Anda di halaman 1dari 19

KRIMINOLOGI

ANALISIS KASUS
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(KDRT)
TIM PENYUSUN

Wanda Ardiansyah Dory Yolanda


Dinda Noer Fadzilah Fajar Rizki M
Heru Faktio A Ade Mudhoffar
Ihsan Imaduddin Nur Anisah
Nurul Azlinda Anggi Dwi Safitri
APA ITU KRIMINOLOGI ?

Kriminologi berasal dari kata “Crimen“ yang memiliki arti sebagai


penjahat atau kejahatan. Dan kata “Logos” yang mempunyai arti ilmu
pengetahuan. Jika di gabungkan kedua kata ini menjadi Criminology dalam
bahasa Indonesia adalah kriminologi artinya ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang penjahat dan kejahatan. Pertama kali istilah kriminologi
digunakan oleh seseorang antropologi perancis yang bernama Paul Topinard
(1830-1911), istilah yang digunakan sebelumnya adalah “antropologi kriminil.
ALIRAN KRIMINOLOGI

• KRIMINOLOGI KLASIK
Ajaran klasik ini merupakan adanya pemikiran bahwa pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas ( Free Will ) yang
mana dalam bertingkah laku ia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan
segala tindakan berdasarkan ke inginan nya ( Hedonisme ) dengan makna lain
manusia dalam berprilaku di pandu di pandu oleh dua hal yakni penderitaan
Dan Kesenangan yang menjadi resiko dari tindakan yang dilakukan nya .
Dalam hal ini hukuman di jatuhkan berdasarkan tindakan nya bukan kesalahan
nya.
ALIRAN KRIMINOLOGI

• KRIMINOLOGI POSITIVE
Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia
ditentukan oleh faktor-faktor di luar kontrolnya, baik yang bempa faktor biologik maupun
kultural. Ini berarti bahwa manusia bukan mahkluk yang bebas untuk menuruti dorongan
keinginannya dan intelegensinya, akan tetapi mahkluk yang dibatasi atau ditentukan
perangkat biologiknya dan situasi kulturalnya. Manusia berkembang bukan semata-mata
kerena intelegensinya, akan tetapi melalui proses yang berjalan secara perlahan-lahan dari
aspek biologiknya atau evolusi kultural. Aliran pemikiran positive ini menghasilkan dua
pandangan yang berbeda yaitu determinis biologik yang menganggap bahwa organisasi
sosial berkembang sebagai hasil individu dan perilakunya dipahami dan sebagai
pencerminan umum dan warisan biologik. Sebaliknya determinis kultural menganggap
perlikau manusia dalam segala aspeknya selalu berkaitan dan mencerminkan ciri-ciri
dunia sosio kultural secara relatif tidak tergantung pada dunia biologik, dalam arti
perubahan pada yang satu tidak berarti sesuai atau segera menghasilkan perubahan pada
lainnya. Perubahan kultural diterima sebagai sesuai dengan bekerjanya ciri-ciri istimewa
atau khusus dari fenomena kultural daripada sebagai akibat dari keterbatasan-keterbatasan
biologik semata. Dengan demikian biologi bukan penghasil kultur, begitu juga penjelasan
biologik tidak mendasari fenomena kultural.
ALIRAN KRIMINOLOGI

• NEO KLASIK
Aliran neo klasik berkembang pada abad ke 19. Ia mempunyai basis
pemikiran yang sama dengan aliran klasik, yakni kepercayaan pada kebebasan
pada kebebasan berkehendak manusia. Doktrin dasarnya sama dengan aliran
klasik, yakni bahwa manusia adalah mahkluk mempunya rasio, berkehendak
bebas karenanya bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatannya. Meski
demikian, terdapat sejumlah revisi yang dilakukan terhadap inti ajaran aliran
klasik. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :

A. Perubahan pada doktrin kehendak bebas. Bagi aliran neo klasik, dalam
melakukan suatu perbuatan jahat, pelaku tidak hanya ditentukan free-will
semata, tetapi juga dipengaruhi oleh :
ALIRAN KRIMINOLOGI

 Patologi, ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain-lain keadaan yang
mencegah seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya.
 Premeditasi, niat yang dijadikan ukuran dari kebebasan kehendak, akan tetapi hal
iniberkaitan dengan hal-hal yang aneh (irrasional). Sebab, jika benar maka pelaku
tindak pidana baru (untuk pertama kali) harus dianggap lebih bebas untuk memilih
daripada residivis yang terkait oleh kebiasaan-kebiasaannya, oleh karena itu harus
dihukum lebih berat.
B. Pengakuan adanya keadaan-keadaan atau keadaan mental dari individu.
C. Cerubahan doktrin tanggungjawab sempurna yang mendasari pembalasan dalam
aliran klasik. Bagi pemikir neo klasik, kesalahan tidak boleh ditimpahkan sepenuhnya
kepada pelaku. Sebab, bias saja seorang melakukan kejahatan karena factor lain seperti
kegilaan, kedunguan, usia dan lain-lain keadaan yang mempengaruhi “pengetahuan dan
niat” pada waktu seseorang melakukan kejahatan.
D. Dimasukkan keterangan ahli dalam dalam acara pengadilan untuk menentukan
besar tanggungjawab, apakah si terdakwa mampu memilih antara yang benar dan yang
salah.
ALIRAN KRIMINOLOGI

• KRIMINOLOGI KRITIS
Pemikiran kritis yang dikenal dalam berbagai disiplin ilmu seperti politik,
ekonomi, sosiologi dan filsafat, mucul pada beberapa dasawarsa terakhir ini. aliran
pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah perilaku manusia itu bebas
atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada mempelajari proses-proses manusia
dalam ( membangun dunianya dimana dia hidup. Kriminologi kritis misalnya berpendapat
bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi sosial, artinya manakala masyarakat
mendefinisikan tindakan tertentu sebagai kejahatan, maka orang-orang tertentu dan
tindakan-tindakan mungkin pada waktu tertentu memenuhi batasan sebagai kejahatan. Ini
berarti bahwa kejahatan dan penjahat bukanlah fenomena yang berdiri sendiri yang dapat
diidentifikasikan dan dipelajari secara obyektifoleh ilmuwan sosial, sebab dia ada hanya
karena hal itu dinyatakan sebagai demikian oleh "masyarakat". Oleh karenanya
krimmologi kritis mempelajari proses-proses dimana kumpulan tertentu dari orang-orang
dan tindakan-tindakan ditunjuk sebagai kriminal pada waktu dan tempat tertentu.
kriminologi kritis bukan sekedar mempelajari perilaku dari orang-orang yang
didefinisikan sebagai kejahatan, akan tetapi juga dari perilaku dari agen-agen kontrol
sosial (aparat penegak hukum), disamping mempertanyakan dijadikannya tindakan-
tindakan tertentu sebagai kejahatan
ANALISA KASUS
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(KDRT)
BERDASARKAN ALIRAN-ALIRAN YANG ADA DALAM
KRIMINOLOGI
Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Berjudul
“ Berantem, Suami Tusuk Jari Tangan dan Jari kaki Istri ”

Rendi (18) dan Desi Lasar Diyanti (18) yang merupakan suami istri
bertengkar untuk memperebutkan hak asuh anak mereka. Korban tidak mau
menyerahkan anaknya dengan alasan suaminya tidak bekerja dan anaknya
masih kecil Karena merasa kesal tidak bisa mendapatkan anaknya, pelaku
langsung mengambil pisau di dapur dan menikam jari dan kaki korban hingga
terluka Karena tidak terima dengan tindakan suaminya tersebut, akhirnya
korban melaporkan kejadian itu ke Polres Pangkal pinang. Laporan mengenai
tindak kekerasan tersebut sudah diterima Polres Pangkal pinang dan saat ini
pelaku masih dalam pengejaran pihak kepolisian.
DASAR HUKUM TERHADAP KDRT

• Beranjak pada hukum positif Menurut UU No 23 Tahun 2004 tentang PKDRT


(Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Pasal 1 Butir
1, KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga.
• Kekerasan fisik pada perempuan tampaknya perlu mendapat perhatian, karena
kondisi fisik dan psikis perempuan pada umumnya lebih rentan dibandingkan pria
(ditinjau dari segi anatomis dan fisiologis tubuh). Perbedaan kondisi anatomis dan
fisiologis antara pria dan perempuan memang bersifat alamiah. Hal ini
dimaksudkan agar pasangan pria dan perempuan saling melengkapi sesuai dengan
kodrat manusia khususnya dalam hal reproduksi (mneruskan keturunan).
Bagaimana Analisa Dari Kasus “ Berantem, Suami Tusuk Jari Tangan dan Jari
kaki Istri ” Dengan Pemahaman Kriminologi?

Dalam mengkaji KDRT perlu pendekatan dari aspek kriminologi,


diantaranya melalui sebab atau kausa kejahatan, antara lain:
A.Kriminologi Klasik
Aliran pemikiran ini mendasarkan pada pandangan bahwa intelegensi
dan rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi
penjelasan prilaku manusia, baik yang bersifat perorangan maupun
masyarakat. Dengan kriminologi airan klasik ini KDRT dapat dikaji melalui
intelegensi manusia, apakah perbuatan KDRT tersebut menyimpang atau
merupakan suatu kejahatan, dan apakah merupakan suatu perbuatan yang
dilarang oleh UU Pidana. Dalam hubungan dengan ini tugas Kriminologi
adalah untuk membuat pola dan menguji sistem hukuman yang dapat
meminimalkan terjadinya kejahatan.
Bagaimana Analisa Dari Kasus “ Berantem, Suami Tusuk Jari Tangan dan Jari
kaki Istri ” Dengan Pemahaman Kriminologi?

B. Kriminologi Positivis

Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia


ditentukan oleh faktor-faktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor biologik
maupun kultural. Ini berarti bahwa manusia bukan makhluk yang bebas untuk menuruti
dorongan keinginan dan intelegensinya, Dengan kriminologi aliran positivis ini, KDRT
dapat dikaji melalui analisa pada pelaku baik pada faktor biologicnya, yaitu
perkembangan individu dan perilaku didasari oleh warisan biologis. Maupun dari faktor
kulturalnya, yaitu perkembangan individu dan perilaku berasal dari lingkungan
sekitarnya. Tugas kriminologi adalah menganalisis sebab-sebab perilaku kejahatan
melalui studi ilmiah terhadap ciri pelaku KDRT dari aspek sosial, dan kultural
Bagaimana Analisa Dari Kasus “ Berantem, Suami Tusuk Jari Tangan dan Jari
kaki Istri ” Dengan Pemahaman Kriminologi?

C. Kriminologi Kritis

Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah perilaku


manusia itu bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada mempelajari
proses-proses manusia dalam membangun dunianya di mana dia hidup. Dengan
menggunakan aliran kritis ini dapat mengkaji lebih mendalam mengenai KDRT, karena
telah melibatkan aspek politik, ekoomi dan social, aliran ini dapat mempelaari perilaku
dari pelaku dan juga perilaku dari aparat penegak hukum pada kasus KDRT ini. Tugas
kriminologi kritis adalah menganalisis proses-proses bagaimana cap jahat tersebut
diterapkan terhadap tindakan dari pelaku KDRT. Keterkaitan kasus KDRT dengan
kriminologi dapat dikaji melalui tipe-tipe kejahatan (Criminal Typology) yaitu:
• The episodic criminal ialah pelaku kejahatan yang melakukan kejahatan karena
dorongan emosi yang sangat hebat. Pada kasus KDRT tersebut, pelaku menusuk jari
tangan dan jari kaki isterinya dikarenakan oleh emosi yang timbul setelah
pertengkaran hebat yang terjadi pada keduanya
.
• Penjahat individu ialah penjahat yang di dalam melakukan kejahatannya bertindak
sendiri tanpa di bantu oleh orang lain atau tanpa bekerja sama dengan orang lain.
Pada kasus KDRT tersebut, pelaku melakukan perbuatannya sendiri tanpa bantuan
orang lain.
• Penjahat Biasa adalah orang melakukan kejahatan dengan cara yang sederhana,
tidak terorganisir, serta dalam melakukan kejahatannya juga tidak mengunakan
cara–cara yang prefesional. Pada kasus KDRT tersebut pelaku melakukan kejahatan
yaitu menusuk dengan cara yang sederhana dan tidak menggunakan cara
professional.
• Dalam konteks penjahat Accidental sebenarnya pelaku kejahatan itu bukanlah
orang yang jahat, namun ia terpaksa melakukan kejahatan tersebut karena keadaan
tertentu. Pada kasus KDRT tersebut, pelaku bukanlah seorang penjahat, ditandai ia
bukan seorang narapidana atau residivis, pelaku melakukan kejahatan karena
tingkat emosi yang tidak bisa ia kendalikan.
FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN KASUS KDRT

• . Ekonomi
Dalam kasus di atas diketahui bahwa pelaku Rendi tidak bekerja, hal ini tentu
menyebabkan perekonomian keluarganya tergolong rendah dan menimbulkan
ketidakpercayaan isteri kepada suami untuk memberikan anak mereka yang masih
berumur 1 Tahun.
• Usia perkawinan Pada kasus ini diketahui bahwa Rendi (suami) dan Desi Lasar
Diyanti (isteri) diketahui sama-sama masih berumur 18 Tahun, hal ini dapat
menjadi faktor dari ketidakharmonisan hubungan suami isteri tersebut, akibat
belum matangnya usia mereka dalam berfikir dan bertindak. Sehingga
menyebabkan usia perkawinan tidak dapat berlangsung panjang dan kini mereka
telah pisah ranjang.
• Tidak ada bantuan pihak ke-3 Dikarenakan usia mereka masih dini yakni 18
Tahun, seharusnya ditengah permasalahan meraka ada pihak ke-3 yang menengahi
dan membantu menyelesaikan, sehingga tidak akan menimbulkan pertengkaran
yang berlangsung berkali-kali diantara keduanya tanpa ada penyelesaian yang baik.
SOLUSI PENYELESAIAN MASALAH KDRT

Pola penyelesaian menurut negara terhadap KDRT berbasiskan pada Undang-


undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Di dalam UU KDRT ini dijelaskan bahwa KDRT itu bentuk-bentuknya adalah:
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan psikologi
3.Kekerasan penelantaran, dan
4. Kekerasan seksual.

Jika terjadi KDRT, maka korban dapat melaporkan kepada kepolisian untuk
diproses hukum. Hanya perlu dijelaskan bahwa dalam konteks KDRT, pelapor tidak
saja korban (kategori delik aduan), tetapi keluarga ataupun siapa saja yang melihat dan
atau mengetahui adanya KDRT dalam suatu keluarga. Di dalam UU KDRT secara tegas
diuraikan mengenai pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku jika terbukti
melakukan KDRT.
KESIMPULAN

1. Kronologi kasus adalah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga terjadi di


Kepulauan Bangka Belitung, pelaku adalah Rendi (18) warga Kelurahan Lontong
Pancur, terhadap istrinya, Desi Lasar Diyanti (18), pelaku menusuk jari tangan kiri
dan kaki kiri korban denga pisau dapur akibat pertengkaran rumah tangga
memperebutkan hak asuh anak.
2. Dalam mengkaji KDRT perlu pendekatan dari aspek kriminologi, diantaranya
melalui sebab atau kausa kejahatan, yaitu: Kriminologi klasik, kriminologi positivis
dan kriminologi klasik. Selain itu dapat pula ditinjau dari tipe kejahatan, KDRT
termasuk dalam tipe kejahatan The Episodic Criminal, Penjahat Accidental,
Penjahat Individual dan Penjahat Biasa.
3. Faktor penyebab dari kasus tersebut adalah: Faktor ekonomi, Usia perkawinan dini,
dan Tidak ada pihak ke-3 yang menengahi, selain itu terdapat pula faktor Nilai-nilai
budaya patriakal dan tatanan hukum yang belum memadahi.
Solusi penyelesaian dari kasus ini dapat diselesaika melalui penyelesaian oleh
Negara yang telah diatur dalam UU KDRT.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
JIKA HENDAK MENGENAL ORANG YANG BERILMU , BERTANYA DAN
BELAJARLAH TIADA JEMU
(GURINDAM DUA BELAS, PASAL 5, GUBAHAN RAJA ALI HAJI)

Anda mungkin juga menyukai