pasien dan tekanan intra
riwayat penyakit terdahulu
pasien orbital (TIO)
3. Menganjurkan keluarga
untuk terus menemani
pasien
Cont...

dx. Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau


kesalahan interpretasi informasi yang sudah didapat

Intervensi
1. Berikan penilaian tingkat pengetahuan pasien terhadap
penyakitnya
2. Jelaskan secara rinci penyakit dengan cara yang tepat dan
bahasa yang jelas (penkes)
3. Diskusikan tentang pilihan pengobatan atau terapi
Cont..

Intervensi
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Inspeksi kulit dan membran mukosa
3. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
4. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu

Dx risiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasif


(bedah pengangkatan katarak)

Anda mungkin juga menyukai