Anda di halaman 1dari 9

STUDY SURVEILANS

EPIDEMIOLOGI MALARIA
DOSEN PENGAMPU :
MARTA BUTAR BUTAR, SKM.

KELAS : 4A

KELOMPOK 4 :
- SASKIA HULAILA (N1A118006)
- NURMISBAHURROYAN (N1A118014)
- YUNITA MISDAYANI (N1A118015)
- MAULIDIYYAH FITRI (N1A118016)
- DIAN MEISA FITRI (N1A118022)
- ISABELLA J BARINGBING ( N1A118030)
• Outline:
• PENDAHULUAN
• Keberhasilan suatu program terkait dengan dukungan kinerja petugas kesehatan
puskesmas dalam menjalankan sistem surveilans yang tepat. untuk itu
pengumpulan data, kompillasi data, pengolahan data, analisis data, interpretasi dan
penyebarluasan informasi yang terkait dengan malaria perlu dilaksanakan terus
menerus dan berkesinambungan , untuk memberikan informasi yang berguna
dalam menentukan langkah -langkah intervensi yang tepat.

• Berdasarkan data WHO, di Indonesia setiap tahun ditemukan lebih 6 juta penderita
dengan 700 kematian. Hampir 70 juta penduduk ( 35 % dari jumlah penduduk di
Indonesia) tinggal di daerah yang beresiko terhadap penularan malaria
• Pada tahun : - 2006  2 Juta kasus ( Jumlah penderita positif 350 ribu
kasus)
- 2007  1, 75 juta kasus ( Jumlah penderita positif 311 ribu
kasus)

• Target Annual Malaria Incidence (AMI) yang diharapkan pada tahun 2010 5 per 1000
populasi

-
• PELAKSANAAN SURVEILANS

1. PENGUMPULAN DATA
Kegiatan pengumpulan data sudah dilakukan oleh semua puskesmas
berdasarkan sumber data yang ada. Kebanyakan responden melaksanakan
kegiatan ini secara pasif. sedangkan pengumpulan data secara aktif sejak
tahun 2006 – 2008 jarang dilakukan karena pengumpulan data secara aktif
dilakukan hanya apabila ada kegiatan program yang memiliki sumber dana.
2. PENGOLAHAN DATA
Hasil penelitian kegiatan pengolahan data 14 puskesmas (63,6 %) melakukan
pengolahan data secara manual. Pengolahan data tingkat puskesmas sangat
jarang dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi. Alasannya,
menurut petugas belum adanya sara berupa perangkat komputer di
puskesmas sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya pengolahan
data secara komputerisasi.
Lanjutan…..
Jika sistem komputerisasi terlaksana maka penyebaran dan jumlah penderita malaria
baik penderita malaria klinis dan positif dapat diketahui dengan mudah selain itu,
pengolahan data yang lebih baik akan memberikan pengetahuan tentang peningkatan
atau penurunan jumlah penderita.
3. ANALISIS DAN INTERPRESTASI DATA
Analisis dan interpretasi data jarang dilakukan. Menurut petugas alasan utamanya
adalah dikarenakan menurut responden kegiatan surveilans hanya dilakukan bila ada
kasus yang muncul di masyarakat, sedangkan yang lainnya menjawab tidak tahu cara
melakukan analisis. Selain itu, terbatasnya tenaga yang ada di puskesmas mengakibatkan
adanya tugas rangkap sehingga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.
4. PELAPORAN DAN PENYEBARLUASAN DATA
Menurut hasil penelitian kegiatan pelaporan ke tingkat dinas kesehatan kabupaten
sudah dilakukan oleh semua puskesmas berdasarkan format laporan yang ada, namun
penyebarluasan data melalui kegiatan lintas sektor atau penyuluhan kepada masyarakat
serta melalui media elektronik atau media cetak sejak tahun 2006-2008 belum
dilaksanakan. Hal ini dikarenakan beberapa alsan salah satunya yaitu daerah tersebut
merupakan daerah pemekaran (kabupaten mamuju).
5. Evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk menilai program berhasil, gagal atau perlu ada
perbaikan. Contohnya hasil laporan pencapaian program. Kegiatan evaluasi
program surveilans malaria dilakukan bersamaan dengan evaluasi
keseluruhan program yang ada di puskesmas dengan interval waktu pada 6
bulan sampai 1 tahun. Dengan tolak ukurnya yaitu persentase cakupan
penemuan dan pengobatan penderita serta cakupan wilayah yang terjangkau
program.
• DISTRIBUSI MALARIA
1. DISTRIBUSI PENDERITA MALARIA MENURUT WAKTU
Distribusi malaria mengalami peningkatan kasus, yaitu:
 Tahun 2006 sebanyak 29,45% kasus
 Tahun 2007 sebanyak 33,01% kasus
 Tahun 2008 sebanyak 37,53% kasus
Hal ini dipengaruhi oleh keadaan iklim seperti curah hujan. Curah hujan yang
tinggi memberi pengaruh terhadap penyebaran malaria dimana terjadi
genangan air yang memungkinkan nyamuk anopheles untuk berkembang
biak.menurut penelitian yang dilakukan oleh arsunan, 2004 di pulau
kapoposang. Curah hujan tinggi mengakibatkan munculnya genangan air
secraa tiba-tiba yang akan digunakan oleh nyamuk sebagai tempat
perindukan. Air merupakan faktor utama kehidupan larva nyamuk.
Kemampuan hidup dari spesies nyamuk dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu tersedianya sumber bahan makananan, adanya tempat berkembang
biak yang sesuai serta tempat beristirahat.
2.DISTRIBUSI PENDERITA MALARIA MENURUT TEMPAT
Tingginya mobilitas penduduk yang keluar masuk memberi pengaruh
terhadap perubahan pola penyakit. Selain itu, rawa yang cukup luas menjadi
salah satu alasan penyebaran malaria. Peningkatan jumlah penderita malaria
dan munculnya kejadian luar biasan berkaitan dengan tingkat mobilitas
penduduk suatu wilayah, perubahan lingkungan yang menyebabkan
perluasan tempat perindukan nyamuk malaria serta adanya perubahan iklim.
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai