Anda di halaman 1dari 48

NINIS INDRIANI, M.Kep., Sp.Kep.

An
Why To Learn Newborn
Resuscitation ?????

 Asfiksia saat lahir menjadi penyebab +


23% dari 4 juta kematian neonatus di
seluruh dunia setiap tahunnya.
 Banyak BBL yang tidak mendapatkan
pertolongan resusitasi yg memadai
segera setelah lahir.
Bayi yang seperti apa yang
membutuhkan resusitasi ?????
 Sekitar 10% BBL membutuhkan bantuan untuk
memulai bernapas saat lahir.
 Kurang dari 1% yang membutuhkan resusitasi
ekstensif agar selamat.
 + 90% BBL menjalani transisi dari intrauterin ke
ekstrauterin tanpa kesulitan.
 Dengan mengetahui adanya faktor risiko dapat
membantu mengenali bayi2 yg membutuhkan
resusitasi.
 Kita harus selalu siap untuk melakukan resusitasi 
karena beberapa bayi yg tidak memiliki faktor risiko
sekalipun ternyata membutuhkan tindakan resusitasi
ABC resusitasi :
 Airway  Pastikan jalan napas tetap terbuka &
bebas (posisikan dan bebaskan jalan napas).
 Breathing  pastikan pernapasan berlangsung
dengan, baik spontan maupun dengan bantuan 
(Rangsangan bayi untuk bernapas).
 Circulation  pastikan sirkulasi darah yg
teroksigenasi sudah adekuat  (nilai frekuensi
jantung dan oksigenasi).
 Setelah lahir, bayi dalam keadaan basah & mudah
kehilangan panas  sangat penting untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang
normal selama melakukan resusitasi.
Adult vs Neonatal Resuscitation
 Urutan resusitasi orang dewasa adalah C-A-B 
kompresi dilakukan sebelum ventilasi.
 Pada BBL etiologi gangguan hampir selalu
disebabkan oleh masalah pernapasan  fokus
pertama dalam resusitasi neonatus harus pada
pembebasan jalan napas dan ventilasi.
 Pada BBL urutannya tetap A-B-C.
Bagaimana Janin mendapat
Oksigen ?????
Sebelum Lahir

 Oksigen janin berasal dari


difusi darah ibu ke janin
melalui membran plasenta
 Paru janin belum berfungsi.
 Kantong2 udara bakal
alveoli berisi cairan
 Pembuluh arteriol yg
mengalirkan darah ke
paru2 dalam kondisi
konstriksi akibat PO2 janin
rendah
Arteriol yang mengalirkan
darah ke paru2 kontriksi

Peningkatan resistensi
pembuluh darah paru

Sebagian besar darah dari sisi


kanan jantung tidak dapat
memasuki paru2

Aliran darah mengambil jalur


yang mempunyai resistensi
rendah

Duktus arteriosus  aorta


Fisiologi
Kardiovaskular
Janin

Foramen ovale Duktus


arteriosus

Duktus venosus

v. umbilikalis

a.umbilikalis
Setelah Lahir

Tali pusat dipotong  bayi tidak terhubung dengan


plasenta  bayi bergantung pada paru sebagai
sumber oksigen satu2nya

Dalam hitungan detik cairan paru dalam alveoli


harus segera diserap oleh pembuluh limfe paru 
paru harus terisi udara yang mengandung O2

Pembuluh darah paru berdilatasi untuk


meningkatkan aliran darah ke alveoli

Oksigen diabsorbsi dan diedarkan ke seluruh tubuh


Fisiologi
Kardiovaskular
Neonatus
Duktus arteriosus
Foramen
Konstriksi awal 10-15 jam , ovale
Penutupan fungsional 72 jam,
Penutupan anatomis 3-4 mgg.

Duktus venosus
Apa yang secara normal terjadi
pada kelahiran sehingga bayi
memperoleh oksigen melalui
paru-paru ????
Secara normal, ada 3 perubahan besar segera
setelah kelahiran:

1. Cairan dalam alveoli diabsorbsi ke pembuluh


limfe paru & digantikan oleh udara.
Pengisian alveoli dengan udara yang
mengandung oksigen 21% , merupakan suplai
oksigen yang langsung berdifusi ke pembuluh
disekitar darah alveoli
2. Arteri umbilikalis kontriksi  arteri &
vena umbilikalis menutup ketika tali
pusat dijepit Hal ini menutup jalur
plasenta yg resistensinya rendah 
menghasilkan peningkatan tekanan darah
sistemik
3. Akibat mengembangnya alveoli oleh udara
berisi oksigen  kadar oksigen alveoli
meningkat pembuluh darah paru relaksasi
sehingga tahanan terhadap aliran darah
menurun
Keadaan diatas mengakibatkan:

Penurunan tahanan paru & meningkatnya tekanan


darah sistemik

Sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke paru


serta menurunnya aliran darah ke duktus arteriosus.

 Oksigen dari alveoli akan diserap ke dalam darah


melalui pembuluh darh pulmonal & darah yg kaya
O2 kembali ke sisi kiri jantung  darah dipompa
ke jaringan tubuh neonatus.
 Seiring dengan peningkatan kadar O2 dalam darah
& relaksasi pembuluh darah pulmonal, duktus
arteriosus mulai kontriksi.
 Darah yg sebelumnya dialihkan melalui duktus
arteriosus  sekarang mengalir lewat paru & akan
menyerap lebih banyak oksigen untuk disalurkan
ke jaringan.
 Tangisan awal & tarikan napas yg dalam akan
membantu mendorong cairan keluar dari jalan
napasnya.
 Seiring dengan meningkatnya kadar oksigen
dalam darah,kulit bayi perlahan-lahan berubah
warna dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
 Tahap awal transisi normal terjadi dalam beberapa
menit setelah kelahiran, seluruh proses mungkin
belum lengkap sampai beberapa jam atau bahkan
beberapa hari setelah bayi lahir.
Kesulitan apa yang dapat
terjadi selama periode transisi
??????
Beberapa Masalah yg dapat mengganggu transisi normal:

1. Paru tidak terisi udara meskipun sudah ada


pernapasan spontan (ventilasi tidak adekuat)
a. Tarikan napas awal bayi tidak mampu mendorong cairan
keluar dari alveoli
b. Adanya mekonium yang menghalangi udara masuk ke
alveoli
c. Sebagai akibatnya O2 tidak dapat masuk ke dalam aliran
darah yg bersirkulasi melalui paru2.

2. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik


(hipotensi sistemik)
a. Kehilangan darah berlebih atau hipoksia neonatus 
kontraksi jantung memburuk/bradikardi  hipotensi pada
BBL
3. Arteri pulmonalis tetap kontriksi setelah lahir

Paru gagal mengembang atau akibat


kekurangan O2 sebelum/selama persalinan 
persistent pulmonary hypertension of newborn
(PPHN)

Aliran darah ke paru berkurang

Suplai oksigen ke jaringan tubuh berkurang


Bagaimana bayi berespon
terhadap kesulitan dalam
masa transisi normal ?????
Pada situasi normal

Segera setelah lahir bayi akan berusaha sekuat


tenaga untuk menghirup udara ke dalam paru.

Peningkatan tekanan di alveoli akan membantu


absorbsi cairan paru janin dan membantu
pengaliran O2 ke arteriol pulmonal &
menyebabkan arteriol relaksasi.

Jika urutan ini terganggu , arteriol akan tetap


kontriksi, alveoli tetap terisi cairan  sehingga
aliran darah sistemik tetap tidak mendapat O2
Bila transisi normal tidak terjadi

Cadangan O2 ke jaringan berkurang  arteri di


usus,ginjal,otot dan kulit kontriksi

Mekanisme pertahanan bayi  meningkatkan


aliran darah ke jantung dan otak

Jika kekurangan O2 berlanjut  fungsi miokardium &


curah jantung akan menurun, tekanan darah menurun dan
aliran darah ke semua organ akan berkurang

Kerusakan otak & organ lain serta kematian


Gejala Klinis
1. Depresi pernapasan akibat kurangnya O2 ke
otak
2. Tonus otot buruk  akibat kurang O2 otak , otot &
organ yg lain
3. Bradikardi  kurangnya O2 ke otot jantung &
batang otak
4. Takipnea  akibat kegagalan absorbsi cairan paru
janin
5. Sianosis menetap & saturasi O2 rendah  akibat
kadar O2 dalam darah rendah
6. Tekanan darah rendah  akibat kadar O2 dalam
otot jantung kurang.
Bagaimana gejala pertama
pada bayi yang mengalami
gangguan kardiorespirasi ?????
 Gejala pertama  menurunnya upaya untuk
bernapas
Stres perinatal

Awalnya bermanifestasi dengan pernapasan cepat

Diikuti oleh periode henti napas (apnea primer) (tidak


ada pernapasan atau megap-megap)  Pemberian
rangsangan seperti mengeringkan, menyentil kaki
dapat menimbulkan kembali usaha napas
Akan tetapi jika gangguan kardiorespirasi terus
berlanjut  bayi akan mengalami periode pernapasan
megap2 lagi yg berlangsung singkat & kemudian akan
masuk ke periode apnea skunder  rangsang taktil tidak
akan mengembalikan usaha napas bayi  harus
diberikan bantuan ventilasi untuk mengembalikan
pola napas bayi
Membedakan apnea primer dengan apnea skunder

 Pemeriksaan fisik tidak membantu kita membedakan


antara apnea primer & sekunder.
 Dengan melihat respon pernapasan terhadap rangsangan
 jika bayi mulai bernapas segera setelah dirangsang
berarti bayi berada dalam apnea primer. Dan jika tidak
langsung bernapas berarti berada dalam keadaan apnea
sekunder dan bantuan ventilasi harus segera diberikan.
 Bila VTP yg efektif tidak menghasilkan peningkatan
frekuensi jantung yg cepat  waktu gangguan
kardiorespirasi mungkin sudah berlangsung lama 
fungsi miokardial mengalami perburukan & tekanan
darah semakin turun  kompresi dada & obat-obatan
diperlukan dalam resusitasi.
Bagaimana Respon petugas
??????
 Semua bayi perlu penilaian awal untuk
menentukan apakah butuh resusitasi

 Pastikan bahwa setiap langkah


dilakukan dengan benar & efektif
sebelum ke langkah berikutnya
Diagram Alur Resusitasi
Evaluasi dilakukan pada setiap
langkah dan didasarkan atas 3 hal
yaitu :
1. Pernapasan
2. Frekuensi jantung
3. Penilaian oksigen (warna kulit atau
penilaian dengan oksimetri)
 Tindakan utama pada resusitasi neonatus adalah
untuk memberikan ventilasi kepada paru bayi.

 Setelah ini dilakukan, frekuensi jantung, tekanan


darah dan aliran darah pulmonal biasanya membaik
secara spontan asalkan ventilasi tetap dilakukan
secara efektif.

 Apabila kadar O2 di dalam darah & jaringan rendah,


maka fungsi curah jantung perlu dibantu dg
melakukan kompresi dada dan memberi epineprin
agar darah dapat mencapai paru untuk mengambil
O2
Mengapa nilai APGAR tidak
digunakan untuk memandu
resusitasi ?????
 Nilai Apgar adalah metode objektif untuk menilai
kondisi BBL secara umum serta respon terhadap
resusitasi.

 Resusitasi harus segera dimulai sebelum menit-1 dihitung


 jadi nilai Apgar tidak digunakan untuk menentukan
perlunya dilakukan resusitasi, langkah resusitasi apa yg
perlu dilakukan dan kapan harus digunakan.

 Nilai Apgar dinilai pada menit-1 dan kemudian menit


ke-5. Jika skor menit ke-5 kurang dari 7, penilaian
ditambah harus dilanjutkan sampai 5 menit hingga 20
menit.
Mengapa bayi prematur
memiliki risiko lebih tinggi
?????
1. Paru-paru kurang surfaktan  menyulitkan
ventilasi
2. Perkembangan otak imatur  upaya untuk
bernapas kurang
3. Otot lemah  sulit bernapas spontan
4. Kulit tipis  mudah kehilangan panas
5. Pembuluh darah otak sangat rapuh 
mudah terjadi perdarahan saat stres
6. Volume darah lebih sedikit  lebih rentan
terhadap efek hipovolemik aliran darah
7. Jaringan imatur  mudah cidera oleh
kelebihan oksigen
Tindakan apa saja yang perlu
dilakukan setelah resusitasi
?????
 Bayi yang pernah memerlukan resusitasi
masih mempunyai risiko mengalami
gangguan meskipun tanda vitalnya kembali
normal.
 Program resusitasi neonatus mengacu pada
2 tingkat perawatan pasca resusitasi.
1. Perawatan Rutin
 Hampir 90% BBL lahir bugar tanpa faktor risiko.
 Bayi yg memiliki risiko namun memberikan respon
baik ketika dilakukan langkah awal  masih
memerlukan observasi ketat namun tidak perlu
dipisahkan dari ibunya untuk pengawasan &
stabilisasi lebih lanjut.
 Pengaturan suhu tubuh  dilakukan dg
meletakkan bayi di dada ibu, mengeringkan bayi &
menyelimuti bayi dg linen yg kering.
 Pembersihan jalan napas  memberihkan mulut &
hidung bayi.
2. Perawatan pasca-resusitasi
 Bayi dg depresi pernapasan atau aktifitas yg kurang
membutuhkan O2 tambahan untuk mencapai nilai
Spo2 sesuai target  membutuhkan penilaian lebih
ketat.
 Bayi2 ini masih berisiko mengalami masalah yg
berhubungan dg gangguan yg dialami selama masa
perinatal.
 Bayi perlu dirawat diruang transisi neonatus
sehingga dapat memantau pengawasan
kardiorespirasi & tanda vital sesering mungkin.
 Bayi mungkin membutuhkan bantuan selanjutnya
dantaranya ventilasi mekanik/CPAP/oksigen
tambahan.
 Bayi ini berisiko mengalami komplikasi lanjutan
karena proses transisi yang berlangsung abnormal.
Thank You For You Attention

Anda mungkin juga menyukai