Anda di halaman 1dari 16

KELUARGA BERENCANA (KB)

DALAM ISLAM
ANJURAN MEMPERBANYAK ANAK
 Dari Ma’qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Seorang
lelaki pernah datang (menemui) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan seorang perempuan yang
memiliki kecantikan dan (berasal dari) keturunan yang terhormat, akan
tetapi dia tidak bisa punya anak (mandul), apakah aku (boleh)
menikahinya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak
(boleh)”, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk kedua
kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali
melarangnya, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk
ketiga kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur (banyak anak), karena
sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya jumlah kalian)
dihadapan umat-umat lain (pada hari kiamat nanti).” Bagi seorang
perempuan yang masih gadis. kesuburan ini diketahui dengan melihat
keadaan keluarga (ibu dan saudara perempuan) atau kerabatnya, lihat
kitab ‘Aunul Ma’buud, 6/33-34). (HR Abu Dawud (no. 2050), an-Nasa-i
(6/65) dan al-Hakim (2/176), dishahihkan oleh Ibnu Hibban (no. 4056- al-
Ihsan), juga oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi).
KONSEP ISLAM TENTANG KB

 Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin


berkata: “…Kalau yang menjadi pendorong
melakukan pembatasan keturunan adalah
kekhawatiran akan kurangnya rezeki, maka
ini (termasuk) berburuk sangka kepada Allah
ta’ala. Karena Allah ta’ala Dialah yang
menciptakan semua manusia, maka Dia pasti
akan mencukupkan rezeki bagi mereka…
 Allah berfirman:
 ‫وكأين من دابة ال تحمل رزقها هللا يرزقها وإياكم‬
‫وهو السميع العليم‬
 “Dan berapa banyak binatang yang tidak
(dapat) membawa (mengurus) rezekinya
sendiri, Allah-lah yang memberi rezeki
kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-
’Ankabuut: 60)
 Adapun jika pendorong melakukannya adalah
kekhawatiran akan susahnya mendidik anak, maka ini
adalah (persangkaan) yang keliru,
 karena betapa banyak (kita dapati) anak yang sedikit
jumlahnya tapi sangat menyusahkan (orang tua mereka)
dalam mendidik mereka, dan (sebaliknya) betapa banyak
(kita dapati) anak yang jumlahnya banyak tapi sangat
mudah untuk dididik jauh melebihi anak yang berjumlah
sedikit.
 Maka yang menentukan (keberhasilan) pembinaan anak,
susah atau mudahnya, adalah kemudahan (taufik) dari
Allah ta’ala. Jika seorang hamba bertakwa kepada Allah
serta (berusaha) menempuh metode (pembinaan) yang
sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan
urusannya (dalam mendidik anak),
 Allah ta’ala berfirman:
ْ ُ‫َّللا يَ ْجعَ ْل لَهُ ِم ْن أ َ ْم ِر ِه ي‬
 ً‫ْر‬ َ َّ ‫ق‬ِ َّ ‫َو َم ْن يَت‬
 “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam (semua) urusannya.” (Qs.
ath-Thalaaq: 4)
 Allah ta’ala berfirman:
 ‫وال تقتلوا أوالدكم خشية إمالق نحن نرزقهم وإياكم إن قتلهم‬
ْ ‫كان ِخ‬
‫طأ كبيرا‬
 “Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezeki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar.” (Qs.
al-Israa’: 31)
MEMBATASI KETURUNAN

 adalah menghentikan kelahiran (secara


permanen) setelah keturunan mencapai
jumlah tertentu, dengan menggunakan
berbagai sarana yang diperkirakan bisa
mencegah kehamilan. Tujuannya untuk
memperkecil (membatasi) jumlah keturunan
dengan menghentikannya setelah
(mencapai) jumlah yang ditentukan
 Membatasi keturunan dengan tujuan seperti
ini dalam agama Islam diharamkan secara
mutlak,
 Karena ini bertentangan dengan tujuan-
tujuan agung syariat Islam
MENCEGAH KEHAMILAN

 adalah menggunakan berbagai sarana yang


diperkirakan bisa menghalangi seorang
perempuan dari kehamilan, seperti: al-’Azl
(menumpahkan sperma laki-laki di luar
vagina), mengonsumsi obat-obatan
(pencegah kehamilan), memasang
penghalang dalam vagina, menghindari
hubungan suami istri ketika masa subur, dan
yang semisalnya
 Pencegahan kehamilan seperti ini juga
diharamkan dalam Islam, kecuali jika ada
sebab/alasan yang (dibenarkan) dalam syariat.
 seperti dalam kondisi yang mengharuskan
wanita yang hamil untuk melahirkan secara tidak
wajar,
 dan kondisi yang memaksa wanita yang hamil
melakukan operasi (caesar) untuk mengeluarkan
bayi (dari kandungannya), atau
 kondisi yang jika seorang wanita hamil maka
akan membahayakannya karena adanya
penyakit atau (sebab) lainnya.
MENGATUR KEHAMILAN

 adalah menggunakan berbagai sarana untuk


mencegah kehamilan, tapi bukan dengan
tujuan untuk menjadikan mandul atau
mematikan fungsi alat reproduksi, tetapi
tujuannya mencegah kehamilan dalam
jangka waktu tertentu (bukan selamanya),
karena adanya maslahat (kebutuhan yang
dibenarkan dalam syariat) yang dipandang
oleh kedua suami istri atau seorang ahli
(dokter) yang mereka percaya
 Mengatur kehamilan seperti ini -sebagaimana
yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad al-
’Utsaimin- boleh dilakukan dengan dua syarat
 1). Adanya kebutuhan (yang dibenarkan dalam
syariat), seperti jika istri sakit (sehingga) tidak
mampu menanggung kehamilan setiap tahun,
atau (kondisi) tubuh istri yang kurus (lemah),
atau penyakit-penyakit lain yang
membahayakannya jika dia hamil setiap tahun
 2). Izin dari suami bagi istri (untuk mengatur
kehamilan), karena suami mempunyai hak
untuk mendapatkan dan (memperbanyak)
keturunan
 Demikian pula (diperbolehkan) mengonsumsi obat-
obatan pencegah kehamilan, atau lebih tepatnya
penunda kehamilan, untuk jangka waktu tertentu
(bukan seterusnya), karena adanya suatu sebab
(yang dibenarkan dalam syariat),
 seperti jika istri dalam kondisi sakit, atau kelahiran
yang banyak berturut-turut yang membuat istri
tidak mampu memberi makanan (ASI) yang cukup
untuk bayinya, maka dia (boleh) mengonsumsi obat
penunda kehamilan, supaya dia bisa berkonsentrasi
(untuk mempersiapkan diri) menyambut kehamilan
yang baru setelah selesai dari hamil yang pertama,
maka dalam kondisi (seperti) ini diperbolehkan
PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI

 1) Sebelum menggunakan alat kontrasepsi/obat anti


hamil hendaknya berkonsultasi dengan seorang
dokter muslim yang dipercaya agamanya
 2) Pilihlah alat kontrasepsi yang tidak
membahayakan kesehatan, atau minimal yang lebih
ringan efek sampingnya terhadap kesehatan
 3) Usahakanlah memilih alat kontrasepsi yang ketika
memakai/memasangnya tidak mengharuskan
terbukanya aurat besar (kemaluan dan dubur/anus)
di hadapan orang yang tidak berhak melihatnya

Anda mungkin juga menyukai