Ushul Fiqh-1-1
Ushul Fiqh-1-1
______________TUJUAN
TASYRI’______________
Contoh penerapan istihsan Syara’ melarang seseorang memperjual belikan atau
mengadakan perjanjian tentang sesuatu barang yang belum ada wujudnya, pada
saat jual beli dilakukan. Hal ini berlaku untuk seluruh macam jual beli dan
perjanjian yang disebut hukum kulli. Tetapi syara’ memberikan rukhshah
(keringanan) kepada pembelian barang dengan kontan tetapi barangnya itu akan
dikirim kemudian, sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan, atau dengan
pembelian secara pesanan (salam). Keringanan yang demikian diperlukan untuk
memudahkan lalu-lintas perdagangan dan perjanjian. Pemberian rukhshah kepada
salam itu merupakan pengecualian (istitana) dari hukum kulli dengan
menggunakan hukum juz-i, karena keadaan memerlukan dan telah merupakan
adat kebiasaan dalam masyarakat.
Yang berpegang dengan dalil istihsan ialah Madzhab Hanafi, menurut mereka
istihsan sebenarnya semacam qiyas, yaitu memenangkan qiyas khafi atas qiyas
jali atau mengubah hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa atau
kejadian yang ditetapkan berdasar ketentuan umum kepada ketentuan khusus
karena ada suatu kepentingan yang membolehkannya. Menurut mereka jika
dibolehkan menetapkan hukum berdasarkan qiyas jali atau maslahat mursalah,
tentulah melakukan istihsan karena kedua hal itu pada hakekatnya adalah sama,
hanya namanya saja yang berlainan.
ARGUMEN KELOMPOK ULAMA YANG MENOLAK ISTIHSAN
Sebagian ulama (fuqaha) telah menerima istihsan sebagai dalil hukum syara’.
Namun tidak sedikit diantara mereka yang menolaknya, yaitu ulama Syafi’iyah,
Zahriyah, Syi’ah dan Mu’tazilah. Mereka berargumen sebagai berikut:
Istihsan bukanlah metode yang dilandasi Al-Qur’an dan hadits melainkan suatu
upaya penetapan hukum dengan akal dan hawa nafsu. Apabila boleh berdalil
selain nash dan qiyas, itu berarti memberikan peluang kepada seseorang yang
tidak memiliki pengetahuan tentang nash dan qiyas untuk menetapkan hukum
berdasarkan istihsan dengan alasan mereka juga berakal. Imam Syafi’i
menegaskan bahwa orang yang menerapkan istihsan dalam menemukan
hukum berarti ia telah membuat-buat hukum syara’ yang baru.
Nabi Muhammad saw tidak pernah menetapkan hukum berdasarkan istihsan,
hal ini dapat dilihat ketika Rasulullah saw tidak pernah menjawab pertanyaan
yang ditujukan kepadanya perihal li’an dan zihar, pertanyaan itu tidak pernah
dijawab berdasarkan istihsan akan tetapi menunggu turunnya wahyu.
Istihsan tidak memiliki kriteria dan tolak ukur yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu istihsan tidak bisa diterima sebagai
sumber hukum kecuali jika didukung dengan adanya dalil dari Al-Qur’an dan
sunnah yang menunjukkan dapat diterimanya dalil ini. Sedang ini tidak
terdapat satu dalil pun yang menunjukkan hal itu.
ISTIHSAN PADA MASA SEKARANG
Istihsan digunakan oleh sekelompok ulama dalam menghadapi suatu kasus pada
keadaan tertentu merasa kurang puas jika menggunakan pendekatan yang berlaku
secara konvensional, seperti dengan menggunakan qiyas jali atau dalil umum menurut
cara-cara yang biasa dilakukan. Dengan cara konvensional itu, ketentuan hukum yang
dihasilkan kurang (tidak) mendatangkan kemaslahatan yang diharapkan dari
penetapan hukum. Dalam keadaan demikian, si mujtahid menggunakan dalil atau
pendekatan yang konvensional tersebut. Pendekatan yang mereka lakukan adalah
dalam bentuk ijtihad yang disebut istihsan.
Dan pada masa yang akan datang permasalahan kehidupan manusia akan semakin
berkembang dan semakin komplek, permasalahan itu harus dihadapi umat Islam yang
menuntut adanya jawaban penyelesaiannya dari segi hukum Islam. Kalau hanya
semata mengandalkan pendekatan dengan cara atau metode lama (konvensional)
yang digunakan oleh ulama’ terdahulu untuk mengahadapinya, mungkin tidak akan
mampu menyelesaikan semua permasalahan tersebut dengan baik (tepat). Karena itu,
si mujtahid harus mampu menemukan pendekatan atau dalil alternatif di luar
pendekatan lama. Oleh karena itu kecenderungan untuk menggunakan istihsan akan
semakin kuat karena kuatnya dorongan dari tantangan persoalan hukum yang
berkembang dalam kehidupan manusia yang semakin cepat berkembang dan semakin
kompleks.